Yu Shi bertapa berjam-jam dan mengatur pernafasannya untuk menekan Aura putih yang terpancar dari tubuhnya. Meskipun dia sudah terlatih, tapi menekan Aura Putih yang terpancar begitu kuat bukanlah hal yang mudah.
Kay Ri mengamati Yu Shi yang masih bertapa karena belum berhasil menekan Auranya, dia melihat beberapa hewan kecil bahkan Hewan Gaib Liar kecil ingin mendekat kearah Yu Shi. Seakan-akan mereka tertarik dengan Aura yang terpancar dari dalam tubuh Yu Shi. "untung hari ini yang datang hanyalah Hewan Gaib Liar level rendah dan berukuran kecil. Tidak seperti sebelumnya yang memiliki level tinggi...." kemudian dia menarik nafas yang terasa berat. "aku tidak bisa membayangkan kalau Yu Shi harus hidup dengan di kerumuni Hewan Gaib Liar setiap hari."
Yu Shi bangun dari pertapaanya kemudian dia melihat Kay Ri yang berada tak jauh darinya. "....apakah Auraku sudah tidak terlihat? " Yu Shi yang tidak bisa melihat Aura bertanya pada Kay Ri.
"Aura yang terpancar dari tubuhmu masih terlihat pekat dan terasa dengan jelas. Tapi tidak sekuat kemarin." jawab Kay Ri.
"pekat?, bukankah harusnya Aura itu berwarna tapi agak transparan, kenapa kamu gunakan istilah pekat pada Auraku? "
"sungguh Auramu tidak terpancar seperti orang normal, aku pernah melihat Aura dari seseorang yang memiliki level 10 tapi Aura mereka tidak sepekat milikmu. "
"a, apa kamu yakin? "
Kay Ri menggangguk.
"aku pernah melihat warna Aura orang dengan level 10, memang kuat dan transparan. Berbeda dengan Aura yang pernah kulihat dari tubuh Ayahku yang memiliki level 20 berwarna merah pekat. Apa mungkin Auraku seperti orang yang memiliki level di atas level 10?. Tapi meskipun begitu, itu percuma karena tubuh ini tidak bisa menggunakan elemen." pikir Yu Shi. Kemudian dia kembali melanjutkan bertapa dan mengatur pernafasan.
...............¤¤¤¤¤...............
(di kekaisaran Yunnju)

Putra Mahkota Xiao Han berjalan di dalam koridor istana yang cukup gelap dan lembab karena berada dibawah tanah. Di depannya ada dua orang berbaju hitam sedang menunggunya dan merekapun berlutut saat Puta Mahkota Xiao Han berdiri tepat didepan mereka.
"kita akan menghadapi peperangan melawan Kekaisaran Samaratungga dalam waktu yang belum bisa ditentukan. Aku ingin kalian melatih anak-anak yang berbakat agar bisa bertempur jika suatu saat di butuhkan." perintah Putra Mahkota pada dua orang berbaju hitam.
"Putra Mahkota, apakah anak-anak itu akan dimasukkan dalam camp militer? "
"tidak, aku ingin mereka dilatih menjadi pembunuh secara rahasia. Karena mereka akan menjadi kartu truf untukku. "
"apakah anda yakin ingin melatih anak-anak kecil untuk menjadi senjata pembunuh? "
"jika mereka tidak di latih sejak dini, bakat mereka sebagai pembunuh tidak akan bisa terasah dengan baik. "
"....siap hamba laksanakan. "
Beberapa saat kemudian dua orang yang berbaju hitam itu seakan menghilang karena begitu cepatnya gerakan mereka.
Dalam sunyinya lorong yang sepi, Putra Mahkota Xiao Han berbicara sendiri karena mengalami pertentangan batin antara 9 roh yang tersisa di tubuhnya.
