Chereads / 48 Hours / Chapter 4 - Permainan

Chapter 4 - Permainan

"Kehidupan itu mahal harganya."-

•••

"Gak perlu basa-basi langsung saja ke intinya. Bila kalian ingin keluar dari vila ini

kalian harus mengikuti permainan kami," ucap X.

"Permainan?" ucap Eza kelut, dia sudah membayangakan permainan sadis yang harus mereka hadapi walau entah permainan apa yang akan mereka mainkan tapi Eza yakin bahwa permainan ini adalah permainan yang berbahaya.

"Tidak susah kalian hanya akan di bagi dua kelompok dan setiap kelompok terdiri dari lima orang," ucap X.

"Kelompok pertama terdiri dari Rey, David, Alya, Hanna, Eza dan Kelompok dua terdiri dari Haris, Ian, Nata, Pita dan Mutia." jelas X yang membuat mereka membulatkan mata.

"Yang menjadi ketua tim adalah orang yang paling dekat dengan posisi Eza." terang X. Rey dan Haris terkejut tujuh keliling karena mereka berdualah yang paling dekat dengan posisi Eza.

"Ahh iya aku hampir lupa, kalian hanya di beri waktu 48 jam untuk bertahan hidup dan hanya dua orang yang boleh hidup dan keluar dari vila ini, itu juga harus dari tim yang sama," ucap X bagai petir di siang bolong.

Jadi intinya bila mereka ingin hidup mereka harus membunuh atau pasrah terbunuh.

"Permainan macam apa ini!" hardik Rey.

"Ahh iya kalian tak boleh menghancurkan kaca jendela atau berbuat hal aneh-aneh lainnya terutama mencoba kabur dari kami, kalian lihat gelang dan kalung yang kalian gunakan," ucap X sambil menunjuk ke arah kalung choker kulit coklat dengan lebar sekitar tiga senti dan berbandul angka telah melingkar dengan apik di lehernya.

David, Rey, Ian, Haris, Nata, Alya, Pita, Mutia, Hanna dan Eza kembali terkejut oleh perkataan X. Memang ada gelang dan kalung yang entah semenjak kapan ada pada mereka?!! Mungkinkah karena mereka terlalu khawatir sampai tidak sadar bahwa mereka menggunakan kalung dan gelang?

"Bagaian mana bisa aku baru sadar kalau aku menggunakan gelang dan kalung," ucap Nata lemas. Dalam hatinya bertanya-tanya sejak kapankah kalung dan gelang ini ada pada dirinya.

"Itu sudah kalian pakai sejak kalian bangun tidur.." kata X cuek. "Jika kalian melanggar aturan maka dari dalam gelang yang kalian kenakan akan keluar benda tajam seperti pisau. Aahh.. bukan pisau tapi jarum kecil-kecil yang akan melukai pergelangan tangan kalian."

Pita bergidik ngeri membayangkan pergelangan tanganya tertusuk benda tajam yang keluar dari gelang yang ia pakai.

"Eeeitt.. tidak hanya itu, dalam jarum-jarum pada gelang ada racun ringan yang membuat kalian merasa sangat kesakitan dan khusus jarum-jarum yang berada di kalung terdapat racun mematikan yang bisa membuat kalian mati seketika..." Terang X.

"Semoga beruntung anak-anak dan selamat datang di permainan bertahan hidup," ucap X dengan suara yang makin mengecil. Seperti layaknya sebuah hp yang kehabisan batari, X tiba-tiba mati kehabisan daya terbukti dengan matanya yang tak bersinar merah lagi.

"Ini hanya lelucon kan?" ucap Hanna dengan muka pucat. Mematap Haris dengan pandangan linglung, berharap sosoknya mengatakan bahwa ini hanya lelucon biasa.

"Jika ini lelucon siapa yang membuat lelucon menyeramkan begini?!" sangkal Eza.

"Kenapa bandul kalung yang kita pakai harus angka dan berangka ganjil, ini sungguh menyeramkan," Ucap Mutia menunjukan bandul kalungnya yang berangka 21.

Di mulai dari kalung David yang memiliki bandul angka 1 dengan ukiran aneh, bukan hanya bandul kalung David saja yang memiliki ukiran aneh tapi semuanya.

Rey dengan bandul angka 5, Ian 9, Nata 19, Haris 15, Pita 3, Alya 13, Hanna 17, Mutia 21 dan Eza 7.

