(Di Istana Kekaisaran Samaratungga)
Hari sudah siang tanda pergantian tugas jaga bagi para Penjaga Istana, begitu pula tentara yang bertugas menjaga di dalam Aula Istana. Mereka semua keluar dari Aula dengan wajah pucat dan tangan gemetar, tapi mereka tetap berusaha berjalan dengan tegap.
"seumur hidupku, aku baru pertamakali ini merasakan hawa membunuh sekaligus tekanan energi yang begitu dahsyat. Jadi ini yang di namakan level dewa." ucap Penjaga Istana yang memiliki kumis tipis.
"........" Penjaga Istana yang memiliki kumis dan jenggot hanya diam saja tak menanggapi teman satu sif-nya berbicara.
Karena tidak ada respon dari teman disampingnya, Penjaga Istana yang berkumis tipis menoleh kearah temannya. Matanya melebar saat melihat keringat dingin mengucur deras diwajah pucat temannya seakan-akan dia barusan cuci muka. Kemudian dia berpikir. "ternyata dia juga ketakutan sepertiku, kengerian yang kami rasakan sungguh membuat kami menyadari bahwa kami hanyalah butiran debu di mata Kaisar. Bahkan jika 1000.000 Tentara yang memiliki level 7-9 tidak akan bisa menandingi kekuatan Kaisar yang memiliki level Dewa (20). Mengingat jika ada seseorang yang ingin naik 1 level di atas level dasarnya maka dia harus memiliki kekuatan 100 kali dari level dasarnya, baru orang tersebut bisa naik 1 level. Aku tidak bisa membayangkan betapa mustahilnya untuk mencapai level yang berhasil di capai oleh Kaisar Baykyu."
...............¤¤¤¤¤...............
(Di pinggir sungai)
Wajah Yu Shi begitu pucat dengan ekspresi kosong tanpa gairah hidup yang tersirat dalam garis fitur wajahnya yang tampan. Kedua tangannya merenggang tak bertenaga, matanya menatap jauh tanpa ada yang dilihat seperti layaknya orang yang sedang melamun. Dalam lamunannya, ia mengingat dengan jelas apa yang dikatakan oleh penyihir wanita yang buruk rupa itu sebelum dia menghilang seperti kabut.
"Sekarang kamu tidak bisa menggunakan namamu yang dulu. Dirimu yang dulu telah lenyap, kamu harus membiasakan diri dengan tubuh barumu...." penyihir itu tersenyum bahagia kemudian jari-jarinya yang panjang dan tajam menunjuk kearah jantung Pangeran Zassy yang sudah berada didalam Tubuh Pangeran Arima. Kemudian penyihir itu melanjutkan perkataannya. "..... Diluar dugaanku, saat proses memasukkan Rohmu kedalam tubuhmu.... Hawa jahat yang ada di alam juga ikut tersedot kedalam Rohmu sebelum Rohmu akan merasuk kedalam tubuh adikmu. Karena itu sekarang di jantungmu tergambar Simbol yang sama sepertiku...."
Mengingat itu, membuat kedua tangannya geram dan meremas dada kirinya dengan kuat. "disemua wilayah di bumi, penyihir adalah yang paling dibenci diantara semua golongan manusia. Dalam kondisiku seperti ini, mampukah aku bertemu dengan Ayah dan Ibu?.... Maukah mereka menerima kondisiku seperti ini?...Kalaupun mereka bisa menerimaku, tapi aku sendiri yang tidak memiliki muka untuk menemui mereka... Apa yang harus aku lakukan?.... "
Tak jauh dari Yu Shi duduk, Kai Ri duduk diatas batu sambil memegang alat pancing di tangannya, dalam waktu yang lama dia masih menatap Yu Shi tanpa sedikitpun berbicara. Alat pancingnya yang bergerak-gerak tanda umpannya telah berhasil sama sekali tidak ia hiraukan, dia hanya menikmati pemandangan indah dari wajah Yu Shi dimatanya.
Ssssss! Sssssss! Ssssssss!
Suara alat pancing yang tak henti bergerak menyadarkan Yu Shi dari lamunannya kemudian menoleh kearah Kay Ri. "...Kay Ri kamu dapat ikan. "
Melihat Yu Shi yang menoleh kearahnya, seketika pipinya memerah dan tubuhnya salah tingkah sehingga membuat alat pancing ditangannya jatuh kedalam sungai dan terbawa oleh arus. Menyadari alat pancing satu-satunya miliknya telah hilang dari genggamannya, Kay Ri seketika berdiri dan berlari mengejar alat pancing yang mengambang terseret arus sungai hingga jauh. Langkahnya terhenti saat kakinya tersandung sebuah batu hingga membuatnya jatuh tersungkur ditanah dengan luka memar dikaki kirinya. Airmata mulai mengalir di pipinya saat dia hanya bisa melihat alat pancing itu hanyut semakin jauh hingga hilang dari pandangannya.
Yu Shi berjalan pelan kearah Kay Ri yang merunduk, dan dia berkata. "tak usah dikejar lagi, nanti aku belikan yang baru. " sambil mengulurkan tangannya.
"......" Kay Ri hanya diam berlutut ditanah dan samasekali tidak menyabut tangan Yu Shi.