"kenapa kita begitu kejam? "
"tindakan ini seperti bukan kita. "
"aku tidak mau kehilangan sesuatu yang sudah menjadi milik kita. "
"aku tidak memiliki ambisi semacam itu, jika kita ditakdirkan untuk kehilangan, itu sudah menjadi takdir kita. "
"aku tidak percaya takdir. "
"kalian ini sedang membahas apa sih, kenapa ribut sekali? "
"aku tidak ingin apa yang menjadi milik kita bisa direbut dengan mudah. "
"ambisi kita begitu besar ditambah dengan akal licik. Kita tidak akan kalah dengan mudah."
"kita sudah kehilangan 1 roh kita, aku tidak ingin kehilangan lagi... "
"kenapa harus ada pertumpahan darah... Aku jadi sedih... "
"sudahlah diam saja dan serahkan semua pada kami. Kalian cuma perlu tutup mata dan tidak usah bangun dan mengganggu rencana kami."
"yah, kalau kalian begitu berambisi dan bersi keras, lebih baik aku tidak mau tahu dari pada nanti aku tidak tega. "
"aku tidak akan tinggal diam, jika kalian melakukan hal yang keji aku tidak akan memaafkan kalian. "
"hahaha... memangnya kamu bisa tidak memaafkan tubuhmu sendiri?"
"kikikiki....tidak usah selisih paham, tak masalah jika kalian mau melakukan apapun, tapi jangan terlalu berlebihan yah.. "
"aku jadi semakin sedih mendengar percakapan ini... "
"aku tidak perduli apa yang terjadi, tapi aku bukanlah tipe yang cuma bisa tinggal diam. "
...............¤¤¤¤¤¤...............
(Di istana Kekaisaran Samaratungga)
Tanah makam Ratu Shitarai masih basah, tapi beberapa pejabat dan menteri sudah merencanakan untuk mencari pengganti posisi Ratu Shitarai. Bahkan beberapa petisi yang masuk di meja kerja Kaisar Baykyu berisi usulan agar Kaisar segera menikah lagi dengan dalih kestabilan Kekaisaran. Tapi Kaisar tidak memberi respon samasekali terhadap tumpukan petisi itu.
Semenjak kematian Ratu Shitarai,Kaisar menjadi lebih diam apalagi kedua putranya sampai kini masih belum bisa di temukan. Sekarang dia menjadi Kaisar yang hanya fokus terhadap pekerjaannya dan samasekali tidak memperhatikan Putri bungsunya yang kini dibesarkan oleh ibu asuh.
Kaisar Baykyu sudah mempersiapkan bala tentara untuk merebut 1 Kerajaan milik Kekaisaran Yunnju yang berada di perbatasan. Jika berhasil makmur setelah berada dalam kekuasaan Kekaisaran Samaratungga, maka satu persatu wilayah Kerajaan lain akan direbut dari kekuasaan Kekaisaran Yunnju.
...............¤¤¤¤¤¤...............
(Beberapa hari kemudian)
Zassy yang terbangun di dalam ingatan Arima, dia duduk di sebelah sosok dirinya yang dulu(Pangeran Zassy). Pangeran Zassy mengusap kepala Pangeran Arima dengan lembut, entah mengapa hatinya menjadi tenteram saat sosok dirinya yang dulu membelai lembut kepala adiknya, seakan kini dia bisa merasakan perasaan yang dirasakan Pangeran Arima saat itu.
Bayangan ingatan beralih pada saat berada didalam kediaman Kaisar,Pangeran Arima (kesadaran Zassy), Pangeran Zassy (sosok dirinya yang dulu) dan Ibu mereka (Ratu Shitarai) bercanda dan bercerita sambil menunggu Ayah mereka (Kaisar Baykyu) untuk datang. Beberapa kali mata Pangeran Arima menatap Pangeran Zassy yang matanya hanya terarah pada satu sudut ruangan, Arah itu menuju pada ranjang Ayah mereka. Kemudian Ayah mereka (Kaisar Baykyu)pun datang dan memberikan Pedang Zilla pada Pangeran Zassy (sosok dirinya yang dulu) tapi hati Pangeran Arima bisa merasakan bahwa kakaknya tidak terlalu senang menerima Pedang tersebut. Hal itu membuat hati Pangeran Arima menjadi sedih.
