Hari ini adalah hari wisuda anggota Blackexo. Mereka bersiap-siap untuk mengenakan pakaian yang pantas.
Semua orang berbahagia karena telah tamat masa menuntut ilmu. Namun ingatan Lastri masih belum sepenuhnya pulih.
"Las, setelah ini kau akan bekerja dimana?" Tanya Ninie.
"Sepertinya aku akan membuat usaha perbutikan. Sejak dulu aku sangat suka menjahit dan melihat-lihat bahan pakaian. Bagaimana denganmu?"
Ninie terlihat berpikir, "Aku akan mendaftar ke suatu perusahaan untuk menjadi bagian keuangan disana. Jichu, kau akan bekerja dimana setelah ini?"
"Mungkin aku akan mendaftar ke suatu perusahaan sebagai karyawan kantoran. Lilis, kau akan bekerja dimana?"
"Aku akan makan dan tidur saja setelah ini."
Semuanya melotot karena terkejut atas jawaban yang diberikan Lilis.
"Apa? Ada yang salah?" Lilis bingung melihat reaksi ketiga temannya.
"Apa kau akan menjadi pengangguran setelah ini?" Tanya Lastri.
"Tidak mungkin. Aku harus bekerja sampai aku menikah dengan seseorang yang kaya. Mungkin aku akan menjadi guru untuk sementara."
Ketiga temannya hanya bisa menggeleng melihat perilaku Lilis.
"Dasar bodoh. Kau kuliah 4 tahun hanya ingin menjadi pengangguran? Ingat, jadi wanita itu harus mandiri agar apa-apa tidak bergantung kepada laki-laki. Jika suatu saat, ( ini semoga tidak akan pernah terjadi ) suamimu meninggalkan atau menceraikanmu, siapa yang akan memberi makan kau dan anak-anakmu ha?" Ninie menasihati Lilis.
"Tapi kan aku masih mempunyai kak Kyungsoo."
Lastri memutar bola matanya malas, "Kau tidak boleh bergantung kepada kakakmu, dia juga punya kehidupan sendiri. Belajarlah jadi wanita yang mandiri."
"Lis, kau harus bekerja keras. Agar posisimu sebagai wanita tidak bisa dihina oleh siapapun. Ingat, dunia ini kejam lis. Jadi kau harus menjadi wanita yang pekerja keras. Tidak ada ruginya jika kau bekerja keras." Kini jichu membuka suaranya.
"Iya iya baiklah, terima kasih ya sudah memberi tahuku."
***
3 bulan kemudian
"Kita harus menyusun pesta yang sangat meriah." Ucap Lay
"Ya, dia harus terkejut karena senang dengan adanya pesta ini." Sambung Jichu.
Mereka sedang berencana mempersiapkan ulang tahun Lastri dengan sangat mewah. Untuk mengembalikan kembali ingatan Lastri. Ayah, mama, Lay, Somi, dan seluruh teman-temannya sudah berada disini untuk menyusun sebuah rencana. Sedangkan Lastri sedang ada di butik miliknya. Jam segini ia masih sibuk mengurus semua kebutuhan dibutik, ia baru pulang nanti pukul 18:00 malam.
"Jadi nanti siapa yang akan menyusulnya ke butik lalu mengajaknya jalan-jalan?" Tanya Lilis.
"Bagaimana Jichu saja? Jichu sangat dekat dengan Lastri. Ia juga pasti akan lupa waktu jika Jichu mengajaknya jalan-jalan." Saran Ninie
"Baiklah Jichu, nanti pukul 17:00 kau harus sudah berada di butik Lastri. Ingat, jangan mengucapkan Selamat ulang tahun kepadanya. Lalu kabari jika kau sudah ingin pulang kerumah, kabari juga sebelum 15 menit sampai dirumah." Ucap Lay
Jichu mengangguk, "Iya aku mengerti."
