Chereads / TITIP RINDU BUAT SALSA / Chapter 8 - Faizan Rahandika

Chapter 8 - Faizan Rahandika

Sementara itu laki laki tampan dengan style casual yang selalu melekat di tubuhnya celana pendek berbahan katun dengan atasan kaos berlengan pendek tanpa kerah dan sepatu sneckers warna putih siap berangkat ke klub badminton yang diikutinya sejak dia dibangku sma. Gaya hidup inilah yang membuat tubuh dika yang selalu terjaga sehat, bahkan asupan makanan pun selalu ia jaga, dika tidak pernah suka pergi ke klub malam untuk minum minuman apalagi sampai mabuk, dia akan ke night club biasanya karena ajakan temen temennya yang sering kali membuat jebakan untuk dapat mengajak dika.

Dengan usia yang relatif muda dia sudah berhasil memimpin perusahaan dengan asset yang besar di bidang elektronika yang juga sudah mengembangkan produknya pada tehnologi digital dan memiliki cabang di hampir setiap ibukota propinsi dan kota besar di Indonesia.

Dika tidak pernah digosipkan dekat dengan perempuan manapun, bahkan sekertaris cantiknya yang sudah berdandan ala ala model terkini pun tidak diliriknya, dika menganggap siska sang sekretaris hanya hubungan kerja dia menjunjung tinggi profesionalisme kerja, apalagi dia seorang direksi dimana setiap perilakunya akan cepat merebak dan sebagai bahan empuk bagi club gosip yang selalu mencari sumber berita ter-update.

Hanya saja akhir akhir ini ada satu nama yang mendominasi isi kepala sang direksi muda, Salsa, wanita berhijab yang telah membuatnya enggak bisa berhenti memikirkan paras ayu wanita jawa itu.

Dika melajukan mobil arah GOR untuk melakukan aktifitas rutinnya setiap minggu bertemu teman klup badmintonnya. Dering telpon dari benda kotak yang ada di atas dasboard mobilnya, Dika melirik ke arah handpone tersebut sambil masih konsentrasi ke jalanan yang ndak seberapa padat dibanding hari kerja, muncul nama Raka sang sahabat sekaligus anak buahnya di kantor. Di pasangnya headseet di kedua telinganya dan di sambungkan ke smartpone, ada tertulis nama Raka dan digesernya simbol telpon warna biru, dan terdengar suara dari seberang sana dengan nada yang serius.

"Ada apa Ka, kayak kebakaran jenggot loe ngomong keras banget, nih kupingku panas, bro," diikuti tawa di seberang sana, Dika biasa ngomong saling lempar guyonan membuat orang yang ngeliat menyimpulkan bahwa keduanya bukan hanya sekedar teman sudah layaknya saudara saja. " loe dimana Ka ?" tanya Dika yang diikuti pelototan mata milik Raka sayang mereka ndak lagi VC jadi gimana dika menyadari kejenggelan Raka yang sudah diujung ubun ubun.

"ups maaf aku ndak inget kalo harus nyamperin kamu dulu, loe naik taksi online aja ya, aku dah mau nyampe tempat nih " jawab dika kembali dengan terkekeh, karna ternyata mobil Raka masuk benggel dan keduanya sudah sepakat pulang kerja janjian, kalo minggu di klub badminton Dika yang nyamperin Raka ndak di rumahnya di mall deket rumah, dasar boss mah bisa seenak jidatnya ngupain anak buah, nasib mah ndak enak jadi bawahan, 'hemmm' keluh Raka dengan suara lirihnya dan kemudian dipencetnya aplikasi taksi online dengan tujuan GOR pusat kota Bandung.

Sedang Dika sudah sampai di plataran GOR dan memarkir mobil sport nya, dika turun dari mobil dan hendak menuju pintu masuk GOR dengan menenteng raket, diambilnya handpone dan mengecek notifikasi takut ada hal penting yang mengharuskan menghubunginya, entah masalah kerjaan atau masalah keluarganya, Naas saat lagi fokus pada handpone di tangan, seseorang menabraknya, dari arah yang berlawan menuju tempat parkir karena memang posisi Dika ada di deket pintu masuk, wanita berhijab dengan longdress warna pasta, hampir terjerembab dan Dika segera memegang pinggang wanita itu, diluar perkiraannya, wanita itu langsung menarik tubuhnya menjauh dan spontan tubuhnya oleng karna tangan berotot Dika menariknya dengan kuat, mata coklat yang indah tanpa ayelener atau ayesedaw seperti wanita yang dikenalnya atau bahkan yang ada dipikiran dika. Ada yang langsung terpesona pada pandangan mata coklat nan indah.

"Maaf, Nona Salsa, " kata Dika menyadari dia mengenal wanita berhijab itu dengan wajah melongo tanpa bisa menyembunyikan keterpesonaannya. "maaf pak dika, ya ? " wanita itu menarik tangannya yang ternyata masih dipegang Dika, hingga membuat laki laki ini tersentak.

Dika mengangguk dan secepat kilat menyuguhkan senyuman termanis, "maaf" kembali hanya itu yang terucap tanpa berkata yang lain.

"Kok pak dika ada di sini, " wanita itu menakupkan kedua tangannya membuat dika tidak bisa berbuat banyak kenapa kamu selalu menjaga jarak sih salsa. Dan kemana gelang mutiara yang ku berikan kenapa ndak kamu pakai salsa.

"aku anggota klub badminton, kebetulan lagi janjian main sama temen temen klub, lha harusnya yang tanya aku dong, kok kamu di sini, ndak nyari aku khan," Dika mengeluarkan cengiran menggoda khas dika banget menyebalkan bagi Salsa. Ah kenapa mesti ketemu laki laki ini yang selalu ingin dia hindari di luar urusan kerjaan.

Tampak laki laki yang seumuran dengan dika keluar dari pintu utama GOR mendekat ke arah Salsa, ada rasa yang canggung tiba tiba menerpa dika "kenalin pak Dika, ini mas ivan suamiku," ucapan Salsa bagai petir di malam yang gelap gulita sehingga menyeramkan bagi yang ada di sekitarnya. Laki laki yang dikenalkan Salsa sebagi suaminya menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak berjabat tangan tanda perkenalan, oh GOD kenapa perempuan suka banget memberikan kejutan yang membuat jantungku ingin melompat karna berdetak terlalu cepat, ingin aku meninggalkan tempat ini dan mending ndak pernah ketemu sama mereka.

Aku pun menyambut uluran tangannya dengan sedikit gemetar setelah itu aku pamit sama Salsa dan meninggalkan mereka. Oh Salsa kemana hati ini akan kuobati, jerit Dika seandainya dia bisa menjerit keras, namun dia laki laki yang nggakungkin melakukannya.