Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 2 - BUKAN API TAPI AIR

Chapter 2 - BUKAN API TAPI AIR

"Apa kabar sayangku Bella unch unch unch," Aldi mencubutl dua pipi Bella sedang duduk manis di kantin tidak canggung.

Bukannya risih, Bella senang diperlakukan seperti pacarnya. Ya, Aldi dan Bella sudah menjalin hubungan selama 52 jam yang lalu. Sayangnya, sekarang mereka sedang tidak dikantin sekolahnya. Aldi iseng saja pergi ke kantin sekolah Bella.

"Kok telat si?" Bella bertanya karna sering kali Aldi terlambat saat akan makan siang bersamanya. Padahal saat tahap akan berpacara Aldi sering menempel atau setidaknya delapan jam satu hari.

Tidak jarang Bella berfikir jika Aldi sangat mengharapkan Bella sangat jauh, bukan sebaliknya. Lupakan sikap aneh Aldi saat bersama Salsha, sekarang hanya ada kata manis dan gombalan receh yang Aldi keluarkan. Perlu bukti?

"Sayang," panggil Aldi pada Bella yang masih fokus pada makanannya. Bella mengangkat kepalanya, dirinya kembali mengunyah makanannya. Lalu "Apa," jawabnya pada Aldi. Dan setelahnya dirinya kembali memakan makanan yang sudah akan habis.

"Coba buka kacamatanya," minta Aldi lagi sangat lembut, Bella menganggukan kepalanya ragu. "Mau ngapain?"

"Buka aja, aku mau liat kamu lebih deketagi dari tatapan mata kamu," Kedua mata Bella menaikan kesal, apa Aldi berusaha mengejek? "Kamu ma--"

"Enggak, ya Tuhan," keluh Aldi saat Bella masih tidak percaya padanya.

Dengan memakan habis bakso yang terakhir, Bella meminum Es Teh terakhirnya, kemudian membersihkan bekas makanan dan minumannya disudut bibir Bella membuang tisu tadi tepat di mangkok. Lalu diri kembali melihat Aldi yang sedang meminum jus jeruk yang dipesankan Bella.

Bella membuka kacamatanya dan meletakannya didekat mangkok tadi. "Coba aku lihat," minta Aldi singkat dan memperhatikan bola mata pacarnya yang baru saja terjalin 52 jam yang lalu, itu.

'Oh, dia cantik tapi sangat polos.''

"Ada apa di mataku?" tanya lagi, pasalnya Aldi hanya diam dan tersenyum. "Kalo kamu gak pake kacamata itu," Aldi menunjuk kacamata yang bertengger bebas diatas meja.

"Kamu lebih cantik dari sebelumnya," sambung Aldi dengan ucapan manis, Bella hampir saja berteriak histeris hanya karena ucapan biasa seperti itu.

Bella bukan gadis cupu sama sekali, Bella sangat natural dan sombong tentu saja. Namun? semua gelar menyebalkan yang Bella miliki tertunduk pada Aldi.

Aldi mendapat telfon lain dari ponselnya, dengan melirik sebentar dan memperhatikan bagaimana situasi mengambil kesempatan kecil. Aldi meminta izin dengan sopan, karena Karin menelfonnya.

"Hallo," sapa Karin dengan suara sebalenahan marah. "Iya beb, ada apa?"

"Kamu kenapa tadi pagi gak jemput aku? katanya kamu mau jemput aku, aku udah nunggu kamu sampai jam 8, kamu enggak jamput?" Aldi memukul keningnya lupa. Astaga!

"Emm. Itu, tadi aku kesiangan. Jadi lupa mau jemput kamu, sayang" Aldi mencari alasan masuk akal. "Aku tadi pagi berangkat sekolah telat, kamu harus tanggung jawab jemput aku hari ini. Pokoknya harus dijemput enggak telat, aku enggak mau terima penolakan!" panggilan terputus satu pihak, Karin memutuskan sambungan telefonnya egois.

'Anjir gue harus gimana,' runtuk Aldi dalam hatinya. Aldi mempunyai pacar lebih dari satu, dan mungkin ini akan mempersulit dirinya sendiri. Anehnya, Aldi menikmatinya.

•••

"Beb gue pulang dulu ya, mau nganterin Mochi ke salon. Soalnya dia ada acara nanti nalem, kamu bisa pulang sendiri kan?" tanya Aldi dengan wajah tidak bersalah, Aldi terlihat sangat santai seakan-akan hal ini sudah terlalu biasa.

Pasalnya, sekarang Salsha sedang tidak membawa kendaraannya karna ulah Aldi yang memaksanya menerima tawaran berangkat bersamanya, tadi pagi. Dan sekarang Salsha dipaksa pulang sendiri, begitu?

'Aldi, lo laknat banget!'

"Nyesel rasanya punya pacar kaya lo yang bisanya cuma ngerepotin gue doang," jawab Salsha kesal, bisa dibilang Aldi sama sekali tidak romantis dan lebih condong merepotkan Salsha.

"Astaga beb, aku beneran harus ngantar Mochi ke salon. Rambut dia udah nyaru kaya sapu, apa lagi dia kucing. Rambutnya kalo udah nyatu jadi kaya nasi yang jatoh. Gak kebayang kan, kalo misal Mochi kena serangan kutu dirambut imut dia gimana?"

Saat itu juga Salsha merasa jika mencintai Aldi sama saja akan selalu merasa cemburu, jangankan pada cewek lain. Dengan hewan peliharannya pun Salsha terlalu sering cemburu karna Aldi sering kali memanjakan Mochi daripada dirinya. Punya pacar se menhebalkan Aldi memang harus ekstra sabar, 1000% harus sabar.

