"LASTRI! LASTRI!"
Lastri kesal dengan pemilik suara itu, apakah memanggilnya harus dengan cara berteriak seperti itu? Gendang telinganya hampir saja pecah karenanya. ia pun memilih untuk keluar kamar dan meninggalkan aktivitasnya membaca novel lalu menghampiri pelakunya, pelakunya adalah Lay.
"Ada apa sih kak? Manggil pelan-pelan bisa kan? Kenapa harus berteriak seperti itu?!"
"Pelan-pelan ga akan mempan sama kamu. Mending sekalian kakak manggilnya sambil berteriak supaya kamu cepat keluar dari kamar." Kini Lay menaik turunkan alisnya.
"Ya cepat ada apa memanggilku?"
"Lihatlah Jaemin sudah ada diruang tamu sedang berbicara dengan mamah." Sambil menunjuk Jaemin yang ada dibawah.
"Baiklah aku akan kebawah."
Lay menahan tangan Lastri yang menyebabkan Lastri menengok.
"Ingat, jangan terlalu percaya kepada Jaemin. Bagaimana pun dia adiknya Jeffry."
Lastri mengangguk yang artinya ia paham. Lalu ia langsung turun kebawah untuk menghampiri Jaemin.
"Jaemin, sudah lama kau menunggu?"
"Tidak terlalu lama, tadinya aku akan langsung ke tempat yang kau kirimkan. Tapi aku memutuskan untuk menjemputmu kak." Ucap Jaemin sambil tersenyum.
"Baiklah, apakah kita bisa pergi sekarang?"
"Ayo."
Lastri dan Jaemin beranjak dari tempat mereka duduk. Lalu mereka berpamitan kepada ibunya Lastri dan juga Lay. Mereka menggunakan mobil Jaemin untuk ke caffe yang telah mereka tentukan. Saat berjalan di pekarangan rumah, mereka melihat Somi yang baru pulang dengan keadaan lusuh, sangat lusuh seperti orang yang tidak makan beberapa hari.
"Somi? Ada apa denganmu?" Tanya Lastri khawatir.
"A-aku ti-tidak apa-apa kak." Somi terlihat sangat pusing saat menjawab pertanyaan Lastri.
"Istirahatlah di dalam. Minta bibi membuatkan air hangat untukmu."
Somi mengangguk dan langsung masuk kedalam rumah. Lastri juga langsung masuk ke mobil Jaemin.
"Somi kenapa kak?"
"Aku tidak tahu, semalaman dia tidak pulang. Saat pulang keadaannya malah seperti itu, aku sangat mengkhawatirkannya."
"Benarkah? Kak Jeffry juga semalaman tidak pulang."
"Apa?!"
"Iya, aku tidak tahu dia kemana dan sudah pulang atau belum."
30 menit kemudian mereka sampai di caffe yang mereka tuju.
Pelayan datang menawarkan mereka ingin pesan apa. Mereka pun meminta susu dingin saja.
"Jadi apa yang akan kakak tanyakan kepadaku?" Tanya Jaemin sambil memegang pulpen. Disini Jaemin juga sambil mengerjakan tugasnya sebenarnya.
"Apakah setelah ibumu sembuh dan pulang dari rumah sakit, Jeffry pulang larut malam?"
"Iya."
"Pukul berapa?"
"Sekitar pukul 1 malam. Aku tidak tahu apa alasan ia pulang larut seperti itu kak."
Tunggu tunggu. Akhir-akhir ini Somi juga pulang larut malam, tepatnya jam 1. Batin Lastri.
"Tapi kenapa saat aku mengajaknya pergi ia selalu beralasan ingin menjenguk ibu kalian dirumah sakit?"
"Aku tidak tahu."
"Oh astaga, tolong jangan katakan ini padanya ya? Apa kau bisa di percaya?"
"Tentu saja. Kau bisa mempercayakan hal ini kepadaku."
"Aku ke toilet sebentar."
Jaemin mengangguk. Lastri langsung bergegas menuju toilet. Setelah tahu bahwa kemarin Somi bilang ingin kerumah yeri, ia ada ide untuk menanyakannya kepada Candra.
Halo can?
Ada apa?
Apakah Somi bersamamu?
Ya tentu saja
Apa kemarin Somi main kerumah yeri dan mengerjakan tugas bersama?
