Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 4 - TOPENG TEBAL ITU SEDIKIT LUNTUR

Chapter 4 - TOPENG TEBAL ITU SEDIKIT LUNTUR

"WEH JANGAN LIHATIN PACAR GUE MULU. MAU GUE COLOK HAH MATA LO SATU-SATU," teriak Aldi marah, semua pekerja dan penjual terkejut dan mulai memalingkan wajahnya.

"Eh, maaf Mas," ucap pelayan yang tertangkap basah memperhatika Salsha sangat serius. Walaupun tidak nyaman Salsha masih memiliki urat malu jika harus melontarkan teriakan seperti itu. Ucapan saja Salsha tidak berani. Hebatnya lagi, Salsha mempunyai pacar seterus terang seperti Aldi.

"Al, bisa diem enggak. Gue lagi milih baju malah ke ganggu sama teriakan lo dari lantai satu. Kalo tahu gini mending gue beli baju di pasar aja. Kalo gue tau lo teriak-teriak, bikin malu aja," keluh Salsha yang berusaha memberi kode kepada Aldi untuk diam. Namun sayangnya manusia seperti Aldi tidak akan bisa diam jika tidak sedang tidur, sakit, pingsan dan mati.

"Kenapa enggak bilang dari tadi aja beb, biar sekalian gue yang neriakain jualan mereka," Aldi menatap Salsha gemas, kalau misal kode ke pasar Aldi paling nyaman dari pada ke mall, lebih sering cemburu. Lebih nyaman yang tidak elit sekalian! "Udah ayo lah, kalau misal mau beli BH sama CELANA DALEM gue ikut pilihin aja, enggak perlu malu biar gue aja yang beliin,"

Salsha sudah sangat ingin membunuh maanusia ini dengan sangat terang terangan. Kalau misalkan mau berbicara hal privask, bukankah harusnya tidak perlu berteriak? Salsha mendorong Aldi hampir jatuh kebelakang, dengan hati yang kesal Salsha ingin membunuh Aldi dengan cara mendorong Aldi ke lantai dasar sampai mati.

Sudah cukup dunia dibuat pusing dengan setan seperti Aldi, yang penting hanya satu. Jangan anggal Aldi penting, kalau diantara kalian ada yang nganggap Aldi penting. Kalian akan mendapat masalah tidak selesai-selesai. Contoh jelasnya, Salsha.

"Lo Salsha?" tanya cowok berbadan tinggi dengan suara hati-hati. Mungkin dia takut jika salah orang. Yang harus Aldi cirigai adalah 'Dia siapa?' dan 'Kenapa dia lebih tampan darinya!'

"Eh," Salsha terkejut. Kemudian dirinya kembali bertanya. "Siapa ya?" tanya Salsha lagi.

"Lo gak inget gue? Astaga Sal. Gue Argo, mantan pacar lo," Aldi yang masih berdiri dengan mengeratkan kepalan tangannya berdiri sangat santai memperhatikan.

"Yak! sebarangan. Gue bukan mantan lo, lo cuma temen satu bangku sama gue!" protes Salsha mengoreksi, kalaupun Salsha memiliki mantan seperti Argo memang akan terlihat sangat kacau.

"Jadi, gimana hubungan lo sama dia? Masih berjalan atau...."

Argo tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Aldi sudah menatapnya dengan sangat sengit.

"Gue pacar dia. Jangan lo sebut mantan dia. Mau gue kasih tahu senjata rahasia gue yang sakti? Dia bisa nyambuk pelakor. Kalo mungkin lo engak mau jadi pelakor lo bisa aja merusak hubungan gue sama dia karna lo udah berhasil buat dia inget sama mantannya," Argo kembali menatap Salsha, meminta penjelasan. Apa maksud dari ucapan Aldi, seperti mengatakan 'Orang aneh ini bukan cowok lo kan?'

"Lo ke mall cuma beli es krim satu doang? Astaga Sal. Gue kira lo gak akan dapetin orang modelan gini buat lo pacarin," Merasa ucapan teman Salsha sangat menohok ulu hatinya. Aldi berusaha untuk memendam rasa kesalnya dengan menatap Argo dengan genit. "Lo tahu gak kalo gue homo? Bisa aja gue cium mulut lo sama bibir gue. Mau coba?" What?

