"Neng, godain abang dong,"
"Suit suit. Jangan fokus bawah aja neng, lihat abang sini. Nanti abang godain,"
"Aduh, itu 'gincu'nya menggoda banget ya neng. Mau dong abang cobain juga,"
"Aduhay, pantat kamu neng. Bikin abang gak nah-- "
"Kampret," umpat Aldi kesal karena pacarnya yang memukul wajah Aldi dengan menu makan didepannya.
Mereka sedang makan di cafe kecil-kecilan. Tidak ada mahal jika Salsha pergi berdua dengan Aldi, harapan akan sirna saat Salsha melihat perilaku Aldi. Dari mulai mulut, tangan, kaki sampai bulu matanya yang lentik juga ikut menggoda cewek sampe tante-tante semuanya Aldi goda.
Tolong kondiskan seseorang didepan Salsha, dirinya mulai melemah saat Aldi terus berlagak seperti orang tidak mempunya malu. "Mulut dikondosikan, gue malu kalo lihat perilakuan lo kaya bocah. Ini tempat umum bukan stand up comedi,"
"Iya beb, dimana posisi bumi yang gak mau dibecandain? mungkin cuma lo doang beb yang enggak mau digombalin," 'Bodo amat badak!' Andai kata seperti itu yang Salsha lontarkan, mungkin sudah Aldi nasihatin panjang × lebar × tinggi.
"Jadi, mau bayarin enggak nih? Kalau lo mau bayarin gue, gue mau cari menu makan yang mahal. Kalau lo enggak mau bayarin, gue milih yang biasa aja," Salsha kembali mengambil antisipasinya lagi, dirinya berjaga-jaga jika saja Aldi akan mengerjainya lagi untuk membayar makanan mereka seperti dua minggu yang lalu.
Sebenernya si bukan diwajibkan juga, tapi Aldi juga sering enak kalau Salsha yang membayar setiap pergi. Bukankah har
usnya ktu tugak cowok?
Iya, enak diceweknya diawal. Tapikan cowok juga bisa belajar jadi calon suami yang royal saat waktu-waktu mereka pacaran kan?Walaupun ada yang akhirnya dibohongin juga sama ceweknya.
"Bayarin beb, beli bedak kamu aja aku mampu ngajak kamu ke cafe masa enggak mampu bayarin?" Lah? Kemasukan setan mana lagi Aldi terkesan aneh.
"Enggak udah pakai aku-kamu, gue jyjyk," Salsha memukul kepala Aldi dengan menu makan untuk yang kedua kalinya. "Awsh. Sakit beb," Salsha memutar bola matanya malas, kemudian kembali menjawab.
"Bodo amat," Dan untuk pertama kalinya, Aldi punya keinginan untuk mencekik leher Salsha karna rasa gemas pada pacarnya.
"Pesen makanan dibawah 10 ribu, pesen minuman dibawah 5 ribu. Gue bawa uang 50 ribu aja soalnya. Jangan, mahal-mahal." ucapnya lagi, Salsha yang mendapat tawaran seperti itu ingin sekali pulang sedtik itu juga. 'Makanan kafe mana yang dapet 10 ribu kenyang? Makanan mana????'
'Lebih enak makan dipinggir jalan ternyata, murah, banyak, dijamin kenyang. Sama pacar sendiri kok pelitnya kebangetan si!'
"Mau kemana beb?" tanya Aldi heran, bukannya tadi sudah ingin memesan, kenapa sekarang malah pulang?
"Mending gue pulang daripada jajan 10 ribu," Jleb, sakit.
Bukanya merasa terhin Aldi justru lebih merasa aman. Didirinya lebih memilih makanan jalanan daripada disini. Pasalnya, makanan disini memang mahal, makanya aldi membatasinya sampe seperti itu.
"Ayo, jajan pinggir jalan aja. Lebih murah, banyak, kenyang juga," Aldi menggandeng tangan Salsha dengan ringan, Aldi sedang bahagia.
Salsha yang mendapat respon seperti itu rasanya ingin memasukan Aldi ke gelas Es Teh. Kok ada cowok model seperti Aldi tukar tambah laku enggak si!
Salsha berusaha sabar, semoga saja sifatnya berubah. Aneh tapi Salsha cinta sepenuhnya sama Aldi. Walaupun 49%.
•••
"Bang, pesen nasi goreng 3, es tehnya 5." Aldi melotot tidak percaya, Salsha memesan makanan banyak dengan minuman juga.
"Beb, 3 nasi goreng sama Es Teh 5? perut lo muat?" tanya Aldi yang masih tidak bisa membayangkan mau bagaimana perut Salsha nanti selesai memakannya.
"Punya gue nasi gorengnya 2, es tehnya 4. Lo kan satu, yang penting bayar aja. Udah gue cari tempat murah ini, jangan protes," Aldi terdiam, mau gimana lagi, selain murah porsi disini juga dikit. Makan satu berasa makan satu porsi Nasi Kucing. Jadi Aldi mewajarkan saja.