Somi? Tidak. Kemarin yeri ada dirumah dan tidak kemana mana. Dan saat aku dirumah, aku tidak melihat ada somi disini. Memangnya kenapa?
Can, apa aku bisa kerumahmu?
Datanglah kesini. Ibuku pasti akan senang.
Baiklah aku akan menuju kesana.
Telepon pun dimatikan. Lastri keluar dari toilet dan menghampiri Jaemin yang sedang mengerjakan tugasnya.
"Sepertinya aku harus pergi. Terima kasih atas informasinya."
"Apa mau ku antar?" Tanya Jaemin
"Tidak usah. Aku akan mencari taksi didepan."
"Baiklah."
***
"Kak! Ada kak Lastri datang!" Teriak Yeri mengetuk pintu kamarnya.
Candra bergegas untuk menghampiri Lastri.
"Cie, giliran kak Lastri aja cepet."
"Berisik kamu. Ayo ikut kakak temui kak Lastri."
"Untuk apa?"
"Ikut saja."
Candra dan Yeri pun menemui Lastri diruang tamu. Bibi membuatkan es teh manis untuk mereka semua.
"Ada apa kak dateng kesini?" Tanya Yeri
"Aku mau nanya. Apa kemarin Somi bertemu denganmu?"
"Tidak."
"Apa kau ada janji dengannya?"
Yeri berpikir sejenak apakah ia ada janji dengan Somi atau tidak.
"Kurasa tidak. Memangnya kenapa?"
Lastri menarik nafas dalam-dalam
"Kemarin Somi bilang akan pergi kerumahmu dan akan mengajakmu jalan-jalan. Dan tadi pagi aku lihat dia baru pulang dengan keadaan yang sangat lusuh. Aku sangat mengkhawatirkannya. Apa kau kenal dengan teman-teman Somi?"
"Em.. kurasa Somi hanya dekat denganku. Somi orangnya tidak mudah akrab dengan orang baru sepertinya. Tapi mungkin dia dekat dengan nayeon? Aku akan menanyakannya nanti. Ah, aku lupa. Nayeon kemarin pergi kerumah neneknya dan besok baru pulang." Jelas Yeri dengan panjang lebar.
"Memangnya Somi tidak bilang dia habis kemana?" Kini Candra mulai penasaran.
"Tidak. Saat tadi pagi dia pulang kerumah keadaannya sangat memperihatinkan. Kurasa dia sedang pusing saat aku bertanya."
"APA DIA MABUK?" Tanya Yeri tak tahu situasi.
"Jaga omonganmu." Titah Candra
"Maaf."
"Ah sebaiknya aku harus segera pulang! Nanti kirimkan kontak Yeri kepadaku ya can? Oh iya, dimana ibu kalian?"
"Sayang sekali las, ibu sedang belanja dengan ayah."
"Baiklah aku pulang dulu ya?"
"Hati-hati kak! Jangan lupa mampir lagi lain kali."
Lastri mengangguk lalu tersenyum ke arah Yeri.
Setelah Lastri tidak terlihat lagi, Yeri langsung menghampiri kakaknya.
"Kak?"
"Hm?"
"Apa kakak masih menyukainya?"
"Itu bukan urusanmu anak kecil."
"Ya! Tentu saja itu urusanku. Kak Lastri sangat baik berbeda dengan kak Wendy." Yeri mendengus.
"Berhenti membandingkannya. Aku tidak suka kau menyebutkan nama itu."
"Mau sampai kapan kau dan kak Lastri salah paham seperti ini?"
"Aku tidak tahu. Menurutku ini bukan waktu yang tepat."
"Tapi tentang kejadian itu bukan sepenuhnya salahmu kak! Kak Wendy lah yang bersalah."
"Aku tahu Yeri, aku tahu! Tapi sekarang ini Lastri sudah memiliki kekasih. Aku tidak ingin merusak hubungannya dengan Jeffry. Apalagi Jeffry itu sahabatku." Ucap Candra tersenyum miris.
"Sabar ya kak. Aku sangat berharap kau bisa menjelaskan kesalahpahaman ini dan akan kembali menjadi kekasih kak Lastri."
"Doakan saja."
***
Malam ini Somi tidak bisa tidur. Teringat dengan kejadian dua bulan yang lalu, malam itu. Astaga ia terus memikirkan hal itu. Bagaimana bisa ia hilang kendali seperti malam itu? Bagaimana jika ia... Hamil? Bahkan ia telat datang bulan selama dua bulan ini dan perutnya terus saja merasa mual. Ia memutuskan untuk menelepon Jeffry.
Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain.
Ya, harusnya ia sadar dimana posisinya sekarang. Mungkin Jeffry sedang menelepon kakaknya. Ia harus menunggu sampai Jeffry meneleponnya balik.
15 menit ia menunggu, akhirnya Jeffry meneleponnya balik.
Ada apa sayang?
Jeffry aku takut.
Takut apa?
Aku takut.. aku takut aku hamil. Aku sudah telat dua bulan. Ucap Somi meneteskan air mata.
Maafkan aku Somi. Aku akan bertanggung jawab.
Kau serius?
Iya aku serius.
Lalu bagaimana dengan kak Lastri? Dia pasti akan sangat kecewa dengan ini semua.
Tidak usah mengkhawatirkan itu. Dia mungkin akan kecewa diawal, tapi nantinya dia akan bisa menerima kenyataan.
Tapi-
Jika kau mau besok aku akan menemanimu ke rumah sakit untuk memeriksanya
Baiklah. Aku tutup teleponnya.
Selamat malam sayang, beristirahatlah.
Kau juga.
Lalu Somi mematikan teleponnya. Ia harus tidur hari ini agar siap mendapati kabar apakah ia sedang hamil atau tidak.
***
Besok adalah hari pernikahan Lay dan Seulgi. Semua orang sibuk untuk mempersiapkan pernikahan mereka esok hari. Pernikahan mereka diundur sebulan karena seulgi yang harus membantu ibunya menjalankan usaha model milik ibunya.
Tapi hari ini Somi ingin izin ke suatu tempat dengan teman-temannya. Tentu saja ia pergi tidak dengan teman-temannya, melainkan dengan Jeffry.
"Selamat bu, anda positif hamil. Usia kandungan anda sudah berjalan tiga Minggu."
"Apa?!" Somi membulatkan matanya kaget.
Jeffry yang disampingnya segera mengusap punggung wanitanya itu. Tunggu, wanitanya dia bilang? Ya, karena sejak dua bulan yang lalu mereka telah resmi berpacaran secara diam-diam.
"Kenapa? Apa ibu tidak senang dengan kabar ini?" Tanya dokter Kris.
"Ah, ti-tidak dok. Tentu saja aku sangat senang."
"Oh iya untuk bapak Jeffry, tolong istrinya dijaga ya. Jangan sampai dia banyak pikiran, jangan biarkan dia mengerjakan pekerjaan yang berat-berat, karena itu akan mempengaruhi kesehatan kandungannya." Jelas dokter Kris
"Tentu saja dok. Saya akan menjaga istri saya dengan sepenuh hati."
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, silahkan ambil obatnya di kasir ya."
"Terima kasih dok."
"Sama-sama."
Setelah dokter Kris pergi, Somi memasang raut wajah yang sedih. Dia teringat dua bulan yang lalu.
Dia pergi ke club malam itu. Saat ia izin ingin kerumah yeri, ia malah pergi ke club bersama Jeffry.
Flashback on
"Somi apakah kau mau ke club?"
"Apa kau sudah gila?"
"Aku janji tidak akan sampai mabuk. Aku hanya ingin menjernihkan pikiranku."
"Ba-baiklah tapi tolong jangan sampai kau mabuk."
Jeffry mengangguk.
Saat mereka sampai di club, seperti ada yang mendorong Jeffry untuk mabuk. Dia pun menghabiskan sebotol wine dengan nafsu. Lalu dia menawarkan Somi meminumnya. Somi menolak, tapi Jeffry yang sudah sedikit mabuk memaksanya untuk minum semua wine itu.
Setelah Somi meminumnya, Jeffry dan Somi mulai pusing. Ia menjadi meracau tidak jelas.
"Somi, aku sangat mencintaimu sayang." Ucap Jeffry mencium pipi Somi."
"Aku juga sangat mencintaimu Jeffry. Aku tidak rela kau menjadi milik kakakku." Ucap Somi tak sadar lalu langsung memeluk Jeffry.
Jeffry menggendong Somi ke kamar yang disiapkan khusus untuk melakukan hal itu . Jeffry dan Somi pun melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan sampai-sampai Somi harus hamil.
Flashback off
Pasti kak Lastri akan sangat kecewa padaku. Batin Somi.