"Percaya tak percaya mereka memang ada, hanya saja kita tak menyadarinya."-
•••
Setelah mereka memasuki villa, mereka langsung di suguhi desain indah tapi unik yang membuat mereka tidak bisa untuk tidak kagum dibuatnya. Sungguh betapa beruntungnya Om Jay bisa membeli villa ini.
"Lihatlah lukisan di sana, itu terlihat sangat unik." Tunjuk Hanna dengan wajah takjub kala melihat sebuah lukisan dengan gambar pohon mati dengan buah apel bewarna merah menyala tergantung dengan apik di dahan pohon. Dalam lukisan itu pula ada gambar matahari dan bulan yang saling bersebrangan. Lalu ada duabelas gambar burung yang legendaris, yakni burung yang terlihat seperti huruf 'M', itu sering terlihat pada gambar anak TK. lima burung terlihat seperti terbang ke arah gambar matahari, lima lainnya terlihat terbang ke arah gambar bulan dan ada dua burung yang berada di tengah kedua pihak.
" Itu terlihat aneh." komentar Eza sambil memijat pangkal hidungnya. Mendengar komentar Eza, Hanna langsung menatap datar temannya itu.
"Ada berapa kamar di sini Vid?" tanya Ian sambil menaikan kacamatanya lagi. Ini lah resiko orang minus harus sering-sering menaikan kacamatanya.
"Ada lima kamar," jawab David cepat.
"Jadi pembagian kamarnya nanti adalah kamar satu; Eza, Alya sama Mutia. Kamar dua; Pita sama Hanna. Kamar tiga; Ian sama Nata. Kamar empat; Rey sama Haris. Kalo kamar lima gua sendiri," jelas David.
Di antara mereka semua siapa sih yang tak tau alasan David tidur sendiri? karena kalo dia tidur tak bisa diam layaknya cacing kepanasan.
Setelah tau pembagian kamar mereka bersepuluh berjalan menuju kamar mereka masing-masing.
"Alya kok perasaanku dari tadi gak enak mulu ya," keluh Mutia pada Alya. Eza menoleh ke arah Mutia.
"Jangan kan kamu Mut aku juga, kayak ada yang ngawasin gitu," ujar Eza pelan. Alya yang mendengar pengakuan Mutia dan Eza hanya terdiam, dalam hatinya ia menyetujui ucapan kedua sahabatnya itu, karena ia sendiri juga merasakannya tapi memilih diam daripada semakin menakut-nakuti teman-temannya.
Brakkk!!...
Suara barang jatuh di ruang tengah mengundang perhatain kesepuluh orang yang sedang ada di kamar mereka masing-masing.
"Tadi suara apa?" tanya Pita pada teman-temanya. Kini mereka sedang berkumpul di ruang tengah di mana tadi mereka mendengar ada suara barang jatuh.
"Gak ada apa-apa tuh," Haris berucap heran karena tak ada barang yang jatuh di ruang tengah, lantas tadi suara apa?
"Lah terus tadi suara apa?" gumam Eza dengan muka pucatnya. Terutama saat otak penuh fantasi terus berpikir kemungkinan-kemungkinan keanehan ini membuatnya semakin takut. " Jangan-jangan beneran lagi ada Vampire di sini," lanjut Eza sambil melirik ke sana kemari.
"Gak ada vampire di jaman semoderin ini Za, palingan tadi suara tikus di loteng kali," ucap Rey mencoba berpikir positif.
"Iya palingan tikus," Nata menyetujui perkataan Rey.
"GUY'S!!!" ucap Haris panik.
"APA?!" tanya mereka serempak.
"Gue laper." cengir Haris dengan wajah bak bayi tanpa dosa.
"Huuu.. Kirain apa-an!!" ujar Hanna lalu menjitak kepala Haris pelan.
Sementara yang di jitak memasang wajah tertegu sebentar sebelum memasang senyum lebarnya, dalam hati ia berteriak, "Aaaa!!... Hanna memberiku jitak-an cinta.."
•••
"Alya bangun Ya.. Heyy bangun." Mutia menggoyang-goyangkan badan Alya berharap sang empu kan bangun, namun tampaknya Alya sedang asik di dunia mimpinya dan itu membuat Mutia sempat putus asa.
Lalu ia menoleh ke arah Eza yang sedang tertidur di sebelahnya dan mulai membangunkan gadis surai coklat itu.
"Za bangun Za, please bangun Za..."
"Hemm apa an sih Mut, ganggu orang tidur aja?" ucap Eza sambil menguap.
"Aku gak bisa tidur Za," ucapnya takut-takut.
