"Gue tahu gue cantik, tapi plis lo jangan ngeliatin gue sampe segitunya dong." Salsha menatap Aldi risih. Sudah hampir 15 menit Salsha berusaha menjauh dari tatapan mata Aldi.
"Lah, suka-suka gue dong. Mata gue mau ngeliatin siapa."
Salsha meremas buku yang sedang ia pegang. Kemudian pergi menjauh dari Aldi.
Berjalan pelan menuju kamar mandi bermaksud mencuci wajahnya karena cukup berkeringat.
Namun langkah Salsha terhenti saat mendengar dari arah belakang jika Aldi mengikutinya.
Salsha berbalik arah. "Gak usah ngikut juga kali."
Dengan menghela nafas kesal, ini kamarnya, kamar mandi miliknya tapi, Aldi sama sekali tidak merasa jika dia bertamu dirumah pacarnya.
Okey? Ini rumah Salsha.
'Tapi,,, sopan santunnya tolong dikondisikan. Salsha mau ke kamar mandi dan kenapa masih mau membuntuti?' Batin Salsha dengan segala kegerutuannya.
"Lo mau ke kamar mandi kan? Gue ikut aja gak papa. Kalo lo kesusahan buka celana. Gue bisa bantu, jangan sungkan minta tolong." Aldi terkekeh dan melanjutkan jalannya.
Aldi berjalan mendahului Salsha dan membukakan pintu kamar mandi langsung masuk terlebih dahulu.
"Ayo sini, gue udah didalem malah elo gak masuk-masuk. Ya kali gue dulu baru elo." Salsha menghentakan kaki kanannya kesal dan pergi meninggalkan Aldi dikamarnya sendirian.
"Lah, kenapa dia marah. Padahal gue cowok paling peka, emang cewek suka aneh. Udah diperhatiin, bilangnya gak perhatian. Udah dipekain, malahan pergi. Yang bener aja nih, cewek model gini kok gue tetep sayang ya." Aldi menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"ALDI PULANG DARI RUMAH GUE SEKARANGGGG!" teriak Salsha dari teras bawah.
Mendengar Salsha berteriak, Aldi berlari sekuat tenaga. Namun sesaat setelah keluar dari pintu kamar pacarnya, Aldi berjalan santai.
Melihat wajah pacarnya yang sudah menatap garang padanya, Aldi sedikit menyelinap.
"CEPET TURUN!!"
"Iya-iya, ini gue turun." Jawab Aldi dan berjalan menuruni anak tangga dengan cengengesan tidak jelas.
Dilantai bawah sudah tersedia Mochi (kucing peliharaan Aldi), 10 piring yang berisikan daging yang mungkin sudah dilahap habis oleh kucing peliharaannya.
Dan masih ada Salsha yang menatap dirinya dengan tatapan jengkel.
'Pacar cantikku masih aja marah.'
"Apa?" tanya Aldi dengan pandangan mata biasa saja. Tidak merasa bersalah sedikitpun.
Tidak taukah Aldi jika Wajah Salsha sudah seperti orang yang ingin membunuh manusia?
"BAWA PULANG KUCING LO, DAN JANGAN KE RUMAH GUE LAGI." teriak Salsha sembari melemparkan baju kucing milik pacarnya.
"Kenapa baju kucing gue lo lepasin? Kan kasian nanti dia demam gimana? Terus kalo sampe dia harus dirawat lo mau tanggung jawab? Gue tuh sayang banget sama dia, jangan seenaknya dong sama hewan peliharaan gue." Aldi meraih kucingnya dan memakaikan baju peliharannya dengan gerakan lembut dan penuh kasih sayang.
"Saking sayangnya, daging persediaan satu minggu punya gue lo kasih ke kucing lo!" timpal Salsha benar-benar kesal. Makanan orang dikasih kucing bro!
"Hebat ya gue punya pacar miskin banget, sampe-sampe makanan orang lo kasih ke kucing kesayangan lo itu. Bener bener gak waras lo! Udah sana pulang, buang-buang persediaan makanan dirumah gue aja." Salsha mendorong Aldi untuk keluar dari rumah Salsha.
"Ya jangan gitu dong beb. Gue mah orang kaya, ganteng pula, gak mungkin la gue miskin, makanan banyak kok dirumah. Gue niatnya kesini tuh mau ngapelin elo. Eh si Mochi mau ikut, ya gue ajak la. Dia kan juga akan jadi peliharaan lo kalo kita jadi nikah. Terus ya, kalo misal kita punya anak, kita kenalin deh sama anaknya Mochi, gimana? Keren kan?" Dengan perasaan yang teramat kesal Salsha mengambil air yang sudah ada didepan meja meminumnya.
Kemudian Salsha semburkan pada wajah Aldi. "Nah, bangun. Jangan mimpi terus. Gue gak akan tahan nikah sama cowok gila kaya elo, kalo lo tetep mimpi gak bangun-bangun juga."
"Jangan ngomong gitu beb, kita udah pacaran 3 bulan 3 minggu 3 hari loh. Yakin masih belum mau nikah sama gue?" Aldi mengikuti Salsha.
Salsha membanting tubuhnya pada sofa ruang tamu.
"Gue masih sekolah. Lagian kita masih kelas 11 kenapa otak lo udah ada kata nikah si? Heran."
Aldi menyusul Salsha dengan duduk didekatnya. Meletakan Mochi pada sofa sebelahnya.
Mengelus kepala Mochi sebentar, dan mulai menjawab ucapan pacarnya.
"Karna gue sangat mendukung nikah muda. Misal ya kita nikah kenaikan kelas 11, kita bikin anak lulus kelas 12 dan bayangin anak kita bakal berapa kalo sampe umur kita yang 20 tahun. Apa lagi gue gak mendukung adanya program KB, wuihhh bisa punya anak 7 aja udah hebat gue nya. Dan satu lagi, gue pengen punya anak satu tahun satu. Keren kan?" Salsha mendelik tak suka. Cowok sinting yang lagi diajak berbicara memang sudah tidak memiliki otak.
Dan parahnya lagi, Salsha memiliki pacar seperti ini.
Muka menjamin, Cerdas alhamdulilah, keren gak usah ditanya.
Tapi sayang otaknya suka gak dipake kalo lagi sama Salsha.