Saat makanannya datang, diluar dugaan. Aldi memelototkan matanya. Bukan karna makanannya yang banyak, namun yang ngantar minuman sama makanannya cukup membuat mata Aldi menjadi bersih. Sexy, uh!
Dadanya kelihatan tengahnya, Roknya astaga! Mata yang awalnya suci jadi kotor, Aldi yang awalnya tidak ingin menelan ludahnya sukar menjadi sangat kesulitan. Dirinya bingung, antara nafsu, ibadah, karena bedanya tipis banget.
"Mata, bibir, jakun, sama liur dijaga," Saat mendapat teguran halus dari pacarnya Aldi membuang wajahnya, dirinya kembali menatap wajah Salsha yang mendamaikan. 'Oh astaga, maafkan kekhilafan Aldi Tuhan,'
"Silahkan pesanannya dek," ucap pramusaji tadi, makanan pinggir jalan tapi ada pramusiajinya, Hebat kan?
"Makasih tante," jawab Salsha cepat, dan langsung mengambil sendok memakan makanannya dengan cepat.
'Buruan kabur woy, keburu dimakan Salsha,' Kurang lebih Aldi dalam hati ingin mengatakan seperti itu saat tante-tante tadi justru melihat ke arah Aldi sangat serius. Mungkin tante itu tidak tahu saja jika pawang Aldi sangat galak, disampingnya sudah ada Salsha yang sangat kesal menahan marahnya.
Tante tadi terlihat seperti kesal ingin memukul bibjr Salsha dengan baki yang ada ditangannya namun berusaha ditahannya dengan setengah hati. Lancang sekali mulut pelanggan itu, namun dengan senyum terpaksa tante berjalan menjauh meninggalkan pasangan biadab itu dengan cepat.
Aldi melihat Salsha dengan bangga, pacarnya udah mulai ceplas ceplos sepertinya. Boleh dong, Aldi bangga?
"Astaga beb, kamu perfect, aku bangga sama kamu," Dengan gerakan cepat Salsha memukul kepala Aldi dengan sendok. "Sakit beb."
"Nah, sakit kan. Jadi enggak peelu macem macem, bikin malu aja," Antara bahagia dan malu, semuanya Aldi rasakan. Memiliki pacar secantik Salsha memang keberuntungan. Tapi jangan salah, semua cowok bahkan yang buat nasi goreng fokus pada Salsha sampai enggak berkedip.
'Aldi sudah mulai kepanasan nih, sebenarnya,'
"Eh bang, matanya dijaga. Mau enggak gue bayar makanan ini," ancam Aldi yang mengarahkan sendoknya melotot dengan nada ancaman. Bukannya merasa takut, penjual itu menyahuti.
"Gak apa apa atuh, biar ceweknya makan disini saya gratisin.," Mata Aldi melotot matah. 'Lah anjir, dia nyolot.'
Aldi dengan terburu-buru berdiri siap sedia mengatakan ucapan memanaskan telinga penjual itu jika saja tidak Salsha cegah dengan cara halus.
"Duduk, diem. Jangan mulai," Salsha menarik tangan Aldi lembut dan menyuruh Aldi makan kembali, melihat Aldi mulai melunak Aldi masih berusaha memegang tangan Salsha dengan sangat lembut.
Inilah kebahagiaan berpacaran yang sebenarnya. Tapi terkadang, semua itu hilang tiba-tiba jika Aldi mulai mencari masalah dan membuat Salsha marah.
"Cowok baru itu mantan kamu?" tanya Aldi memulai pembicaraan santak dengan Salsha, yang ditanya hanya menganggukan kepalanya dan kembali melanjutkan makannya.
"Lumayan," komentar Aldi lagi, Salsha kembali mengangguk menjawabnya.
"Kamu pacar aku kan hari ini?" Aldi membuat bibirnya mengkerut membagi dua jawaban.
Iya, senang mengetahui Salsha menganggapnya. Dan tidak saat tatapan Salsha pada cowok baru tadi benar-benar membjat hati di panas terbakar api cemburu.
"Bunda nanyain kamu, kapan kamu mau main lagi," jawab Aldi dengan pembicaraan yang berbeda. Salsha tahu jelas jika Aldi cembjru, dan Salsha hanya menghela nafasnya lirih.
"Aku tahu kamu cemburu, aku minta maaf. Tapi, semua yang kamu tangkap dipenglihatan kamu gak semuanya benar. Aku enggak ada apa-apa lagi sama Sadewa. Kita beedua cuma mantan dan aku enggak menaruh harapan lebih sama dia," Aldi menganggukan kepalanya mennawab ringan.
"Mungkin," Salsha mengkerutkan kedua alisnya bingung.
"Aku lihat kamu pulang bareng cowok kemarin, dan mungkin cowok itu dia. Apa sampai sekarang kalian masih kirim pesan, dan pulang bareng tanpa sepengetahuan gue juga?"