"Aku yakin ini hanya lelucon," sangkal David mencoba mendobrak pintu namun baru satu dobrakan David sudah mengerang kesakitan sambil memegang pergelangan tanganya.

"Darah.. itu darahh?!" pekik Hanna melihat pergelangan tangan David keluar darah.

"Sakit.." erang David.

"Seseorang tolong lepaskan gelang ini sakit.. Arghh... sakit!!" ucap David merintih kesakitan. pergelangan tanganya terasa tertusuk-tusuk jarum kecil dalam jumlah banyak.

"Vid!!" pekik Pita khawatir. Seketika David pingsan.

•••

"Vid.." panggil Pita setelah melihat David sadar dari pingsannya.

"Apa masih sakit?" ucap Eza khawatir.

"Ini bukan lelucon," ucap David frustasi. Kenapa mereka harus terjebak dalam insiden seperti ini!

"Dari gelang ini memang mengeluarkan jarum tajam. Ini bukan lelucon bagaimana ini?!" lanjut David mengacak rambutnya.

"Apa jarumnya sudah tak menusuk pergelangan tanganmu lagi?" tanya Ian memastikan.

"Tidak, hanya saja bekas tusukan jarumnya masih terasa perih. Apa gelangnya memang tak bisa di lepas?" ucap David menunjuk pergelangan tangnya yang terdapat gelang dengan ukiran aneh tak lupa dengan ukiran angka 1. Gelang yang mereka pakai sudah seperti lem yang tak bisa di lepas, merekat dengan sempurna dan sangat merepotkan.

"Gelangnya memang tak bisa di lepas Vid. Huh.. apa ini semacam ancaman awal agar kita tidak melawan aturan yang orang itu buat?" Pita berucap dengan wajah lesu.

"Itu sudah jelas, mengingat racun yang berada di jarum-jarum gelang memiliki efek lebih ringan dari yang berada di kalung." tambah Alya. "Aku masih tidak bisa mempercayai ini semua.." lanjutnya sambil menghela nafas panjang.

"Jadi apa permainan ini harus kita lakukan? Kalian tau kan kalu kita di bagi dua tim," ucap Mutia yang membuat ke sembilan temanya tertegu seolah baru ingat peraturan yang di katakan X.

"Kau tak mungkin membunuhku kan? kita teman jadi kita tak boleh saling membunuh, kita akan keluar dari vila ini bersama-sama, " ucap Haris meyakinkan teman-temanya dan mereka mengangguk tanda setuju kalau mereka akan keluar dari vila bersama-sama, dengan cara apa pun mereka harus bersama.

Namun tidak dengan Eza, dia ingat dan sangat mengingat perkataan X.

"Hanya dua orang dalam satu tim yang bisa hidup dan keluar dari vila," ucap Eza dengan pandangan kosong.

Hening.

"Aku hampir lupa dengan peraturan bodoh itu," lirih Haris pelan.

"Hay guy's, kita udah temenan sejak lama masa persahabatan kita ancur cuma gara-gara permainan ini?" timpal Nata.

"Iya, bener apa yang Nata bilang, kita pasti bisa keluar bersama-sama apa pun caranya. Inget gak kita dulu udah janji satu sama lain kalau kita gak bakal berpisah apa pun yang terjadi," saut Ian.

"Perdebatan tak berguna hanya membuang waktu, kita telah menghabiskan 2 jam hanya untuk perdebatan bodoh ini! Maaf aku kasar tapi aku mengatakan fakta, " ucap Eza ketus.

"Lihat David, dia melanggar peraturan dan pergelangan tangannya terluka. Berarti apa yang X bilang itu gak bohong, " lanjutnya.

Semua orang terdiam.

"Jadi kita musuhan gitu?" ucap Mutia sedih.

"Semua yang ada di sini pasti pengen hidup dan keluar dari vila, tapi hanya dua orang dari satu tim yang bisa hidup. Lalu apa kau punya pemecahan untuk masalah kali ini hoh?!! Sungguh aku bisa gila!!" Eza mangacak-acak rambutnya kasar sebelum butiran bening turun dari matanya tanpa ijin.

Rey yang melihat Eza menangis langsung menghampiri Eza dan menepuk-nepuk pelan pundak Eza berharap dapat menyalurkan kekuatanya agar tetap tabah menghadapi masalah yang menimpa mereka kali ini.

"Jadi kita harus bagaimana?" ucap Alya ragu.

"Harus kah kita mengikuti perkataan X dengan menjadi dua tim?" tambah Hanna melirik teman-temanya.