Karena itu Yu Shi sedikit kecewa dan menyimpan kembali tangannya ke dalam sakunya. Beberapa saat kemudian dia mendengar suara lirih menyesakkan seperti suara tangis yang dibendung. Diapun menyadari saat ini Kay Ri sedang menangis, Kemudian tangannya ia keluarkan kembali dari kantong dan menggapai lengan Kay Ri untuk membantunya berdiri. "...ayo berdiri. "
Kay Ri-pun berdiri dan wajahnya yang basah dipenuhi airmatapun semakin jelas nampak, entah mengapa melihat itu hati Yu Shi menjadi pilu.
"seberapa pentingkah alat pancing itu bagimu hingga kamu menangis seperti ini? " tanya Yu Shi.
"itu adalah satu-satunya peninggalan dari ayahku. " jawab Kay Ri dengan suara yang terisak.
"..... Tunggulah disini aku akan berusaha menemukannya. " ucap Yu Shi sambil membelai kepala Kay Ri lembut. Kemudian diapun mulai berlari kearah arus sungai yang membawa alat pancing itu hanyut terbawa.
...............¤¤¤¤¤...............
(di kediaman Kaisar)
Ratu Sitarai duduk dengan cemas di dalam kediaman Kaisar Baykyu sendirian. Karena begitu cemasnya ia, semenit terasa seperti satu jam. Beberapa jam kemudian, Waktu sudah menunjukkan jam 12.00 siang tapi Kaisar Baykyu tak kunjung datang. Dalam kecemasannya Ratu Shitarai berharap. "semoga kedua putraku baik-baik saja. " Beberapa saat kemudian Ratu Sitarai mendengar seorang dayang sedang berbicara dengan dayang lainnya diluar pintu kediaman Kaisar.
"Kaisar saat ini sedang marah besar, aku dengar semua penjaga Istana yang bertugas di Aula Istana keluar dengan tubuh gemetar. "
"apakah ini ada hubungannya dengan hilangnya kedua Pangeran? "
"Iya, Kaisar bersikeras menghukum mati empat teman Pangeran Zassy karena mereka penyebab kematian kedua Pangeran."
"ha?! Kamu jangan mengada ada, apa benar kedua Pangeran telah mati?!"
" tentu saja benar, meskipun mayat dari kedua Pangeran belum ditemukan tapi para Healer sudah bisa memastikan bahwa darah pada sobekan baju pangeran dan sisa potongan tubuh itu adalah milik kesua Pamgeran. Jadi mustahil bahwa mereka berdua berhasil selamat. "
Mendengar itu, mata Ratu Shitarai melotot dan seketika kulitnya semakin pucat dan seluruh tubuhnya gemetar hebat. "Z, Z, Zassy... A, Arima... " tak lama kemudian iapun kehilangan energinya dan pingsan hingga terjatuh dari tempat duduknya dan menghantam lantai cukup keras.
Bruukk!!!
Suara benda jatuh terdengar terdengar hingga keluar kediaman Kaisar, seketika para Kasim, Dayang dan Penjaga Istana berlari kedalam dan menemukan Ratu Shitarai sudah berada dilantai dengan kaki yang dipenuhi oleh darah. Melihat itu seketika semua orang menjadi panik.
...............¤¤¤¤¤¤...............
(di Aula Istana Samaratungga)
"lapor Yang Mulia, kondisi perbatasan semakin mengkhawatirkan akibat krisis perbatasan Kekaisaran Samaratungga dan Kekaisaran Yunnju yang tidak kunjung menemui titik temu, karena itu kini semakin banyak bermunculan kelompok-kelompok perampok bahkan ada beberapa organisasi pembunuh bayaran baru disana. Tingkat keamanan disana semakin mengkhawatirkan, hamba Yang Mulia bisa mengambil tindakan. " Jenderal Tyoke melapor.
"krisis di perbatasan itu diakibatkan kekeringan yang berkepanjangan di Kekaisaran Yunnju, semua orang menduga hal itu di akibatkan Pangeran Xiao Han yang membawa kutukan dan kemalangan pada negerinya. Karena itu aku ingin membuktikan apakah kabar burung itu benar atau tidak. Jika kabar itu benar, maka wilayah yang aku rebut akan subur dan makmur kembali. Tapi jika kabar itu bohong, maka wilayah yang berhasil aku rebut tetap gersang dan itu membuktikan bahwa kemalangan mereka terjadi karena alam bukan karena Pangeran Xiao Han."
".....Yang Mulia bolehkah hamba bertanya? "
"katakan. "
"apakah yakin berniat untuk merebut wilayah milik Kekaisaran Yunnju? "
"aku sudah memutuskan untuk menyerang dan merebut beberapa wilayah milik Kekaisaran Yunnju. "
Seluruh Pejabat Istana kaget dengan keputusan Kaisar. Beberapa dari mereka berpikir. "selama ini Kaisar Baykyu tidak pernah menunjukkan ketertarikan dalam militer apalagi ketertarikan berperang untuk merebut dan menguasai Kerajaan atau Kekaisaran lain."
Tak lama kemudian seorang Penjaga Istana memohon ijin untuk menghadap, ia pun berjalan dengan cepat kehadapan Kaisar dan melaporkan. "Lapor Yang Mulia, Ratu Shitarai saat ini kondisi beliau kritis. "
"Apa?! " Mendengar itu seketika Kaisar Baykyu kaget dan beranjak dari Singgasananya.