Chereads / CITRA SANG BUNGA "Nerium Oleander" / Chapter 8 - BAB 7. Berita bahagia..

Chapter 8 - BAB 7. Berita bahagia..

3 Minggu kemudian....

Fara tersenyum lega setelah mendengar hasil yang baru di bacakan oleh Ghanis. Apa lagi kalau bukan hasil keputusan hak asuh Zemira.

"syukurlah, untungnya tuhan kasih kita jalan kemudahan." ucap wanita paruh baya dengan wajah yang tersenyum lebar menatap kertas putih beserta map hijau yang berada di tangannya. "Makasih ya Ghanis, udah bantu banyak." Devira sangat sangat berterima kasih pada teman anaknya itu.

Pria blasteran yang berada di dekatnya hanya bisa mengangguk, tak lupa sesekali bola matanya menatap ke arah Fara.

"Sama-sama tante, sesama mahluk hidup harus saling bantu membantu. Nanti kalo saya perlu bantuan, saya akan meminta bantuan juga sama tante sekeluarga." Balas Ghanis merendahkan dirinya.

"Aku juga ngucapin makasih ya, kalo gak kamu siapa lagi yang mau bantu aku. Sampe kamu mindahin jadwal pulang lagi." Ucap Fara sedikit tak enak di hatinya.

"gak masalah kok. Besok pagi penerbangan ku, aku mau pamit sama kamu, sama tante juga. Kalo ada apa-apa, jangan segan untuk minta tolong." Kata pria blasteran itu berjalan ke arah taksi yang ia pesan.

"Oke."

Ghanis melambaikan tangannya setelah duduk di dalam taksi. Ia harus bersiap untuk besok.

"Ahh ibu seneng banget saat ini." Seru Devira semangat. Menatap kepergian mobil taksi itu.

Fara ikut mengangguk, "iya sama, gimana kita kasih tau Zemira?."

"He'eh." Devira mengangguk dengan semangat. Akhirnya mereka berdua memilih segera pulang, agar bisa memberi tau kabar gembira.

....

Setelah sampai di rumah, ternyata Zemira sedang berlatih gerak tari yang di gurui oleh Iva. Kedua perempuan itu bergerak sangat lincah dan gemulai, sampai baju mereka basah oleh keringat yang bercucuran.

"Wahhh tambah pinter kayaknya." Puji Devira melihat gaya Zemira menari.

Baik Zemira maupun Iva menghentikan gerakan tubuh masing-masing, suara musik pun ikut berhenti. Yang memang sengaja di matikan oleh seorang wanita berpenampilan sedikit tomboy. Gaya rambut yang sengaja di potong pendek sebatas bahu, lalu warna iris matanya pun sedikit berbeda dari yang lain. Ia memiliki warna iris mata yang coklat muda'an, sedangkan yang lain hanya berwarna coklat kehitaman dan coklat tua. Gaya pakaiannya sangatlah sederhana, tak ada satu pun aksesoris tari yang melekat di badan wanita tomboi itu. Tidak seperti Iva atau pun wanita lain yang biasanya berada di sanggar.

Wanita tomboi itu berjalan mendekati Devira, ia langsung mencium punggung tangan Devira dengan rasa hormat layaknya seorang ibu kandung. Setelah mencium punggung tangan Devira, wanita itu kemudian mendekati Fara, lalu memeluknya dengan erat sebagai tanda melepaskan semua beban rindu.

"Far, aku kangen sama kamu. Kemarin-kemarin mau kesini tapi, sibuk ngerjain tugas kuliah." Ucap wanita tomboy bernama Mila. Fara melepaskan pelukannya sambil tersenyum hangat.

"Gak apa apa," fara melihat Zemira, ia memberi tanda agar Zemira mendekat, "Zemira sini!."

Zemira mendekat, dengan wajah bertanya.

"Mulai sekarang Zemira tinggal disini sampe kapan pun yang Zemira mau." Ujar Fara.

