Chereads / Malkist Cinta ( Kisah Cinta Aneh ) / Chapter 9 - Malkist Sembilan : MASALAH BESAR!!!

Chapter 9 - Malkist Sembilan : MASALAH BESAR!!!

Ketika jam makan siang itu berlangsung.

Riota langsung memakan makanan yang Linra bawakan untuk dirinya, tentu Riota juga dapat kotak makan tersebut.

" Aromanya benar-benar buat gue laper, emang bisa banget loe bikin orang menggugah selera. "

Gio lalu datang.

" Yah... Gue doank kayaknya yang harus beli makanan di luar. "

Riota menengok ke arah Gio berada.

" Ya loe udah makan, jatahnya kan satu-satu. Minta ke gue awas aja loe. "

Lalu tiba-tiba Riota ingat janjinya Gio hari jum'at saat membantunya.

" Oi Gendut... Loe janji beliin gue Pizza hari ini. Beliin sekalian.. "

Gio lalu seperti pura-pura tidak tau.

" Ehehehe... Yang mana ya... "

Riota mengambil penggaris yang ada di samping komputer nya dan mengarahkannya ke arah Gio.

" Kampret loe gendut. Gue kempesin sampe isi-isinya mau loe... "

Gio tersenyum dan tangan nya seperti ingin mencoba menahan pukulan yang mungkin akan Riota arahkan kepada nya.

" Iya-iya Ta... Gue cuma bercanda... Gue cuma bercanda... "

" Dasar loe... Udah sana beliin.. "

" Iya gue beliin. Tapi nanti gue bagi ya. "

Riota menghela nafas.

" Hufff... Emang loe kadut... Iya gue bagi... Untung gue lagi seneng. Kalau lagi mumet, abis loe gue iket di tiang bawah lobby. "

Gio langsung jalan dengan terburu-buru keluar dari ruangan.

Riota pun kembali makan sambil melihat foto-foto dari Linra di 'Smart Phone' miliknya.

Siang itu masih mendung.

Kemudian tiba-tiba Derta, Manajer Riota datang menghampiri biliknya.

" Riota. Kamu bisa ke ruangan saya sebentar? "

Riota kaget saat Derta tiba-tiba datang sampai ia salah tingkah dan tersedak.

" Uhukk..uhukk.. Ngagetin gue aja loe.. Aduuhh.. Gue lagi makan... Nanti gue dateng setelah selesai makan. "

" Kalau begitu saya tunggu di ruangan. "

Derta lalu meninggalkan Riota yang sedang makan itu.

" Ada apa itu orang manggil gue ke ruangan nya, perasaan gak ada yang aneh sama kerjaan gue, lagi pula gak ada protes dari Client. "

Riota bingung karena dia jarang di panggil oleh Derta, karena selama ini, dia selalu bekerja maksimal dan pastinya Perfect Timeing.

Kemudian di Rumah Riota.

Tiba-tiba kedua orang tua Riota datang ke rumah tersebut.

Papahnya Riota sangat tinggi seperti dirinya, berpakaian kaos hitam, bercelana pendek dan berambut pendek, Mamahnya juga demikian tinggi, tapi tidak setinggi Riota. Mamah Riota berhijab tertutup berwarna abu-abu polos.

Linra saat itu memakai kaos lengan panjang berwarna putih dan Jump suit berwarna hitam polos.

Papahnya Riota melihat dari atas sampai bawah diri Linra yang kecil itu

" Jadi ini Perempuan yang Riota pilih dan bisa mengendalikan pikiran nya tersebut. "

Mamahnya Riota tersenyum.

" Waktu Mamah lihat saat kemarin, Riota memang bertingkah wajar dan tidak terlihat sangat serius. "

Linra bingung, namun karena mereka berdua orang tua Riota, tentu mempersilahkan masuk, apalagi di luar sedang rintik hujan.

