Liburan akhir tahun kali ini adalah hal yang paling di tunggu-tunggu semua orang termasuk Alya dan ke sembilan temanya. Mereka bersepuluh berencana akan berlibur ke sebuah tempat dekat pegunungan.
Ya, pegunungan dengan suasana alam yang asri dengan pemandangan yang indah dan tak lupa udara yang sejuk menjadi incaran mereka bersepuluh sejak bulan lalu.
Mereka berencana menginap di vila milik Om Jay yang kebetulan tak di tinggali. Om Jay memang belum pernah tinggal di vila itu karena setelah membeli vila itu om Jay harus pergi ke luar negri. Buat apa lagi kalo bukan masalah bisnisnya.
"Apa masih lama?" Pita bertanya dengan tak sabar.
"Masih lama Ta, Kalo ngantuk tidur aja," ujar David lembut tanpa menoleh ke bangku belakang, kedua matanya terfokus ke depan.
"David fokus nyetir aja, nggak usah ngobrol ntar kalo gak fokus terus kecelakaan gimana," ketus Eza lalu menatap Pita dan memberi kode tuk diam.
"Halah Eza, jangan ngaco kalo ngomong, bilang aja cemburu gak ada yang merhatiin.. Huh dasar jones!" sela Hanna menyindir.
"Kamu juga jones Han," sangkal Eza tak mau kalah dan terjadilah perdebatan antara Eza dan Hanna, keduanya tak mau mengalah hingga Alya angkat bicara karena merasa acara membaca bukunya terganggu.
"Udah jangan debat mulu, bisa pecah nih gendang telingaku." ucap Alya tenang tapi menusuk.
Hanna dan Eza pun terdiam mendengar ucapan Alya.
"Tapi kok gak keluar darahnya?" polos Eza. Matanya berkedip-kedip bak bayi yang tidak tau kekejaman dunia luar.
Dan entah mengapa Hanna merinding seketika ketika melihat perilaku temannya yang satu ini. "Berhenti memasang ekspresi menjijikkan seperti itu Za!" seru Hanna sambil menutupi wajah Eza dengan topinya.
" Aishh! kau sangat menyebalkan!!" rajuk Eza mengerucutkan bibirnya. Ya, Eza dan Hanna tak pernah akur dari dulu, entah dalam hal apa pun mereka tak pernah akur namun itulah yang membuat persahabatan mereka bertahan lama.
"Gak usah sok imut Za, kamu sudah terlalu tua untuk terlihat imut," ujar Pita seolah membela Hanna. Bila sudah begini situasinya si imut Mutia akan bersuara.
"Udah Za, Han, Ta jangan berantem mulu ntar David gak fokus nyetirnya."
"Hemm bener tuh Mut," ucap Alya menyetujui perkataan Mutia.
Mendengar perkataan Mutia dan Alya. Eza langsung mengalihkan perhatian dengan membuka novelnya. Hanna yang pura-pura main hp dan Pita yang sok asik melihat awan dari kaca mobil.
Sementara itu di mobil lain, terdapat empat pria yang sedanga asik memutar lagu galau.
"Enak David bisa semobil sama Hanna," ucap Haris menerawang jauh ke depan. Jika di lihat lebih teliti pula, seorang akan melihat ekspresi kecemburuan di sana, meski hanya sebentar saja.
"Kayaknya asik ya rame gitu banyak cewenya, lah kita merana," monolog Nata.
"Gitu aja cemburu," ketus Rey tanpa mengalihkan pandanganya dari ponsel di tanganya.
"Masih belum ngungkapin perasaanmu ke Hanna, Ris?" Ucap Ian menaikan kaca matanya yang sudah melorot ke bawah.
"Belum saatnya." cengir Haris lalu memfokuskan pandanganya ke depan mengikuti mobil hitam didepanya yang kebetulan adalah mobil David.
" Kalo suka tembak aja langsung Ris jangan di tahan dalam hati doang, ntar di ambil orang dulu baru tau rasa," ujar Nata menakut-nakuti Haris. Sementara yang di takut-takuti hanya tersenyum sebagai jawaban.
