Selamat membaca
°•°•°
Roda mobil yang membawaku dan Diya melewati pagar sekolah. Jantungku sebisa mungkin kutahan agar dada tidak ikut-ikutan makin berdebar. Semalam, aku sampai sulit memejamkan mata. Mengingat hari ini bahwa aku sudah harus siap menjauh dari laki-laki yang berhasil membuat hatiku memilihnya.
Kini mataku terlempar pada satu objek yaitu tempat berkumpulnya para kendaraan. Seperti dugaanku, parkiran masih sepi seperti biasa. Namun tidak dengan jantungku yang seakan sedang berpesta, layaknya sound system untuk meramaikan acara pernikahan. Berdentum begitu keras.
Sejak di dalam hingga keluar mobil, aku terus menggenggam erat telapak tanganku sendiri. Bibirku pun terlipat guna mengurangi lilitan rasa cemas. Rasa takut bertemu Sean pun ikut muncul. Entah aku harus bagaimana kalau bertatap muka dengannya atau kalau dia mengajakku berbicara.