" Om, Tante, silahkan masuk. "

" Papah akan masukan mobil dulu ke garasi luar, Mamah masuk duluan. "

" Iya Pah. "

Linra lalu masuk bersama dengan Mamahnya Riota.

Linra menyediakan makanan dan minuman yang di butuhkan untuk mereka di meja ruang tamu.

Mamahnya Riota melihat dengan seksama gerak-gerik Linra.

Setelah semuanya siap di ruang tamu, Linra pun duduk di sofa single dan Papahnya Riota masuk lalu duduk di samping Istri nya itu.

Mamahnya Riota lalu berkata.

" Nama kamu Linra Agata bukan? "

Linra tersenyum dan menjawabnya dengan ramah.

" Iyah, tante. Saya Linra. "

" Usia kamu berapa? "

" 24 Tahun Tante. "

" Kamu yang waktu itu datang ke rumah saya menanyakan tentang Riota kan? Apa ini tujuan kamu atau memang ada maksud lain? "

" Maksud Tante? Tujuan aku datang ke Riota? "

" Iya. Kamu ingin apa? Ingin datang berbisnis yang Riota bilang waktu itu atau ingin memanfaatkan dirinya? "

Linra dengan tegas pun menjawab.

" Aku datang untuk berbisnis dengan dirinya, Tante. Tidak ada niat aku memanfaatkan dirinya. Tante bisa lihat di dalam garasi mobil kalau ada peralatan memasak. "

Papahnya Riota kemudian ikut bicara dan meminum air sirup jeruk yang di sediakan oleh Linra.

" Tadi Papah memang lihat banyak perlengkapan masak. Jadi kamu memang menjalankan bisnis bersama anak kami itu. "

Linra gerogi, karena Papahnya Riota juga besar seperti Riota, apalagi wajahnya begitu tegas.

" I-Iyah.. "

Mamah Riota kembali bicara.

" Kamu siap memang menerima Riota sebagai suami kamu? "

" Heah!! "

Linra terkejut.

" Kami berdua ini datang untuk memastikan saja, karena kami tidak mau terjadi sesuatu kepada kalian. Apalagi Riota sudah berkata kalau dia cocok dengan kamu. Kami juga sebenarnya sudah lelah menjodoh-jodohkan Riota ke perempuan yang lainnya, karena sifatnya yang tiba-tiba berubah serius saat mendengar perjodohan hingga pacaran. Tapi ketika kamu datang, dia bersikap biasa seperti pada umumnya. "

" Heh?? "

Memang Riota itu seperti memiliki ke anehan saat dirinya ingin mendekati perempuan, apalagi dia juga memang aneh saat memasak.

Papah Riota bersandar sambil bersantai dan menyalakan televisi dengan remot yang ada di genggaman nya.

" Anak itu entah kenapa selalu masuk dalam mode serius dan perfectionist saat mendengar atau melakukan pendekatan pada perempuan, hingga dirinya di benci saat proses tersebut, hingga akhirnya tidak ada yang mau dengan dirinya. "

" jadi begitu yang terjadi. "

Mamahnya lalu tersenyum.

" Padahal dia itu orang yang penyayang dan ingin punya pasangan, tapi karena ulah dia sendiri, malah jadi di takuti oleh perempuan yang kami jodohkan itu. Hahahaha.. "

Papahnya Riota tertawa.

" Hahahaha, ya begitu lah. "

Lalu Mamahnya Riota berkata sesuatu yang membuat Linra shock.

" Kalau kamu nanti sudah menikah dengan dirinya, bisa kamu berikan cucu untuk Mamah secepatnya? Tapi jangan bilang-bilang Riota tentang masalah ini. "

" Haaahh!! Cu---Cucu??? Maksudnya bayi? Ehhh Anak??? "

Linra sampai gagap dan bingung.

