Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 21 - chapter 21 - rayuan iblis

Chapter 21 - chapter 21 - rayuan iblis

Haise berada di dalam tembok Ibu kota Samaratungga yang begitu tinggi menjulang 35 meter, dia melihat pintu gerbang berukuran raksaksa tertutup yang seakan mengatakan "jangan melewatiku" . Tapi Haise perlahan melangkah seakan ada sesuatu yang memanggilnya dari balik pintu itu, kemudian beberapa tangan memegang pundaknya dari belakang menghentikannya. Diapun menoleh, itu adalah tangan dari teman-temannya Zassy, Dungma,Wendy, Liata dan Jarrod yang berkata. " jangan keluar, disana ada mahluk yang bersembunyi dibalik kegelapan. "

Tapi entah mengapa peringatan mereka seperti angin yang lewat begitu saja di telinga Haise, dan terus berjalan kedepan. Kemudian dia membuka pintu gerbang berukuran raksasa itu. Saat pintu itu dibuka, dia melihat dibalik pintu itu cahaya yang terang benderang dan panorama hijaunya pemandangan alam didepan matanya. Kakinya-pun terus melangkah kedepan dan berdiri ditengah lapangan yang diterangi oleh cahaya matahari, hatinya sangat gembira merasakan suasana alam yang bebas dan benderang. Matanyapun terpejam dan ingin merasakan keindahan ini dalam-dalam, tapi tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang merayap di kakinya yang seketika membuat matanya terbuka. ia panik saat melihat beberapa ekor kelabang hitam seukuran jari-jari orang dewasa merayap keatas dipermukaan kakinya. Satu-persatu kelabang-kelabang itu ia hempaskan dari tubuhnya tapi ratusan kelabang mulai bermunculan dari dalam tanah. Rerumputan yang hijau perlahan membusuk dan menyisakan tanah hitam dengan panorama y as ng dipenuhi kekacauan seperti bekas perang besar. Cahaya matahari yang tadinya benderang dengan cepat di tutupi oleh awan hitam yang sangat gelap hingga terlihat seperti malam.

Kelabang-kelabang itu terus merayap mendekat, dengan elemen Api Haise membakar kelabang yang mencoba mendekat kearahnya. Seberapapun kuat dia berusaha, jutaan kelabang-kelabang itu tidak henti merayap mendekatinya. Perlahan diapun mulai kelelahan dan ratusan kelabang berhasil merayap di tubuhnya. Karena panik melihat dan merasakan kaki-kaki kecil dari kelabang yang merayap naik ditubuhnya, Haise-pun membakar Kelabang yang menempel di tubuhnya. Tapi Api itu juga membakar bajunya hingga tubuhnya terbakar dan diapun terjatuh berguling-guling di atas tanah di antara jutaan kelabang. Api yang membakar tubuhnya perlahan padam meninggalkan luka bakar disekujur tubuhnya. Dengan tatapan pasrah tak berdaya, Haise hanya bisa melihat jutaan Kelabang bergerak kearahnya dan kini merayap mengerumuni tubuhnya. Dalam ketidak berdayaannya, dia bisa merasakan setiap kaki dari jutaan kelabang yang merayap dipermukaan kulitnya. Kemudian puluhan ekor kelabang seakan berusaha masuk kedalam lubang hidung dan mulutnya tapi dengan energi yang tersisa, Haise menutupi mulut dan hidungnya dengan kedua tangannya. Haise meronta-ronta, jantungnya semakin berdegup kencang ketakutan. Tiba-tiba dia tidak terdengar suara apapun, kemudian dia hanya bisa mendengar suara desisan seperti suara angin dingin yang berkata. "biarkan aku merasuk.... "

"....biarkan aku merasuk."

"TIDAK!!! " jawab Haise yang ketakutan.