Salsha memukul keningnya malu, kenapa juga Salsha menerima tawaran Aldi pergi ke mall hanya untuk beli es krim seharga lima ribu saja dapet dua?

"Oo lo homo," Argo kembali menganggap Aldi enteng. Ancaman homo sama sekali tidak membuat Argo diam, tunduk ataupun menyingkir.

"Sal, lo tahu gak kabar Nita? Sadewa sama Nita mau pindah ke sekolah lo, dan gue termasuknya," ucap Argo dengan tertawa kencang.

Entah kenapa jika sudah berkumpul seperti ini, Salsha mjlai mengingat Sadewa. Ah, cowok itu. Dia yang mengantarkan Salsha pulang tidak meminta pungutan biaya.

"Kok Sadewa enggak ngasih tahu gue?" tanya Salsha masih saja berharap dengan status yang tidak lagi ada padanya.

"Lo cuma mantannya, kalo lo mau tahu kabar dan dia lagi ngapain setiap menit. Lo cuma peelu balikan lagi sama dia," jawab Argo santai dan tangannya masuk ke dalam saku celananya.

"Eh ANJING gue pacarnya, kenapa mulut BACOT lo masih aja enggak bisa diem. Gue udah kesal ya sama mulut lo itu. Mau gue cium beneran? Walaupun gue enggak homo gue bisa aja nyium bibir lo sama tangan gue!" Aldi sudah sangat tersulut emosi dengan peekataan Argo secara tidak langsung. Entah kenapa jika orang diberi hati minta daging harus kita musnahkan, semakin lama di diamkan semakin menguras hati.

"Eh kotoran sapi. Lo bisa diem, gue lagi ngomong sama temen gue. Bukan sama lo," balas Argo teriak.

"Woh. Ngajak ribut ternyata, mau gue tonjok beneran? Sini maju, gue..."

BUG

Tonjokan mentah Aldi terima dari Argo dengan cuma-cuma. Bahkan untuk melawan pukulannyapun Aldi tidak ada keinginan.

"Udah Go, enggak perlu diladenin. Kalo diladenin bukannya makin berhenti malah makin parah," Bukanya menolong Aldi yang sudah tergeletak dilantai marmer parkiran pusat perbelanjaan, Salsha justru membujuk Argo untuk tidak memukulnya lagi. Ini, antara baik dankelewatan. Bisa dikatakan seimbang. Kemudian Argo melihat arloji ditangan kirinya dan berpamitan pergi lebih dulu.

"Gue duluan ya, tunggu kita bertiga di Sekolah lo," kemudian Argo berjalan pergi menuju montornya dan mulai pergi menjauh.

•••

"Bagus ya, bukannya nolongin pacarnya malah senyum-senyum enggak jelas," omel Aldi yang masih tidura dibawah dengan posisi nyaman. Aldi tengkurap dan meletakan dagunya ditangan kanannya, dan memasang wajahnya cemberut.

"Makanya, kalau ngomong dijaga. Dia itu emang udah jago silat, kalo masih mau. Nambah aja sanac Salsha mengulurkan tangannya untuk disambut oleh Aldi.

Bukannya menerima tarikan tangan itu, Aldi hanya acuh dan menelentangkan tubuhnya, dan merentangkan tangnya seperti orang gila tiduran ditengah jalan.

"Eh goblok kalau lo mau mati, jangan sama gue. Gue enggak mau jadi saksi mata. Udah buruan bangun. Bisa enggak si sekali aja, kalo misal kita jalan ke luar lo enggak bikin gue malu?" Bukannya menjawab, Aldi hanya acuh dan memejamkan matanya. Aldi kira, tidur diparkiran lebih nyaman. Senyaman dipantai mungkin. Tapi menurut Salsha si tidak. Tolong jelasin, dibagian mananya Salsha salah memilih Aldi?

TIIIIIINNNNNNNNNNN

Klakson keras membangunkan Salsha dari melamunnya dan menarik di agar bangun karena masih nyaman dilantai parkiran.

"EH ORANG MISKIN, KALO MISAL BARU PERTAMA BAWA MOBIL JANGAN SE ENAKNYA KLAKSON SEMBARANGAN!"

Ingatkan Salsha untuk selalu menolak ajakan pergi bersama Aldi. Entah itu, date, jalanzjalan atau semacamnya.

Salsha lelah, sumpah!