"Kalo lo mau nganter Mochi, kenapa harus nyuruh gue pulang sendiri. Ya lo harus nganterin gue balik dulu, baru ngater Mochi ke salon kan bisa abis lo nganter gue pulang?" Salsha berdecut kesal. "Nyesel gue ikut lo tadi pagi,"

Aldi diam, dirinya bingung menjawabnya. kalaupun Aldi mengatakan yang sebenarnya jika dirinya akan menjempul Karin, ini akan menjadi masalah besar. Jalan keluarnya masih sama, Aldi akan meninggalkan Salsha lagi dan lagi.

Keadaan membuatnya rumit, entah Salsha yang menjadi pacar pertama Aldi, atau mungkin Salsha termasuk dalam daftar gadis selingkuhannya. Karna mungkin ada yang lebih lama berpacaran dengan Aldi sebelum Salsha?

"Ya, karna gue ada acara setelah nganter Mochi. Jadi lo bisa kan pulang sendiri, jangan manja! Tinggal pulang aja, gue benar-benar ada acara sama Mochi, Bye!" ucapnya singkat, setelahnya Aldi mengacak gemas rambut Salsha dan berlalu begitu saja.

"Astaga," gumam Salsha yang melihat tingkah Aldi membuatnya kesal.

Salsha menerima tawaran Aldi tadi pagi sama saja membuat dirinya dilanda kemarahan yang lebih dari sebelumnya, semoga saja tuhan masih mau membantunya untuk hidup lebih lama dan memberikan kesabaran jika berhadapan dengan Aldi.

Ditengah perjalanan menuju rumah, Salsha memutuskan untuk berjalan kaki menuju Halte bus disebrang depan jalan. Memesan ojek online menurut Salsha sama sekali tidak aman.

Entah apa yang dipikirkan Salsha jika menaiki bus memang aman, namun juga harus melawan rasa traumanya yang selama ini ia pendam. Suara deru motor berhenti tepat disamping Salsha. Salsha tahu jika suara motor itu bukan milik Aldi.

Salsha sedikit mengenali suara Motor itu. Dia belum ada keinginan untuk memalingkan kedua matanya dan juga wajahnya. "Naik." perintah cowok yang masih diatas jok motornya, jaket dan helm yang digunakan menutup identitasnya. "Ta-tapi aku--"

"Naik, jangan bantah!" paksa orang itu. "Nanti kalo ada yang liat gimana?" tanya Salsha dan mulai menghadap pada cowok tadi.

Mata cowok tadi melihat sekeliling area sekolah Salsha, walaupun dia menggunakan helm. Matanya masih awas untuk melihat semua keadaan sekitar.

"Enggak ada yang liat."

"Aku juga inget dimana kita pernah pulang bareng, enggak ada yang lihat, Tenang aja," sambungnya lagi, dan jawaban itu membuat Salsha diam membisu sendiri.

Apa sekarang Salsha yang harus merasa bersalah. Tapi dirinya harus seperti apa?

Salsha menaiki jok motor cowok tadi, ini bukan soal Salsha mengkhianati Aldi. Jika sebenarnya memang Salsha juga merindukan seseorang yang sedang menyetir didepannya ini.

Jika Salsha tidak ikut, dirinya akan pulang jalan kaki karena uang sakunya tidak cukup untuk membayar kendaraan umum.

Tanpa Salsha sadari, cowok tadi hanya diam dan mengamati Salsha melewati kaca spion motor miliknya. Dan tidak hanya sekarang.

Setiap menitnya juga selalu mengamati Salsha dan juga Aldi. Semua masalah Aldi sudah diketahuinya, namun dia hanya diam. Tangan Salsha memeluk cowok tadi dengan nyaman, entah kenapa Salsha juga masih merasa nyaman dengan bahu itu.

Dengan sedikit tersadar, Salsha melepas pelukannya dan bersikap seperti biasa. Salsha tidak ada maksud lain untuk membuat diantara keduanya sakit hati.

Salsha tidak ingin membuat Aldi merasa dikhianati, dia juga tidak akan membuat cowok yang sedang mengantarkannya pulang merasa diberi harapan.

Jadi, sebenarnya. Respon Salsha harus seperti apa?

•••

Karin memeluk manja Aldi dari depan koridor kelasnya sampai montor di tempat parkir sekolah Karin. "Tuh kan, kamu kalo enggak aku ancem enggak akan mau jemput aku. Kebiasan banget kamu ini," Karin kembali cemberut dengan bibir yang sedikit mengerucut. "Maaf beb. Aku kan sibuk, banyak urusan di sekolah, kalo di rumah juga ngurusin urusan dirumah. Aku juga sering bantuin mama belanja," Karin mencubit kedua pipi Aldi dengan gemas.

"Jadi tambah cinta aku sama kamu, bisa kan. Kapan-kapan aku diajak ke rumah kamu, aku pacaran satu bulan ini cuma dianter berangkat sekolah dan chating doang. Kan enggak asik." ucap Karin manja, tidak tahukah Aldi jika Karin menginginkankasih sayangnya lebih dari ini?

'Jangan mimpi,' batin Aldi, melihat skinship gadis disampingnya.

'Masih untung gak gue putusin satu hari,' sahut Aldi di dalam hatinya.

"Cuma Salsha yang baru ke rumah gue, kalo lo kayaknya masih gak gue kasih tahu. Bahkan alamat rumah gue," gumam Aldi berbicara lirih dan membuang wajahnya.

Jadi pertanyaannya, Apakah Aldi serius dengan Salsha?