"Masa iya harus aku nyanyiin lagu penghantar tidur dulu biar kamu mau tidur Mut?" ucap Eza asal.
"Iya gakpapa kalo itu biasa bikin aku tidur." timpal Mutia polos lalu mulai lah Eza bernyanyi.
"Mutia bobo... ooo.... Mutia bobo, kalo tidak bobo di gigit Eza. Mutia bobo... ooo.... Mutia bobo kalau tidak bobo di gigit Eza...." nyanyi Eza fales dengan mata tertutup.
"Kok Mutia Bobo? Biasanya Nina bobo?!" protes Mutia bangkit dari tidurnya lalu memasang muka masam. Eza pun ikut duduk dengan mata yang setengah tertutup.
"Lah kan yang gak bisa tidur Mutia buka Nina, terus kalo cuma di gigit nyamuk kan gak serem makannya di gigit Eza biar gerget gitu," jelas Eza malas.
Tok .. tok .. tok ...
Mata Eza yang tadinya masih mengantuk langsung membulat seketika saat mendengar suara ketukan pintu. Dengan gerakan kilat pula Eza langsung memeluk Mutia erat-erat.
"Suara apa itu Mut?!"
"Gak tau Za," ucap Mutia hampir menagis. Namun ketakutan mereka terhenti ketika mendengar suara sorang di balik pintu.
"Alya, Mutia, Eza kalian dah tidur belum?"
Ternyata itu suara Pita. Dengan cepat Eza membuka pintu kamar mereka namun Eza terkejut di buatnya karena tak ada siapa pun di depan pintu.
Wusss....
Angin berhembus pelan membuat Eza langsung merinding seketikan.
"Kok Pita gak di suruh masuk, Za?" ucap Mutia heran. Eza menoleh ke arah Mutia sebentar lalu sedetik kemudian Eza langsung menutup pintu kamar. Berjalan dengan cepat menuju ranjang dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur, di naikkan selimut hingga menutupi wajahnya.
" Tidur Mut dah malem, jangan lupa baca doa dulu," gumam Eza yang membuat Mutia heran.
" Kamu kenapa Za?" tanyanya.
" ... " hening.
•••
Pita berjalan keluar kamarnya, ia menuju dapur berniat tuk minum. Saat melewati ruang musik Pita mendengar suara piano.
"Sapa sih malem-malem main piano?" dengusnya lalu berjalan menuju dapur melewati ruang musik.
"Segarnya.." senyum Pita merekah seketika.
Suara tv sedang berputar menayangkan sebuah acara memasuki pendengaran Pita. Namun karena mengantuk Pita mengabaikannya. Mungkin Haris atau Rey sedang begadang menonton tv.
Alunan piano menyayat hati membuat Pita berhenti di depan pintu ruang musik. Ya, kamar Pita dan Hanna berdekatan dengan ruang musik jadi bila ingin ke dapur pasti mereka melewati ruang musik.
Hatinya ragu tuk membuka pintu.
"Palingan Nata lagi main piano, dia kan suka main piano," ucap Pita mencoba tak perduli lalu berjalan ke kamarnya. Semakin Pita berjalan menjauhi ruang musik semakin cepat juga tempo permanian piano yang ia dengar. Pita mencoba mengabaikan suara piano itu dan terus bejalan ke kamar.
"Ampun tadi permainan piano Nata bikin sesek dada aja!" ucap Pita mengusap dadanya lalu beranjak tidur di kasur.
"Ada apa Ta?" ucap Hanna, ternyata Hanna terbangun karena mendengar suara langkah kaki Pita yang seperti di kejar-kejar setan, belum lagi tadi Pita membanting pintu kamar.
"Tadi pas aku pergi ke dapur mau minum aku ndenger suara Nata lagi main piano, lah pas aku pulang ke kamar dia juga masih main Piano cuman lagunya bikin nyesek gitu Han." cerita Pita panjang lebar.
"Suara pianonya juga kedengeran sampe sini Ta, coba denger baik-baik," ucap Hanna.
"Hemm.. ya, aku denger suara pianonya," timpal Pita sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Tapi ngapain Nata main piano malem-malem tumben bangat?" curiga Hanna.
"Palingan gak bisa tidur dia, kamu kan tau kalo Nata gak bisa tidur pasti main piano," ucap Pita sambil meletakan jemarinya di dagu.
"Tadi juga ada yang lagi nonton Tv tengah malem gini Han," cerita Pita lagi.
"Cowo mah gitu sukanya begadang, udah aku mau tidur lagi," ucap Hanna lalu tidur kembali, begitupun Pita.