"Jef, nanti kau ada dibelakang pintu ya? Jadi saat Lastri dan jichu masuk kau langsung mengucapkan Happy Birthday. Nah, nanti saat Jeffry mengucapkan Happy Birthday sambil membawa kue, kalian semua harus keluar dari tempat persembunyian masing-masing."
Semuanya pun mengangguk setuju dengan perintah yang dibuat oleh Lay.
Jichu saat ini sudah berada di butik milik Lastri. Ia merasa bosan melihat Lastri yang terus saja mencatat pengeluaran butik bulan ini. Lalu dia memiliki ide untuk mengajak Lastri keluar sebentar.
"Las, aku sangat bosan. Bisakah kita jalan-jalan saja?" Rengek Jichu memegang lengan Lastri.
"Tunggu sebentar ya, aku belum menyelesaikan ini."
"Sebentar itu berapa lama lagi?"
"Aku janji tidak akan lama. Kau duduk saja sambil menikmati kopi yang sudah kubuatkan."
Jichu menghembuskan nafasnya kasar, "Huft, baiklah akan ku tunggu."
Lastri hanya tersenyum melihat tingkah Jichu yang menurutnya lucu.
"Ah akhirnya selesai juga. Jichu, ayo kita pergi."
Lastri menoleh ke arah Jichu, ternyata gadis itu sedang tertidur pulas. Mungkin efek menunggu Lastri selama 15 menit membuatnya mengantuk. Lastri mencoba untuk membangunkannya secara perlahan.
"Chu, ayo kita jalan-jalan. Aku ingin menutup butik ini." Ucapnya sambil menggerakkan badan Jichu perlahan.
"Hah? Apa sudah selesai? Hoaaamm." Jichu menguap
"Iya sudah selesai, ayo kita pergi."
Kemudian Lastri menutup butiknya dan mereka langsung bergegas untuk berjalan-jalan.
"Kita akan kemana chu?"
Jichu tampak sedang berpikir, "Kau ingin ke caffe atau ke taman?"
"Ke taman saja, aku bosan ke caffe. Lagi pula aku ingin melihat lautan diseberang taman."
"Baiklah, ayo kita kesana." Ajak jichu lalu menarik tangan Lastri.
Sementara dirumah Lastri, Somi tampak mual-mual dan bolak-balik ke kamar mandi.
"Kau kenapa Somi?" Tanya ibunya
Somi menggeleng, "Tidak apa-apa mah, mungkin aku hanya tidak enak badan."
"Jika kau sedang sakit sebaiknya jangan ikut pesta ini dulu. Minumlah obatmu dan istirahatlah." Saran ibunya
"Aku tidak apa-apa. Lagi pula ini hari spesial bagi kakakku. Aku harus datang."
Sekarang Lastri dan Jichu sedang menikmati pemandangan lautan yang luas. Di tambah dengan detik-detik terbenamnya matahari menambah kesan yang sangat indah dan patut untuk dinikmati.
"Las."
"Iya?"
"Apa ingatanmu sekarang sudah kembali?"
Lastri menggeleng, "Kurasa belum. Tapi sudah lebih baik dari sebelumnya."
"Apa kau mengingat kenapa kau putus dengan Candra?"
"Entah kenapa apa yang berhubungan dengan Candra aku mengingatnya. Tapi untuk hal yang lain aku lupa, bahkan dengan keluargaku sendiri."
"Tapi-"
Belum selesai jichu berbicara, ada seorang wanita yang memotong pembicaraan mereka.
"Lastri, bisakah kita berbicara sebentar?"
Itu Irene. Wanita yang waktu itu menolongnya saat terjatuh didepan lift. Tunggu, kenapa Irene tidak menghubunginya jika ingin bertemu? Lalu Lastri memeriksa ponselnya, ternyata ia kehabisan baterai.
"Sekarang?" Tanya Lastri.
"Iya, aku ingin berbicara sesuatu yang penting."
