Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 9 - chapter 9 - ombak

Chapter 9 - chapter 9 - ombak

Pangeran Arima dan Haise berakhir di jalan buntu yang memaksa mereka tanpa pilihan lain selain melawan. Dia mengacungkan Pedang Zilla kearah Rakun Earth dengan posisi siaga.

"apakah ini adalah Pangeran Arima yang sesungguhnya? " Haise menatap Pangeran Arima yang berdiri memasang badan di depannya.

"Haise, apakah kamu masih bisa bertahan? " tanya Pangeran Arima tanpa menatap Haise dan tetap fokus pada bahaya di depannya.

"...aku masih bisa bertahan. " jawab Haise dengan menggenggam erat dua pisau ditangannya, meskipun dia hanya bisa berdiri dengan 1 kaki karena Kaki lainnya cidera dan membuatnya tidak bisa banyak membantu. Dalam situasi yang berbahaya ini, membuat Haise berpikir. "selama ini aku hanya tahu dia adalah pengecut yang hanya bisa berlindung dibalik kakaknya(Zassy). Apakah selama ini dia hanya berpura-pura bodoh?. Pedang Zilla ditangannya mengeluarkan elemen Api level 8 itu artinya dia juga bisa menggunakan elemen Api level 8. Padahal Pangeran Zassy yang aku tahu masih menguasai level 3. Jika dia sehebat ini, kenapa dari tadi dia tidak menggunakan elemen Apinya saat diserang ratusan serigala?"

Dua kaki depan Rakun Earth menghetakkan kakinya, pada saat yang sama tiba-tiba tanah dimana Pangeran Arima dan Haise berpijak berubah menjadi pasir dan menenggelamkan kaki mereka kedalam pasir yang bergerak turun kedalam seakan menghisap mereka. Dengan energi yang tersisa, Haise mendorong Pangeran Arima keluar sebelum mereka semakin terhisap.

"Haise?! " pangeran Arima yang berhasil keluar, mengulurkan tangannya pada Haise yang terus terhisap. Haise juga mengulurkan tangannya pada Pangeran Arima, tapi tangan mereka tidak bisa bertemu dan Haise semakin terhisap.

Pada saat yang sama Rakun Earth berlari menyerang, Pangeran Arima menyebetkan Pedang Zilla 2 kali yang menghasilkan Api berbentuk sabit Yang terbang kearah Rakun Earth. Tapi serangan tersebut berhasil dihindari dengan berbelok kekanan. Pangeran Arima mengambil sedikit waktu untuk mencari ranting, kemudian dia menyabetkan Pedang Zilla lagi 2 kali kearah Rakun Earth untuk mengulur waktu. Pada serangan yang kedua Rakun Earth tidak bisa menghindari sabit Api dari Pedang Zilla dan terpental kebelakang dan terjatuh ketanah dengan dua luka di tubuhnya. Pangeran Arima mengulurkan ranting ditangannya pada Haise yang langsung di genggamnya. Setengah tubuh Haise yang sudah tenggelam kedalam pasir membutuhkan tenaga ekstra untuk mengrluarkannya. Setelah berusaha keras, perlahan tubuh Haise semakin nampak keluar. Tapi pada saat yang sama Rakun Earth berusaha untuk berdiri kembali.

"?!!!" Pangeran Arima menoleh kearah Rakun Earth yang mengalami luka sayatan lebar ditubuhnya namun tetap berusaha untuk berdiri yang kemudian mengangkat dua kaki depannya perlahan meksi terlihat kesakitan. Karena itu Pangeran Arima semakin berusaha secepatnya untuk mengeluarkan Haise dari pasir hisap.

Dua kaki Rakun Earth dihentakkan ketanah seketika muncul bebetuan tajam dari pusat pasir hisap yang mencuat seketika keatas. Haise kini sudah tergeletak ditanah bagian luar pasir hisap dengan nafas yang berat,beruntung dia berhasil keluar sebelum terlambat.

Tubuh Rakun Earth ambruk ketanah dengan 3 luka sayatan ditubuhnya, cahaya kecoklatan keluar dari luka-luka itu dan berterbangan kemudian menghilang di udara, matanya mulai terasa berat untuk terbuka. Dengan energinya yang tersisa, dia menghentakkan ekornya ketanah dan seketika menciptakan retakan ditanah yang begitu panjang dan lebar bagaikan jurang. Haisepun jatuh kedalamnya, tapi dengan sigap Pangeran Arima melepaskan Pedang Zilla ketanah untuk menangkap kedua tangan Haise. Kini Haise bergelantungan hanya berpegangan pada kedua tangan Pangeran Arima. Celah retakan yang bagiannya juga membelah sungai, membuat bagian retakan yang seperti jurang itu mulai terisi oleh air sungai dan menciptakan ombak yang begitu besar mengisi bagian jurang yang kosong. Dengan mengeluarkan banyak tenaga, akhirnya dia berhasil mengangkat keluar tubuh Haise.

Nafas Pengeran Arima terdengar semakin berat, Haise menatap Pangeran Arima yang kelelahan duduk ditanah dengan penuh arti. ".... Terimakasih. "

Mendengar itu, Pangeran Arima tersenyum.

Rakun Earth yang masih belum kehilangan kesadaran menghentakkan ekornya ketanah dan seketika menciptakan bebatuan tajam seperti duri-duri dari dalam tanah yang melesat di udara bagaikan peluru. Haise yang melihatnya langsung menggerakkan tubuhnya untuk melindungi Pangeran Arima. Bebatuan tajam yang melesat bagaikan peluru itu melubangi tubuh Haise hingga tubuhnya di penuhi lubang yang mendorong tubuhnya kebelakang dan menabrak Pangeran Arima di belakangnya. Beberapa bebatuan tajam menembus dan melewati tubuh Haise hingga menancap pada tubuh Pangeran Arima yang ada dibelakangnya. Mereka terdorong dan Pangeran Arima terjatuh kedalam celah retakan yang kini dipenuhi dengan ombak yang menggila mengisi celah retakan yang dalam seperti jurang dan terbawa oleh arus air. Tubuh kecilnya terluka dan tertabrak tepian-tepian sungai yang berbatu karena arus ombak liar yang menyeret dan membawa tubuhnya bagai ranting tak bernyawa yang terombang ambing.

Perlahan tubuh Rakun Earth berubah menjadi cahaya kecoklatan yang menyebar di udara dan perlahan menghilang seluruhnya tanpa bekas.

"....." Haise tergeletak dan terkapar di tanah dengan tubuh yang di penuhi dengan lubang. Darahnya terasa hangat saat menyentuh kulitnya yang dingin. Darah itu menggenangi permukaan tanah, bagaikan genangan air berwarna merah. Matanya yang menatap lemah, hanya bisa melihat pasrah saat tubuh Pangeran Arima terjatuh dan terseret kedalam arus air. Saat matanya yang semakin terasa berat untuk terbuka, sekilas nampak kabut hitam mengepul disekelilingnya melewati tubuhnya yang sudah terkapar tak berdaya. Kemudian terdengar sebuah bisikan lirih bagaikan angin dingin yang berhembus dicelah bebatuan, suara itu tidak begitu terdengar jelas. "...apak¤π ^¢¤π..."

Dalam keputus asaannya, Haise berkata. "...aku... tidak akan mati... aku, tidak ingin .. mati. " beberapa saat kemudian kesadarannyapun menghilang.