Sepuluh tahun yang lalu, di taman universitas Seoul. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang, yang ia biarkan terurai—dengan sebuah jepit bunga tulip yang sering ia kenakan. Ia selalu duduk di sana menulis dan membaca, sedangkan aku hanya pemuda yang mencoba lari dari kenyataan hidup. Kenyataan bahwa aku adalah seorang pewaris, sebuah perusahaan. Dan kenyataan saat ini adalah aku hanya lelaki yang berusaha membangun masa depan.
Hanya berani menatapnya dari kejauhan dan berharap suatu saat tatapannya akan terarah padaku. Ia si penyendiri cantik, tampak seperti bidadari tanpa sayap. Setidaknya itu bagiku, suatu hari aku meletakan sebuah gelang juga selembar kertas bertuliskan.
.
.
Lakunaku, inginkan kamu mengisi itu.
Semangat bidadari tanpa sayap. Aku suka melihatmu duduk di taman dengan surai yang melambai.
Tersenyum sesekali, kau tak tau kan jika senyummu satu dari ribuan hal yang ku nanti?
Dari aku penganggum rahasia mu.
M.Y
.
.
Sebuah surat berisi kata-kata yang kubuat semalaman dengan menghabiskan puluhan kertas.
Keesokan harinya, aku duduk di sisi yang sama menantinya. Ia tiba kemudian duduk di tempat biasanya, bergerak dengan tangannya menata rambut yang bergerak tertiup angin. Aku melihat ia mengenakan gelang pemberianku. Kemudian tatapannya seolah mencari aku? Ia mem-poutkan bibirnya hingga pipi merahnya mengembang seperti buah tomat, cantik ... bagiku dia sangat cantik.
Sampai akhirnya, aku berhasil menjadi pemilik hatinya. Gadis itu, kami mengikrarkan janji beberapa tahun yang lalu. Aku dan dia kami menjadi satu. Tak perlu waktu lama untuk aku mengubah statusku menjadi seorang ayah. Setahun setelah pernikahan, anak kami lahir seorang bayi perempuan mungil. Dia anakku, Gina.
Hal yang membuatnya jatuh hati adalah, bahwa aku adalah seorang mahasiswa yang bersemangat melanjutkan hidup. Mendapat semua dengan kerja kerasku. Sebenarnya, aku tak seperti itu. Aku salah satu pewaris perusahaan textile yang cukup besar di Korea. Hanya saja, ayahku mendidikku untuk mandiri. Setelah aku membuktikan bahwa aku bisa melebihi ekspektasinya. Ia menyerahkan semua padaku. Aku jadi satu-satunya pewaris perusahaan Amore textile.
Tapi, karena kebodohan ku, dua tahun lalu. Mobil kami mengalami kecelakaan. Istriku tewas dalam kecelakaan itu. Dan sialnya, aku baik-baik saja hanya mengalami pendarahan di bagian kepala, dan rusukku patah. Sialnya lagi, aku masih hidup.
Sejak itu aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Dan ketika Gina bertanya kemana ibu? Aku hanya bisa menjawab, jika suatu saat ibumu akan kembali.