Chereads / TITIP RINDU BUAT SALSA / Chapter 9 - Ndak Fokus

Chapter 9 - Ndak Fokus

Di dalam GOR dika sedang melakukan pemanasan sebelum permainan badminton dimulai, dia akan bermain ganda dengan pasangannya Raka yang rencana melawan Riki dan Adnan, mereke berempat saat smu merupakan wakil dari sekolah untuk kejuaraan antar sekolah se kabupaten, ndak jarang mereka sering ngumpul. Riki sudah memiliki anak didik yang rencana akan diorbidkan dalam olah raga badminton, bahkan Riki ikutan dalam club di salah satu iklan rokok nasional. Nah Riki juga menjadi pelatih pada salah satu Bank swasta Nasional dimana Salsa bekerja, perlu diketahui Riki tentu saja mengenal Salsa yang ternyata salah satu kandidat pemain bulutangkis yang handal di Kampus saat itu dia sebagai wakil pada pertandingan antar universitas di kota kembang.

"Hei bro ada apa denganmu, terlihat dak fokus, ditolak gebetan, wk wk wk ," Riki mengamati permainan dika, sahabat smu nya ini dak biasanya mlempem, tiap kali mereka ketemu yang ada dika yang meramekan suasana dengan segala celoteh bising yang dia buat dengan bercanda atau bahkan membuly temen lainnya dengan berbagai topik pembicaaan yang selalu saja tidak bikin bosen kalo bertemu dengan bos elektronik yang satu ini. Ini hari yang aneh bagi sahabat sahabat dika melihatnya sedikit kucel.

"sial ki, lu kenal dak sama karyawan bank yang lagi jadi idaman temen kita tuh, bisa dak lu ajak dia sini biar dak kucel muka temen lu tuh," oceh Raka sambil tertawa ngakak dengan tangan menunjuk ke arah pria jangkung yang balas melotot ke arah Raka.

"Dasar lu ka," Dika menyabet kok dengan keras kearah sahabat sekaligus anak buahnya, yang dibalas seringaian tanpa menghentikan tawanya.

"Oh jadi ceritanya nih, si dika lagi pdkt pada perempuan berhijab si Salsa maksudmu Ka, la dak salah dik, bukan Salsa istrinya vian bro ?" ulas riki membuat dika menghentikan permainannya dan langsung mendekat ke arahnya.

"Beneran lu lenal Salsa ki ?" tanya dika balik karna penasaran seberapa tahu riki tentang petempuan bernama Salsa. "Ya tahulah, kalo yang lu maksud Salsa yang sama, ini orang ditanya malah balik nanya, " kata riki yang lagi pemanasan dengan menggerakkan otot otot tubuh bagian atasnya. Riki menghentikan gerakan tangannya dan menghadap ke arah Dika, "Salsa itu murid gue dik sejak mahasiswi, lu suka ama dia, mending mundur deh, dia itu terlalu baik anaknya, jangan dekati perempuan berhijab yang sudah bersuami, bisa dapat wejangan dari mami lu tujuh hari tujuh malam tanpa jeda," tawa riki langsung ambyar tanpa peduli wajah dika yang sudah berubah merah padam menahan diri entah kenapa hatinya jadi begitu tersiksa mengetahui realita tentang perempuan yang ditaksirnya, baru saja ia ingin serius melabuhkan hatinya buat seseorang namun sudah kandas sebelum berlayar. tidak adakah kesempatan lagi untukku, inikah alasanmu selalu menghindariku, benar kata riki kamu terlalu baik hingga menolakku secara halus untuk membuatku tak terlihat bodoh, kenapa tidak berterus terang aja kalo lu udah punya suami sih Sal, atau aku aja yang terlalu budek mendengarkan penjelasanmu. Pikiran dika terus berkecamuk tak karuan. Senyumanmu terlalu manis untuk dilupakan. Aduh hati yang berbunga bunga bak musim semi kenapa begitu cepat mesti berganti musim gugur, ah masih bolehkah aku datang menemuimu sebagai kekasih dalam hatiku, hanya untuk menatap wajah ovalmu yang begitu teduh. Dika terus melamunkan perempuan itu hingga teriakan temen temennya untuk memulai bulutangkisnya tak dihiraukan dika duduk termenung dilantai dengan menselonjorkan kedua kakinya dengan tangan bertumpuan di lantai. "Hoi ...Dik, masak gara gara perempuan istri orang lagi lu pikirin sampe segitunya, kesambet dimana lu," giliran Raka yang menggoda dika. Sementara adnan barusan dari ruang ganti ikutan nimbrung bingung dengan celotehan temen temennya, sepertinya lagi pada ngerjai si dika, paling masalah perempuan dasar jomblo akut, kalo adnan dan riki mereka udah nikah, sementara si raka sedikit punya bibit badboy, dari dulu dika pilih pilih dengan mendekati makluk yang namanya perempuan bahkan terkesan ribet.

"pada ngapain sih, mau kupesenin kopi dak, sekalian lagi pingin choocolate, " teriak adnan dari jarak yang terhitung dekat namun karena ruangan yang luas dan tinggi hingga menimbulkan gema suara. "kopi hitam aja nan," jawan riki, "seperti biasa, juice melon tanpa es," timpal raka.

"ikutan nan," jawab dika, "lagi males pegang raket" dika langsung mendekati adnan yang berjalan ke arahnya diikuti dengan kekehan kedua sahabatnya yang lain.

"lu kenal ama vian," tanya dika ditengah langkah kaki bersama adnan menuju cafe disamping gedung olah raga. "Suami Salsa maksud lu, dia kan anak dari pengusaha kapal pesiar negeri singa itu, salah satu orang terkaya di Bandung," keterangan Adnan panjang lebar, menjadikan dika berfikir dua kali untuk memenangkan hati wanita pujaannya yang ternyata menjadi istri pengusaha lebih tepatnya menantu konglomerat.

"lu ada hati sama bini nya dik," ucap adnan menohok hati dika, "mending jangan deh, " tambah adnan, "denger denger sih yang nglamar salsa bukan vian tapi maminya," cerita adnan bikin sakit hati dika bertambah, kasian dong salsa jangan jangan vian ndak mencintainya, karna dipaksa maminya, terlihat dari mata indahmu yang menyimpan banyak masalah, kasihan kamu sal, mending sama aku aja yang pasti mencintaimu dan akan berusaha membahagiakanmu. "woi jangan nglamunin bini orang, pamali !" adnan penyenggol lengan dika dengan siku tangannya, mendapati sahabatnya yang seperti berada di dunia lain.

"lu tahu banyak tentang keluarga itu ?" kata dika penuh selidik, "dak juga sih, kebetulan, beberapa turnamen yang kita ikutan di sponsori sama perusahaan keluarga vian," jawab adnan dika hanya ber oh ria menanggapi cerita adnan, untuk menutupu keterkejutannya ternyata temen temennya pada tahu tentang salsa dan vian, hanya dia yang tahu belakangan semua cerita mereka.