Kemudian kesadaran zassy yang berada dalam ingatan di tubuh Arima menyadari. "kenapa sekarang aku bisa merasakan kesedihan dihati Arima saat melihat sosok diriku yang dulu kecewa karena menerima Pedang Zilla? "
Setelah itu Ayah mereka (Kaisar Baykyu) mengambil Pedang Jasmine dan diberikannya pada Pangeran Arima. Menerima pedang indah yang terbuat dari berlian itu, hati Pangeran Arima sangatlah bahagia. Kesadaran dari Zassy yang berada didalam ingatan Pangeran Arimapun ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan. "h,hatiku merasakan kebahagiaan. Seakan semua ini bukanlah mimpi. "
Tapi tiba-tiba perasaan kebahagiaan itu seketika lenyap saat dia melihat sorot mata Pangeran Zassy(dirinya yang dulu) menatap Pangeran Arima dengan penuh rasa benci karena Pedang Jasmine ada di tangannya. Ketakutan dan kesedihan seketika menguasai hati Pangeran Arima, kesadaran Zassy yang berada dalam ingatan Arima-pun ikut merasakannya. "melihat sosok diriku sendiri yang menatap dengan penuh benci di hadapanku sendiri, entah mengapahatiku terasa sangat sakit. ..Jadi ini yang di rasakan Arima saat aku iri padanya karena Ayah memberikan Pedang jasmine padanya."
Pangeran Arima(kesadaran Zassy) melihat Pangeran Zassy (sosoo dirinya yg dulu) keluar dari kediaman Kaisar dengan wajah muram. Pangeran Arima mengikutinya dari belakang sambil membawa pedang Jasmine di tangannya. Pada saat yang sama kesadaran Zassy yang berada didalam ingatan Arima bisa mendengar suara isi hati dari Arima saat itu. "aku akan memberikan Pendang Jasmine pada kakak ku."
Mendengar suara hati dari Arima, kesadaran Zassy yang berada dalam ingatan ditubuh Arima kaget. "k, kenapa sekarang aku bisa mendengar isi suara hati dari Arima?! "
Pangeran Arima masih mengikuti kakaknya dengan berharap kakaknya menjadi bahagia setelah menerima Pedang Jasmine darinya. Tapi entah mengapa Pangeran Zassy selalu menghindarinya dan tidak mau menatapnya meskipun hanya sekali, sorot matanya yang dulu bercahaya dan penuh perhatian kini berubah menjadi sinis. Hal itu membuat hati Pangeran Arima menjadi nyeri. Kesadaran Zassy yang berada dalam ingatan tubuh Arima-pun merasakan rasa nyeri yang sama di hatinya. "Kenapa... Kenapa aku begitu sinis pada adikku sendiri... Kenapa sikapku begitu jahat padanya... Sungguh aku menyesali apa yang telah aku lakukan padamu adikku. "
Tiba-tiba pandangan menjadi gelap, kemudian perlahan muncul sosok bayangan bercahaya merah yang perlahan detailnya semakin terlihat, itu adalah sosok tubuh Pangeran Zassy yang dulu. Taklama kemudian sebuah bayangan hitam muncul dan ukurannya semakin besar kemudian menelan tubuh Pangeran Zassy bulat-bulat. "Apakah saat ini yang aku lihat adalah mimpi yang dialami oleh Arima. Apakah itu artinya sekarang aku bahkan bisa melihat mimpi yang pernah ia rasakan? "
Pangeran Arima terbangun dari tidurnya dengan panik dan hati yang dipenuhi kecemasan dan ketakutan sambil berlari mencari kakaknya. Kesadaran Zassy yang berada dalam ingatan tubuh Arima juga merasakan kecemasan Arima. Rasa takut itu seperti ketakutan akan kehilangan orang yang tercinta.
Kemudian seorang dayang bertanya. "ada apa Pangeran kenapa anda terlihat begitu ketakutan? "
"aku bermimpi bahwa kakakku saat ini berada dalam bahaya!, apakah kamu tahu sekarang kakakku ada dimana?! "
"Pangeran Zassy sekarang bersama teman-temannya akan segera berangkat berkemah di hutan." jawab dayang.
