Haise duduk diatas tanah dengan menahan sakit di kakinya dan berpikir. "Pedang Zilla adalah yang hanya bisa digunakan oleh pemiliknya. Jika pedang itu berada ditangan orang lain, seharusnya pedang Zilla tidak akan bisa digunakan. Tapi bagaimana mungkin Pangeran Arima bisa menggunakan Pedang Zilla?!... jangan-jangan dia membunuh Pangeran Zassy agar dia menjadi pemilik dari Pedang Zilla. Tapi itu tidak mungkin, aku mengenal Pangeran Arima, dia tidak akan mampu membunuh kakaknya sendiri hanya untuk Pedang Zilla." kemudian dia berkeringat dingin dan menatap Pangeran Arima dengan dingin.
"......" Pangeran Arima hanya diam berdiri dengan kepala tertunduk dan menatap pedang Zilla di tangannya. "bagaimana caraku untuk menjelaskan tentang Pedang Zilla yang berakhir di tanganku? "
"Pangeran Arima, kenapa Pedang Zilla berada ditangan mu?. Katakan apa yang telah kamu lakukan pada Pangeran Zassy?!" tanya Haise dengan tatapan menuduh.
"... Tatapanmu membuatku tidak nyaman. "
"Pedang Zilla adalah milik Pangeran Zassy, seharusnya kamu tidak dapat menggunakannya. "
Pangeran Arima menarik nafas dan mengeluarkannya kemudian menjawab. "aku tidak tahu kata yang tepat untuk menjawabmu. "
"...." dengan tatapan tajam Haise diam menunggu jawaban yang keluar dari mulut Pangeran Arima.
"jika aku mengatakan bahwa aku adalah Zassy, apakah kamu akan percaya? " Pangeran Arima bertanya balik pada Haise.
"apa kamu pikir aku bodoh." jawab Haise dengan suara kaku yang menyiratkan bahwa dia tidak percaya.
"......"
"......" Haise masih menatap tajam sambil menunggu jawaban.
"aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya...." ucapan Pangeran Arima terhenti sambil menarik nafas yang terasa berat dia melanjutkan. ".... Jika aku mengatakan bahwa aku adalah Zassy, tentu itu terdengar tidak masuk akal. "
"... Kamu sudah gila. "
Mendengar itu, Pangeran Arima sedikit tersenyum menertawakan nasipnya.
"kenapa kamu tertawa, apa kamu pikir aku lucu." Haise kesal melihat senyuman Pangeran Arima yang terlihat seperti tidak menganggap serius padanya.
"tidak, aku tidak bermaksud menertawakanmu ak....." ucapan Pangeran Arima terhenti tepat saat dia merasakan sesuatu yang terasa semakin mendekat.
Haise menatap aneh ekspresi Pangeran Arima yang tiba-tiba terhenti. "ada apa? "
"ada Hewan Gaib Liar yang mendekat. "
Kepala Haise bergerak kekanan dan kekiri melihat keadaan sekitar tapi dia tidak melihat atau merasakan apapun yang janggal. "jangan main-main denganku. "
Pangeran Arima tidak menanggapi ucapan Haise dan dia tetap siaga. Tangannya menggenggam erat Pedang Zilla dan mengacungkannya kearah hutan gelap yang terlihat sunyi. Perlahan dia menganggakat pedangnya dan dengan cepat menyabetkannya ketanah, seketika dari sabetan itu menghasilkan Api berbentuk sabit yang menyentuh dan membakar rerumputan sehingga menciptakan garis lurus Api sepanjang 1 kilometer.
Mata Haise terbelalak saat dia melihat di kejauhan cahaya dari api yang membakar rerumputan di tanah menyinari tubuh seekor rakun berukuran sangat besar sekitar 7 meter dengan tubuh yang terbuat dari bebatuan. "Rakun Earth?!, bagaimana bisa kamu tahu?" tanya Haise pada Pangeran Arima.
"......" Pangeran Arima hanya diam dan berpikir. "dalam kondisi kami saat ini, tidak mungkin kami bisa melawannya." kemudian dia berkata. "ayo, cepat kita lari. "
"......" Haise diam dan menoleh kearah Pangeran Arima.
Tanpa banyak bicara, Pangeran Arima mengangkat tubuh Haise dan memapahnya. Mereka berusaha menjauh sejauh mungkin hingga mereka terus masuk hutan semakin dalam. Pangeran Arima yang bertubuh kecil dan kelelahan setelah bertarung tidak memiliki energi yang cukup untuk memapah Haise yang cidera. Rakun Earth masih mengikuti dibelakang, Nafas Pangeran Arima terasa berat dan terdengar jelas, meskipun sudah menggunakan semua energi yang tersisa, mereka masih tidak cukup jauh berlari. Rakun Earth semakin mendekat, dua kaki depannya terangkat keatas perlahan kemudian menghentakkannya ketanah. Seketika tembok yang terbuat dari tanah mencuat keatas menghalangi Pangeran Arima dan Haise.
"?!!!!" mata Pangeran Arima dan Haise terbelalak melihat tembok dari tanah yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
Rakun Earth berjalan maju perlahan, Pangeran Arima menyabetkan Pedang Zilla kearah Rakun Earth di depannya. Seketika Api berbentuk sabit melayang di udara memotong pemohonan dan menyerang kearah Rakun Earth tapi tiba-tiba muncul tembok batu yang mencuat keluar dari tanah saat dua kaki depan Rakun Earth menghentak ketanah. Serangan Api dari Pedang Zilla merobek batu dan melukai Rakun Earth di belakangnya. Luka ditubuh Rakun Earth cukup lebar dan membuatnya gusar, di permukaan luka sayatan itu tidak keluar darah melainkan cahaya berwarna kecoklatan yang berterbangan dan menghilang di udara. Rakun Earth marah dan menghentakkan dua kaki depannya, seketika muncul bebatuan tajam seperti ribuan duri yang mencuat dari tanah dan bergerak cepat kearah Pangeran Arima dan Haise. Dengan sigap, Pangeran Arima mengayunkan Pedang Zilla dan menghancurkan bebatuan tajam yang terus bergerak kearahnya. Debu-debu tebal berterbangan di udara, mengacurkan cahaya bulan yang sedikit menyinari hutan yang gelap. Pangeran Arima dan Haise memanfaatkan itu untuk melarikan diri, mereka terus berlari semakin jauh kedalam hutan, tapi kaki mereka terhenti saat mereka melihat sungai lebar dengan aliran air yang sangat deras menghalangi jalan didepan mereka. Saat mereka menoleh kebelakang, mereka melihat Rakun Earth yang terlihat marah seakan ingin membunuh mereka.
".....?!" Pangeran Arima dan Haise berkeringat dingin.