" Iya, Cucu, Bayi, Anak. Mamah dari dulu sebenarnya ingin cepat gendong anak dari Riota, anak pertama kami. Adiknya yang perempuan sudah lebih dahulu memberi kami cucu yang cantik. Tapi Riota ini sulit sekali, karena dirinya yang aneh tersebut saat pendekatan kepada perempuan, hingga akhirnya gagal lagi dan gagal lagi. Hanya kamu yang bisa. "

Dalam hati Linra, itu adalah hal perkataan yang gila, dimana tidak mungkin dirinya mengandung keturunan Riota.

" Ehhh... Bagaimana yah... Aku.. Ehh.. Aku... "

Lalu Papah nya Riota berkata.

" Jangan memaksa, Mamah. Kita saja sudah beruntung mendapatkan dirinya yang bisa mendekati Riota. Biar kan dia dan anak kita menentukan jalannya. Pasti akan ada waktunya kok. Hanya waktu yang bisa menjawab, sekarang santai saja dan fokus terhadap pernikahan yang ingin kita persiapkan. "

Untungnya Papahnya Riota menjawab apa yang di butuhkan oleh Linra.

" Hehehe... "

Mamah nya Riota meminum sirup jeruk yang di sediakan oleh Linra itu dan berkata.

" Baiklah, Mamah akan sabar. Intinya dia sudah dapat perempuan yang akan menjadi calon untuk anak-anak nya nanti. "

Linra saat itu berkeringat dingin dengan perbincangan ini.

Dalam hatinya ia berkata kalau ini bukan lagi sandiwara, melainkan sesuatu yang benar-benar berat untuknya nanti kedepannya.

Linra lalu menyuruh mereka berdua untuk makan makanan yang dia sediakan.

Kemudian Linra permisi untuk ke lantai dua dimana ia ingin menelepon Riota.

Tentu Riota memberikan nomer teleponnya kepada Linra.

Saat sampai di kamar Riota dan menutup pintunya, Linra berjalan ke arah jendela sambil menunggu Riota mengangkat teleponnya.

Lalu di angkat lah telepon itu.

" Hallo... Kenapa loe telepon, ada yang penting? "

" Riota, Mamah dan Papah kamu datang. "

" Terus kenapa? "

" Aku kayaknya gak bisa deh sandiwara begini. Mamah kamu itu berkata tentang Cucu, Bayi, Anak setelah kita menikah. Sebaiknya kamu cari perempuan yang bisa kamu nikahi. Jangan aku.. "

Riota saat itu bingung.

" Waduh.... Udah gue duga kalau Mamah pasti bicara begitu. "

" Aku ini laki-laki, gak mungkin memberikan keturunan. "

" Ya udah loe temenin mereka aja dulu, nanti kita bicarakan setelah gue pulang. Oh iya, Ngomong-ngomong tentang makanan loe semuanya suka, tapi belum ada pesanan, katanya sih banyak yang mau rekomendasi kalau ada teman dari kantor yang ingin menikah atau lainnya. Jadi gue rasa ini cukup sukses untuk awalan. "

Linra tersenyum mendengar hal itu, tetapi masih kepikiran masalah yang tadi.

" Syukurlah... Tapi Riota. Sebaiknya kamu cepat cari perempuan lainnya dan nikahi dia dalam acara yang akan Mamah dan Papah lakukan dalam waktu dekaatttt... Aku gak mau menipu mereka lebih dari ini.. "

Riota pun bingung.

" Iya-iya nanti gue coba cari perempuan lainnya yang gue bisa, tapi gak sekarang juga. Gue lagi kerja dan di panggil sama Manajer ini. Udah dulu ya, nanti di terusin di rumah. "

Riota pun memutus percakapan telepon itu.

" Riotaa... Ihhhh... "

Linra benar-benar takut bersandiwara dengan dimana sampai ke arah yang Mamah nya Riota katakan.

Lalu Linra kembali ke bawah dan menemui orang tua Riota di ruang tamu.

Mamahnya Riota langsung bicara saat Linra ingin duduk di sofa single itu.

" Masakan kamu ternyata enak juga, persis seperti yang Riota katakan kemarin. Boleh lah dapat istri yang seperti ini dan bukan dari pilihan kami, tapi jujur kamu memang salah satu type yang kami cari juga. "

Papahnya Riota lalu menambah makanannya dan juga berkata.