Zemira masih diam tak mengerti. Devira tersenyum mencubit pipi Zemira.

"Mulai sekarang Zemira jadi anak ibu, Zemira tanggung jawab ibu. Kalau Zemira ada apa-apa kasih tau ibu ya?." Devira menjelaskan dengan pelan.

Zemira mengangguk mengerti, karena bajunya sudah basah. Gadis remaja itu memutuskan untuk mengajak Devira ke kamarnya. Sambil tersenyum bahagia, ibu dan anak itu akhirnya pergi berlalu.

Sedangkan, kedua teman Fara tak mengerti apa yang sebenarnya keluarga ini bicarakan. Baik Mila atau Iva kedua saling Padang seolah meminta jawaban. Fara mengerti pandangan kedua temannya yang sangatlah kepo dengan semua hal.

"Zemira jadi adik aku mulai sekarang."

"Apa?" Kaget Mila.

"Yang bener?" Kaget Iva bersama dengan Mila. Keduanya memberikan tatapan tak percaya.

"Udahlah aku capek mau jelasin, intinya ya gitu." Ujar Fara memilih untuk langsung duduk di lantai.

Mila yang masih penasaran, menahan diri untuk bertanya. Kalau Iva sendiri menggedik bahu seolah ia percaya, biar waktu yang menjelaskan.

Iva memencet tombol play lagi, lalu kembali melanjutkan latihannya. Tangannya bergerak siap menentukan irama yang pas sesuai ketuk di tangan maupun kaki. Mila yang tomboy, memilih duduk di sebelah Fara menyaksikan temannya menari.

Sesekali tangannya bergerak mengikuti tangan Iva walaupun gerakan tangannya sangatlah kaku. Dan tangan Fara bergoyang-goyang mengipas wajah yang kepanasan. Fara mengatur nafasnya, menarik lalu membuang napas sambil merilekskan detak jantung agar kembali normal.

Capek dan lelah Fara rasakan seharian ini, ia berjalan tak henti-hentinya menemani sang ibu yang khawatir memikirkan hasil hak asuh Zemira. Yahh walaupun hanya menjadi keluarga angkat, Fara yakin sepenuh hati. Bahwa Tuhan mengirim sesuatu sesuai jalan yang di takdirkan. Baik dan buruknya juga diri sendirilah yang menilai.

Karena itulah Fara memasrahkan dirinya agar ia tak berburuk sangka pada orang, baik keluarga maupun orang yang baru ia kenal.

...

Hari hari berlalu begitu cepat, Fara yang sebenarnya ingin berlibur kini mengisi hari kosongnya dengan berlatih nari. Menggerakkan anggota tubuh yang telah lama tak bergerak. Membuat jantung sesekali berdetak kencang itu lebih baik dari pada jagung berdetak pelan tapi tak sehat.

Fara menyimpan salat sayur yang baru saja ia buat. Ia menuruni anak tangga dengan tersenyum manis. Suara musik terdengar di pendengarannya, kepala Fara bergoyang-goyang dan mulutnya mengikuti

suara penyanyi di lagu.

Kesenangan di hati membuat hari ini gembira. Setelah berada di anak tangga terakhir, Fara melihat kedua temannya duduk di dekat kolam ikan. Siapa lagi kalau bukan Mila dan Kirana. Keduanya selalu berada di sanggar padahal mereka tak latihan nari.

Fara menghampiri mereka dengan penasaran.

"Ayo..lagi ngobrolin apa?." Tanya Fara dengan iseng.

"Perasaan, kita cuma diem diem aja." Heran Kirana.

"Ya..siapa tahu kalian punya kemampuan khusus kayak di film film. Bicara dari hati ke hati."ucap Fara dengan konyol.

Kirana tersenyum paksa, sedangkan Mila menepuk dahinya seolah berkata, ya ampun.