Jichu menahan Lastri yang hendak menghampiri Irene. "Jangan, aku ada janji dengan Lastri. Maaf kau bisa lain kali untuk berbicara dengan Lastri. Ayo kita pergi."
Lalu Jichu menarik Lastri pergi dari sana dan menaiki mobil milik Jichu. Sebelum Jichu menyetir, ia mengirimkan pesan kepada Lay bahwa mereka akan segera pulang.
Kak, aku dan Lastri akan segera pulang kerumah.
Kemudian gas ditancap kencang membelah keramaian di kota Jakarta.
"Jichu, kenapa tadi saat Irene datang menemuiku kau malah mengajakku pulang?"
Jichu melirik lastri sekilas, "Aku takut dia berniat buruk kepadamu."
"Tapi sepertinya dia itu orang yang baik."
"Jangan tertipu, kau harus waspada. Lagi pula sekarang sudah malam, kita harus pulang ya?"
Lastri mengangguk.
Sekarang Lastri dan Jichu sudah sampai di rumah Lastri. Jichu mengetuk pintu dahulu untuk memberi kode kepada Jeffry agar ia membukakan pintu.
Tok tok tok
Jeffry membukakan pintu sambil membawa kue lalu berjalan.
"Happy Birthday La-"
Bruk!
Kue Ulang tahun Lastri jatuh begitu saja. Semuanya terdiam. Pesta yang mereka rencanakan dengan matang akhirnya gagal hanya karena 1 orang. Somi.
Somi terlihat mendorong Jeffry karena ia ingin berlari keluar. Somi mual dan dia ingin muntah. Jadi Somi terburu-buru ingin keluar namun dia tertabrak hingga mendorong Jeffry yang menyebabkan kue ulang tahun milik Lastri terjatuh begitu saja dan mengenai pakaian Lastri.
Semuanya masih belum bisa berkata-kata karena perasaan kecewa dan bingung yang ada di pikiran masing-masing.
"Somi apa yang kau lakukan?!" Jeffry memberanikan diri membuka obrolan dan membentak Somi.
"Aku.. aku mual sekali dan ingin muntah. Jadi aku bergegas untuk keluar tapi karena terburu-buru, aku malah mendorongmu. Maafkan aku. Maafkan aku kak Lastri karena telah mengacaukan pesta ulang tahunmu." Ucap Somi sambil menatap Lastri.
Jujur, Jeffry sangat kecewa dengan perilaku Somi. Dia mencintai Somi, namun dia juga sangat mencintai Lastri. Dia tidak tega melihat Lastri yang kecewa seperti itu karena kue ulang tahunnya malah tumpah ke pakaiannya sendiri.
Jeffry menarik nafasnya pelan, "Harusnya kau bisa ke kamar mandi, kenapa kau malah bergegas keluar? Kamar mandi tidak jauh dari posisimu bersembunyi tadi."
"Itu- em.. itu.. aku tidak tahu. Aku terburu-buru jadi tidak bisa berpikir, maafkan aku."
Lastri belum berniat untuk menjawab permintaan maaf dari Somi, dia tampak heran. Heran kenapa ketika pintu dibuka luas, Somi masih bisa menabrak Jeffry dan menjatuhkan kue ulang tahunnya. Lalu kenapa saat kuenya sudah terjatuh ia malah tidak jadi muntah? Apa itu bukan kesengajaan?
"Kak, aku mohon maafkan aku. Jangan diam saja, katakan sesuatu aku mohon." Ia pun mulai menangis.
"Kau..." Mata Lastri memerah. Seperti dia sedang marah. Tidak, jangan biarkan Lastri marah. Sangat berbahaya ketika melihat seseorang yang jarang marah, namun sekarang menjadi sangat marah. Jangan sekarang, seseorang tolong tenangkan Lastri dalam situasi ini. Orang tua Lastri bahkan Lay pun tidak berani untuk menegur Lastri agar tidak marah. Terlalu menyeramkan ketika melihat Lastri marah.