Dengan hati yang masih kacau, Pangeran Arima berlari kearah kakaknya berada. Kemudian pandangan menjadi gelap.
Beberapa saat kemudian, Yu Shi terbangun dengan jantung yang masih berdegup kencang seperti akan kehilangan sesuatu yang penting. Saat dia membuka mata, dia tidak melihat Kay Ri di sampingnya. Entah mengapa hatinya tiba-tiba panik dan diapun berlari keluar untuk mencari. Dia berlari mengelilingi halaman.
"Kay Ri! Kamu dimana?!" seru Yu Shi.
Suaranya yang cukup keras memanggil, tapi tidak ada respon sama sekali. Setelah beberapa jam Yu Shi berlari kesana kemari, tapi Kay Ri tidak juga dia temukan. Kemudian dia mendengar langkah kaki dari kejauhan, sekitar 4 kilometer sebelah utara. Segera dia berlari kearahnya setelah cukup lama berlari, benar saja dia melihat Kay Ri di sana. Tanpa basa-basi, Yu Shi memeluk Kay Ri.
"?!" Kay Ri kaget dengan tidakan Yu Shi yang tiba-tiba memeluknya.
"kamu kemana saja aku khawatir sekali. " ucap Yu Shi sambil memeluk Kay Ri erat.
"aku tidak kemana-mana, aku hanya pergi mencari ikan." Kay Ri menjadi sedikit salah tingkah.
"lain kali kalau kamu ingin pergi keluar beritahu aku dulu. "
"bukankah biasanya setiap hari aku selalu mencari ikan. Kenapa tiba-tiba kamu panik seakan-akan aku belum pernah pergi keluar sebelumnya?"
Perlahan ayu Shi melepaskan pelukannya dan berkata. "aku tidak tahu, entah mengapa saat membuka mata, hatiku sangat gelisah dan panik padahal aku tahu kamu tidak akan menghilang. " wajah Yu Shi terlihat sedih.
"Yu Shi yang aku tahu selama ini, dia cuek, arogan dan tidak akan mau tahu ataupun ambil pusing tentang apapun yang aku lakukan. Hari ini sikapnya tidak seperti biasanya, ini seperti bukan dirinya saja. " pikir Kay Ri sambil menatap wajah Yu Shi yang terlihat pucat. Kemudian dia mengalihkan pembicaraan. "oh iya, ini sudah 7 hari kamu bertapa untuk menekan Aura Putih yang keluar dari tubuhmu. Dan aku lihat sepertinya kamu sekarang banyak mengalami kemajuan."
"....benarkah? " tanya Yu Shi tanpa semangat.
"benar, sekarang Auramu terlihat lebih transparan dan hampir tidak terlihat tapi masih ada sedikit yang keluar. Kamu harus lebih banyak berlatih lagi. "
"...iya kamu benar. " Yu Shi tersenyum tipis seperti sedikit dipaksakan.
"sepertinya Yu Shi memikirkan sesuatu yang berat." kemudian Kay Ri menawarkan. "jika kamu memiliki masalah katakan saja padaku, setidaknya itu bisa meringankan bebanmu. "
"tidak, tidak ada apa-apa... Aku akan pergi kesungai sendirian. Dan jangan ikuti aku. " ucap Yu Shi tak bersemangat.
"...." Kay Ri hanya diam tak menjawab dan melihat sosok Yu Shi yang berjalan pelan menjauh kearah sungai.
Yu Shi duduk diatas batu di pinggir sungai sambil melihat cerminan wajahnya yang terpantul di permukaan air. Sambil menarik nafas yang terasa berat dia berpikir. "ingatan Arima membuatku semakin bingung dengan diriku sendiri, jika ini terus berlanjut... Aku takut suatu saat nanti aku tidak bisa membedakan antara diriku sendiri(Zassy) ataukah Arima. Sikapku hari ini bukanlah sikapku yang seharusnya dan malah lebih seperti sikap Arima yang penakut dan tidak dewasa."