'Aku suka dia tapi ku tak tau untuk bilang kepadanya jika aku suka jatuh cinta kepadanya.'
"Pas bangat ini lagunya buat lu Ris," ujar Nata cekikan.
'Dia cinta yang pertama, dia yang bisa membuat aku merasa deg-degan berdebar di dada di saat mengingatnya.'
"Kamu ngerasa kayak gitu gak pas lagi mikirin Hanna?" timpal Ian dengan senyum manis dan Haris mengangguk tanda iya.
Ya, Haris memang sudah menyukai Hanna saat kali mereka bertemu, namun Haris takut mengungkapkan perasaan ke Hanna, Haris takut di tolak.
Pernah suatu waktu Rey yang gerget atas sikap temannya itu langsung menceramahi Haris habis-habisan, bahkan ia pernah bilang kalau Haris tidak cepat-cepat mengungkapkan perasaannya ke Hanna maka Rey akan nikung dia.
Ya.. meski David, Ian maupun Nata yang saat itu berada di tempat kejadian tau kalau Rey hanya bercanda soal menikung Hanna. Tapi lain halnya Haris yang bodoh, anak itu benar-benar percaya akan perkataan Rey yang ingin menikung Hanna darinya dan ia sempat kalabakan, sampai-sampai ia bersujud sambil meminta pertolongan pada Ian untuk menenangkan Rey dan memohon pada Rey untuk tidak menikung Hanna dari dirinya.
Ah! Mengingat kejadian itu membuat Haris malu sendiri.
'Bulan tolong katakan, bintang bantu bisikan kepada dirinya kalo aku mau jadi kekasihnya wo .. ooo....'
"Jadi galau gua," celtuk Rey lalu mencondongkan badannya ke depan sambil mengulurkan tangannya ke pemutar musik berniat mengganti lagu yang sedang berputar itu, namun niatnya terurungkan karena Haris menepuk tangan Rey.
"Jangan. Di. Ganti, " ucap Haris penuh penekanan.
"Lu galau kenapa, Rey?" Nata angkat bicara.
"Entah.." kata Rey acuh lalu kembali fokus ke layar ponselnya.
" Dasar!" sebal Nata.
•••
"Lu yakin ini vilanya?" ucap Nata tak yakin dengan vila yang ia lihat. Sebuah bangunan vila yang berdiri sendirian dengan kokohnya walau tak ada tetangga atau rumah di dekat vila yang akan mereka inapai tapi pemandangan sekitarnya sangat bagus.
"Alamatnya sih di sini," ujar David yakin.
"Kok aku jadi merinding ya," ucap Mutia dengan wajah takutnya.
"Jangan takut Mutia sayang kan ada abang Nata di sini," ujar Nata dengan senyum manisnya. Kedua alisnya naik-turun menggoda gadis polos itu. Sementara yang di goda hanya menatapnya dengan pandangan jengah.
"Modus," cibir David.
"Ini bukan kayak vila tapi kayak mansion yang sering jadi tempat tinggal para Vampire," ujar Eza sok tau. "Jangan-jangan ini tempat persembunyian mereka! Gawat kalo gitu ntar kalo ada Werewolf nyerang vila ini gimana?!" heboh Eza dengan imajinasinya sendiri.
"Udah ah Za jangan nakut-nakutin," ujar Hanna menegur Eza agar tak menceritakah hal aneh-aneh karena ia melihat raut wajah Mutia yang ketakutan.
"Udah-udah masuk aja kali, kunci vilanya gak lupa di bawa kan Vid," ujar Haris yang di balas anggukan oleh David.
David, Haris, Rey, Ian, Nata, Alya, Pita, Mutia, Hanna dan Eza pun berjalan ke pintu vila.
Krek ....
Pintu vila terbuka, memamerkan desain indah dan unik vila itu, namun tanpa mereka tau bahwa sebuah bahaya telah menunggu mereka di depan sana.