"biarkan aku merasuk... Aku akan memberikan apapun yang kamu impikan.... Biarkan aku merasuk.... Kamu akan aman dalam kendaliku... Biarkan aku merasuk... "

"TIDAK!... " jawab Haise dengan tubuh yang terus menerus meronta diatas tanah dengan jutaan kelabang yang mengerumuni tubuhnya hingga seperti gundukan yang terbuat dari kelabang.

"biarkan aku merasuk.... Aku akan memberikan apapun yang kamu impikan... Kekuatan... Kekuasaan... Kekayaan... Ketenaran... Kejayaan...Semua mimpimu bisa menjadi kenyataan... hidupmu akan menjadi seperti kisah legenda... Kamu tidak perlu khawatir, kamu akan aman di dalam kendaliku... Biarkan aku merasuk... Biarkan aku merasuk... "

"......" Haisepun mulai menyerah dan berhenti meronta, jutaan kelabang-kelabang itu satu-persatu merangkak masuk kedalam mulut dan hidungnya melewati tenggorokannya.

Haise kehilangan cahaya dimatanya, dia bisa merasakan setiap langkah kaki kecil yang melewati tenggotokannya seperti kenyataan dan bukan mimpi.

Dalam ketidak berdayaannya Haise berpikir. "ini pasti mimpi... Ini hanyalah mimpi.... "

Pada saat yang sama di dalam lubang pohon raksasa, seorang wanita mengenakan gaun serba hitam dengan wajah buruk rupa berdiri tapi kakinya tidak menyentuh tanah seakan melayang 20 cm dari permukaan tanah. Dia berdiri disamping Haise yang kedua tangan dan kakinya terbelenggu rantai diatas ranjang terbuat dari balok kayu yang dipenuhi ratusan kelabang berwarna hitam merangkak dipermukaan kulitnya. Dalam tidurnya Haise meronta-ronta dengan hebat seakan mendapatkan mimpi yang sangat buruk. Beberapa ekor kelabang merangkak ingin masuk kedalam mulut Haise, tapi dia terus meronta dan menutup mulutnya erat-erat.

Kemudian wanita berbaju buruk rupa itu mendekatkan bibirnya di telinga Haise yang tidak sadarkan diri sambil berkata dengan suara yang dingin seperti hembusan angin malam yang sedingin es. "biarkan aku merasuk... Aku akan memberikanmu apapun yang kamu impikan.... Biarkan aku merasuk.... Kamu akan aman dalam kendaliku... Biarkan aku merasuk... "

Tapi mulut Haise masih tertutup erat. Tapi wanita buruk rupa itu terus membisikinya dengan rayuan-rayuan terus menerus dan pada akhirnya, otot bibir Haise yang tegang dan tertutup erat, kini otot bibirnya melonggar dan satu-persatu kelabang-kelabang itu merangkak masuk kedalam tenggorokannya. Kemudian perlahan Aura berwarna hitam transparan mulai keluar dari tubuh Haise yang pucat.

...............¤¤¤¤¤¤¤...............

(Di kota Rukuns)

"aku dengar, beberapa hari ini ada banyak kasus anak hilang disekitar kita." Tuan Gu majikan dari Kay Lee membuka pembicaraan sambil duduk dan menikmati teh di tangannya.

"iya, di kota kecil seperti kota Rukuns saja ada lebih dari 10 kasus anak hilang." sahut Kay Lee yang berdiri disamping Tuannya.

"Apakah ini mungkin ada hubungannya dengan orang-orang mencurigakan yang akhir-akhir ini berkeliaran seperti sedang mencari sesuatu? "

"aku juga tidak tahu. "

"kay Lee, seingatku kamu punya adik perempuan apakah kamu tidak khawatir dengan kasus penculikan ini. "

"iya, aku sangat khawatir, karena itu hari ini aku meminta ijin pada Tuan untuk pulang kampung."

"hmm... Iya aku ijinkan kamu. Untuk saat-saat seperti ini kamu harus melindungi adikmu dari bahaya. "

"terimakasih Tuan."