"Hehe..ayo temenin aku latihan!" Ajak Fara.

Kirana menggeleng geleng kepala.

"Buat apa kamu dateng kesini kalo gak mau latihan? Ck." Fara berdecak, menaruh salah satu tangannya di pinggang.

"Ya buat ngeliat ikan ikan ini, aku bosen di rumah. Kamu tau kan rumahku gak ada ikan. Kalau pun ada pasti di goreng oleh mama." Sedih Kirana mengingat masa lalunya.

Ikan kesayangan dirawat dengan baik sampai besar, hingga berujung di kuali penggorengan. Siapa lagi kalau bukan mamanya. Itulah kenapa Kirana masih trauma memelihara hewan.

"Heghh banyak alasan," ketus Fara, mata Fara menatap wajah datar Iva dan Mila. "kamu gimana? Mau latihan atau enggak?." Tanya Fara dengan mata mendelik seolah mengancam Iva.

Iva menghelah napas pelan, lalu mengangguk. Ia dan Mila mengikuti langkah Fara. Meninggalkan Kirana seorang diri. Mila ikut bukan ingin menari, tapi ia tak terlalu suka kesunyian. Karna Kirana sendiri selalu memilih diam jika sudah berada di dekat kolam, pasti hanya duduk termenung saja.

"Bagus... Ayo! Tinggalin aja gadis yang malas ini." Sindir Fara.

Kirana tak peduli, ia tetap terus menatap ikan ikan berada di kolam. Berenang kesana kemari meliuk liuk anggun.

Fara berjalan dengan penuh semangat , sudah lama dirinya tak latihan menari. ia merenggangkan semua jari jari tangan, sambil memulai beberapa pemanasan agar tak terkena cidera.

Fara mematikan musik, membuat beberapa gadis yang beranjak remaja berhenti mendadak. Dan posisi mereka pun tak pas sekali. Semua para gadis itu menatap Fara dengan kesal.

"Yahh kok di matiin sih kak?" Kesal anak yang sepantaran dengan Zemira.

"Iya." Sahut satunya.

"Ahhh...." Desah lirih memilih duduk bergabung bersama yang lain.

"Hidupin lagi dong!"

Dan masih banyak lagi protes yang Fara terima. Fara menutup telinganya bengang mendengar suara suara cempreng.

"Astaga.. kalian sudah dari tadi, sekarang gantian dengan kakak. Lagian kalian gak capek apa?" Kesal Fara.

"Tapi kan kami mau siap siap untuk lomba." Jawab sang anak satu.

"Lomba apa?" Tanya Fara memasang wajah tak percaya.

"Lomba nari lah kak, masa lomba masak?" Jawab sang anak dua.

"Ihhh... kalo orang yang lebih tua ngomong gak boleh di bantah. Kalo a, ya a. Jangan di jawab! Ngerti?" Balas Fara yang sudah kehilangan kata kata.

Mila berdiri di sampingnya memutar bola mata jengah. Ternyata selama 3 tahun tak bertemu, sifat Fara sama sekali tak berubah.

"Haiisss..umur sudah besar, tapi masih kekanak-kanakan." Gumam Mila.

"Sudah-sudah, kalian istirahat. Biar kakak kakak yang cantik ini latihan ya..." Pinta Iva menengahi cek-cok mulut.

Anak anak menghela napas kesal, 'menurut' hanya satu kata itulah yang mereka lakukan. Akhirnya anak-anak itu memilih duduk bergabung dengan yang lain. Sambil mengambil posisi nyaman agar mereka tak terkena tubuh kedua kakak senior yang akan menari.

Musik kembali berputar dengan volume sedikit keras Fara dan Iva menari, bedanya hanya di aksesoris yang mereka kenakan. Fara menggunakan selendang di pinggangnya, sedangkan Iva tak memakai apapun karena ia sudah mengenakan rok panjang lebar.

.....

Bersambung...

....