Langit gelap menghiasi malam, bahkan bulanpun menyembunyikan dirinya. Hanya terlihat samar-samar awan gelap, diikuti semilir angin yang menerpa. Meski begitu, dibawah gedung- gedung pencakar langit, masih terlihat kesibukan. Orang-orang sibuk kesana kemari, bahkan para pedagang masih sibuk meneriaki dagangannya.
Disudut kota, disebuah gang kecil yang gelap. Terlihat seorang pria muda, rambut berantakan, dan janggut tebal. Pria itu hanya menggunakan baju lusuh, badannya terlihat kurus dan wajahnya pucat. Jelas dia kelaparan dan sudah lama tidak makan. Di malam yang dingin itu, dia tau bahwa umurnya tak akan lama lagi. Tubuhnya mati rasa, bahkan suara tak sanggup lagi keluar dari mulutnya.
Kesadarannya semakin buram, jelas waktunya tak banyak. Sambil mengehela nafas dia bergumam dalam pikirannya " sudah tujuh tahun, apa kamu masih ingat janji yang kita buat. Tiga tahun lebih aku menunggumu disini, tapi aku masih tidak menemukan kabar tentang dirimu. Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu..."
ia mulai mengingat kembali semua kenangannya bersama gadis tersebut. masih jelas ditelinga suara gadis tersebut memanggil.
"Arya selamat pagi"
"Arya ayo ke kantin"
semua kenangan tentang gadis itu perlahan muncul satu persatu, sikap manja, senyumnya yang cerah, saat dia menangis. Arya kembali mengenang semuanya, masa ketika dia SMA bersama dengan gadis yang ia cinta.
Air mata Arya menetes, namun ia tak sanggup mengeluarkan suara. hanya mampu bergumam pada dirinya sendiri.
"Rin, aku merindukan mu"
"Rin, aku merindukan senyum mu"
"Rin, aku merindukan kejenakaan mu"
"seandainya aku bisa kembali ke masa lalu..."
lalu mata Arya mulai buram, sekelilingnya berubah menjadi kekosongan.
***
disisi lain benua, tepatnya di New York, Amerika Serikat. Seorang gadis duduk di bangku pesawat, sambil menatap jendela kaca, melihat rentang awan.
Gadis itu adalah Rin, sejak kematian Ayahnya, Rin terpaksa mengambil tanggung jawab mengurusi perusahaan ayahnya. Ia sekarang menjadi pebisnis yang sukses mengikuti karir ayahnya.
Saat ini Rin duduk dengan gelisah, seolah takut kehilang hal berharga baginya. hal itu dimulai ketika beberapa hari yang lalu. ia merasa ada yang hilang dari diri nya. namun tidak jelas apa itu. Ia mencoba mengingat banyak hal. mulai dari kerjaan kantor, bertanya kepada semua karyawannya ada masalah atau tidak. Bahkan melihat berbagai dokumen proyek, dan memastikan bahwa tidak ada kendala.
dalam kebingungannya, ia kembali melihat-lihat folder lamanya. folder ketika dia menghabiskan masa-masa SMA terakhirnya. disana ada banyak teman-teman. hingga ketika Ia melihat sosok pemuda, mata pemuda itu cerah, dan senyuman nya yang menyenangkan untuk dilihat. dalam foto tersebut terlihat bahwa ia adalah pemuda yang mudah bergaul, dan disenangi oleh teman-temannya.
tiba tiba mata Rin mulai meneteskan air mata. ia kembali teringat, tentang pemuda tersebut. bagaimana pemuda itu menjaganya, memperhatikannya, dan selalu membawa senyuman kepadanya, bahkan saat-saat terburuknya.
ia mulai menangis tersedu-sedu, ia mulai menangis dengan keras, terutama ketika ia ingat waktu itu.
"Rin tunggu, aku ingin bicara dengan mu" Arya berlari menuju mobil yang akan membawa Rin.
Rin meminta supir berhenti sesaat, namun meski begitu mereka tidak punya banyak waktu lagi. sopir telah menegurnya, bahwa mereka bisa telat sampai ke bandara jika butuh lebih banyak waktu.
akhirnya Rin menyerah dan hanya berteriak kepada Arya.
"empat tahun dari sekarang ditempat ini, kita akan bertemu kembali" sambil meneteskan air mata Rin melambaikan tangannya kepada Arya.
Arya hanya bisa berhenti setelah mendengar kata-kata Rin. Ia terengah-engah jelas tak akan pernah mampu mengejar mobil tersebut.
ketika Rin mengingat semua itu iya mulai mencari barang-barang lamanya. ada sebuah kotak kenang kenangan. kotak tersebut berisi semua pemberian dari Arya baik jam, gelang, maupun aksesoris lainnya. Namun yang membuatnya bingung, ia tak pernah menyimpan sebuah surat.
ketika ia melihat surat tersebut, ia mengenal bahwa itu adalah tulisan tangan Arya. namun ia tak mengingat sama sekali kapan Arya memberi tulisan itu kepadanya. Ia mulai membaca surat itu secara perlahan. matanya semakin memerah, ia tau kesalahan apa yang telah ia perbuat. Ia segera memesan tiket pesawat dan kembali ke Indonesia.
***
Arya terus berjalan dalam kekosongan, entah sudah berapa lama. Ia mulai merasa lelah, bukan secara fisik, tapi secara mental. jalan tak berujung membuatnya frustasi. namun kerinduannya membuatnya tetap terus berjalan. ia merasa bahwa ada garis garis yang menuntunnya. mengirim nya perasaan rindu yang tak terlukiskan. Ia terus berjalan, hingga akhirnya ada sebuah cahaya putih terlihat didepannya. semakin ia berjalan semakin besar cahaya tersebut, dan perasaan Rindunya semakin kuat. hingga akhirnya ia menembus cahaya putih tersebut.