"Aku mohon jangan marah, aku tidak sengaja hiks." Ucap Somi masih merengek meminta maaf kepada Lastri.
Plak!
Oh tidak, satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Somi yang membuat pemilik pipi itu meringis kesakitan. Semua orang tertegun melihatnya.
"Aku sudah menunggu hari ini apa kau tahu? Aku berharap dengan di adakannya pesta ini ingatanku akan kembali! Apa kau tahu? Sejak tadi pagi aku sangat gelisah karena tidak ada seorang pun yang mengucapkan Selamat ulang tahun kepadaku. Aku pusing karena pekerjaanku dibutik. Lalu aku senang karena kalian semua membuatkan pesta ulang tahun untukku. Tapi apa? Kau.. kau malah menghancurkannya!! Aku benci kamu!" Teriak Lastri lalu berlari menuju kamarnya.
Somi berniat mengikuti Lastri ke kamarnya, namun ditahan oleh Lay.
"Biarkan dia sendiri, dia butuh waktu."
"Huaaaa kenapa ingatanku tidak pernah kembali hah? Kenapa?!" Lastri memukul tembok sambil menangis, hanya itulah cara dia meluapkan semua amarahnya.
"Aku ingin sekali merayakan ulang tahun tapi mereka semua menghancurkannya!!! Aku benci mereka!! Aku ingin mengingat siapa saja yang menjadi orang-orang terdekatku dan siapa yang jahat kepadaku! Tapi aku tidak bisa melakukannya! Kenapa!!!" Lastri kemudian memukul kepalanya agar ia ingat.
Kemudian ibunya yang melihat perilaku Lastri merasa tidak tega. Ia pun menghampiri Lastri.
"Hentikan Lastri, hentikan." Kini ibunya memeluk Lastri.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya mah kenapa? Bahkan aku ingin sekali mencicipi kue ulang tahun tapi mereka semua menghancurkannya. Mereka jahat hiks."
"Mereka tidak jahat sayang, mereka hanya tidak sengaja. Tentang ingatanmu itu, Allah sudah mengatur semuanya jadi tolong kau menunggu. Karena Allah punya rencana yang baik untukmu."
Tok tok tok
Terlihat Lay di depan pintu kamar Lastri.
"Lastri keluarlah, Candra membelikanmu kue ulang tahun yang baru."
Lalu Lastri bergegas keluar kamarnya.
"Itu kue ulang tahunmu sudah ada dimeja. Dan ini bunga untukmu Lastri." Ucap Candra sambil menyerahkan bunganya kepada Lastri.
Lastri sangat senang melihat itu, lalu dia pun mengambil bunganya dari tangan Candra. Ia memamerkan bunga itu kepada Lay.
"Kak lihatlah. Bunga ini sangat indah seperti diriku haha."
Lay hanya tersenyum. Dia bahagia akhirnya adiknya kembali tersenyum walaupun sebelumnya menangis hebat.
Lalu ada kiriman bunga lainnya dari anggota Exo. Lastri sangat bahagia. Mereka tahu bahwa Lastri sangat menyukai bunga.
Lalu Somi menghampirinya, "Kak, apa kau masih marah denganku?"
Lastri tidak mau menatap adiknya. Dia terlalu sibuk dengan bunga-bunga dan kue ulang tahun yang ada didekatnya.
"Sudahlah kau istirahat saja sana. Kau kan sedang sakit." Ucapnya sambil berlalu.
Somi yang menyadari kakaknya masih belum bisa memaafkannya merasa kecewa. Tapi itu kesalahannya sendiri, dia bisa terima.
Seseorang datang tanpa diundang lalu memasuki rumah Lastri dan membawa bunga.
"Happy Birthday Lastri!! Ini hadiah dariku untukmu."
"Irene?"