Salsa Hanum Prameswari, 24 th. Anak tunggal dari pemilik indutri pupuk di kota Gresik.
Sejak lulus dari kuliah 2 tahun lalu dia bekerja sebagai karyawan sebuah bank swasta nasional yang ada di cabang Bandung, dibagian front liner sebagai Customer Service ( CS ). Ia diminta lanjutkan usaha ayahnya dia merasa dak punya ilmunya.
Pekerjaan Salsa, gadis berhijab, dituntut untuk tampil cantik, menarik dan yang utama dia harus menampilkan senyuman pada tiap customernya dan sopan dalam melayani nasabah.
" Selamat pagi pak dika, ada yang bisa dibantu," salam Salsa, pada setiap customer bank yang baru datang.
" Pagi cantik," kata dika menggoda Salsa setiap kali dia datang. Salsa sudah terbiasa dengan tingkah dika, pebisnis muda yang menjadi prime customer bank tempat salsa bekerja.
" Aku lagi butuh bantuanmu," ucap dika sambil mengerling sebelah matanya.
" silahkan, pak dika, bisa disampekan kesulitannya," jawab Salsa masih memperlihatkan senyum termanisnya.
" Nanti istrahat, nona cantik kutunggu maksi bersama," ucap dika dengan nada memerintah, "tanpa penolakan," lanjut dika memandang salsa penuh hasrat.
Mereka saling bertemu, Rahandika dak bisa menyembunyikan rasa tertariknya sama Salsa.
Faizan Rahandika, 30 th, masih lajang, pebisnis muda di bidang elektronik, dan sistem pemasaran saat ini menuntut untuk melakukan banyak perubahan terutama karna era digital dia sudah menyiapkan kerjasama dengan bank swasta tertentu tinggal kapan waktu louncing nya. Walaupun dia juga pengguna mobile banking, credit card, tapi dia tetep suka untuk datang ke counter bank, tentu saja sebagai prime customer, salah satu alasan bisa ketemu cewek cantik diantaranya Salsa.
" mohon maaf pak dika, saya sudah bawa bekal dari rumah, mungkin bisa lain kali," salsa menolak dengan halus sambil menangkupkan kedua tangannya. Dika tetap tidak beranjak dari duduknya di depan meja CS. " kalo dak ada yang lain, kami akan melayani nasabah yang sudah ada di antrian, silahkan pak dika," ucapan Salsa mengusir secara halus dika, karena bagaimana pun dika adalah prime customer bank tempatnya bekerja, maka dia harus bisa menjaga image bank dan melayani dengan setulus hati, kalo kesel dan dongkol tidak boleh diperlihatkan gaes, alias tetep tersenyum cantik meskipun rasanya kaki ingin menendang pantat customer yang dak mau beranjak meski sudah menerima penolakan, orang ini bebal banget sih urusan kepekaan.
" ijin sudah aku kantongi dari boss besar, kalo nona cantik akan maksi di luar sama klien istimewanya yang super tampan," ucapan dika membuat jengah lusi apalagi di belakang customer nyebelin ini ada customer lain yang ngantri dan terpenting ikutan dengar gombalan sang perayu ulung, mimpi apa aku bisa nemuin yang kayak gini nyebelin banget tahu.
" Baiklah pak dika, tapi mohon maaf biarkan kami melayani customer yang lain, bapak bisa nunggu saya di tempat tunggu," kata Salsa menganggukkan kepala dan mengucap terima kasih. Akhirnya dika beranjak dari kursi di hadapan Salsa dan berdiri sambil tangan diangkat bentuk hormat, " hemm," gumaman kecil salsa agar tidak terdengar di pemaksa ulung.
" Silahkan ibu, ada yang bisa kami bantu," kata Salsa kembali melayani customer yang dari tadi sudah menunggu.
" Terima kasih ibu sudah bersedia menunggu," ucapan salsa dengan senyum yang terjaga.
Sementara dari jauh Dika memperhatikan gadis incarannya sambil tersenyum sendiri, kemudian diambilnya sebuah kotak kecil dan diciumnya, " Kamu akan jadi milikku nona cantik," Dika begitu yakin Salsa dak bisa menolak permintaannya.