" Riota itu adalah seorang yang aneh, dimana ia tidak bisa masak apapun. Entah setiap apa yang ia sentuhnya pasti akan gagal. Inget gak Mah, dulu waktu kecil, saat Riota memegang spatula saat Mamah masak sayur, tiba-tiba boommm keluar api dari panci masakan nya. "

Mamah nya Riota tertawa.

" Hahahaha... Mamah ingat sekali Pah. Cuma yang paling lucu adalah saat masak kue bersama adiknya itu. Padahal sama-sama resepnya tapi kue yang di buat Riota malah angus seperti tanah kebakar, item gitu, kering. Padahal gak di masukin apa-apa. "

Papahnya Riota tertawa, begitu juga Linra yang senyum-senyum mendengar kisah itu.

" Hahaha oh iya.. Yang waktu itu.. "

Lalu Mamah nya Riota berkata sesuatu yang kembali menusuk ke pikiran Linra.

" Semoga aja dia hanya gagal di dapur, jangan sampai dia gagal juga membuat anak. Hahahaha. "

Papah nya Riota lalu berbicara dengan tegas dan menegapkan tubuhnya.

" Itu pasti tidak mungkin lah. Papahnya saja bisa membuat anak 2, masa anaknya tidak bisa. Nanti pastinya Papah akan minta Lima cucu sekaligus kepada Riota, biar Mamah puas selalu menggendong anak kecil hampir 2 tahun lamanya, Hahahaha.. "

Mamah nya Riota tersenyum dan menatap menggoda ke arah Linra.

" Kamu pasti bisa kan beri kami Lima cucu? Tenang saja kalau soal kebutuhan, kami siap membantu kalian, karena kami ingin di keliling banyak anak-anak, tidak sepi seperti ini. "

Linra menelan ludahnya dan memasang wajah tersenyum terpaksa.

" Li-Lima?? Ehehehe... "

Linra dalam hatinya berkata.

{ Satu aja belum tentu bisa, apalagi lima? Ya ampun... Kenapa aku di libatkan dengan masalah gila seperti ini. Intinya Riota harus tau. }

Terlihat Papah dan Mamah Riota benar-benar mengharapkan apa yang tadi mereka bilang sebelumnya.

Sementara Linra kepusingan. Karena belum sepenuhnya berjalan bisnis kuliner nya itu malah di hadap kan masalah lebih besar di banding bisnisnya tersebut.

{ Riotaaa... Aku gak mau tau... Nanti setelah kamu pulang, aku akan ceritakan semuannya ini. Ini tidak sanggup aku lakukan... Riotaaa...}

Lalu kembali ke kantor Riota.

Riota sudah berada di ruang manajernya.

" Ada apa loe manggil gue Mas Bro.. "

Derta lalu menyuruhnya duduk.

" Duduk lah dulu di kursi, baru kita bicara. "

Riota pun duduk di tempat duduk yang memang di sediakan untuk yang di panggil ke ruangan Manajer.

Derta lalu menatap serius Riota.

" Saya ingin tau, siapa yang membuat masakan yang tadi kamu berikan? "

Riota pun tersenyum dan langsung memberikan informasi kepada Derta.

" Itu pacar gue, Linra, teman waktu SMK gue. Kalau loe mau pesan makananannya, bisa loe kontak ke gue aja langsung. "

Derta kembali bicara.

" Tujuan saya bertanya itu bukan untuk memesan, tapi untuk menanyakan siapa dirinya, bisa saya lihat fotonya? "

Riota lalu mengambil 'Smart Phone' miliknya dari saku jasnya dan menunjukan foto-foto Linra dengan rasa bangga kepada Manajernya tersebut.

" Nih Mas Bro.. Cantik kan?? "

Derta lalu menatap serius foto tersebut dan lalu melihat ke arah Riota.

" Tadi kamu bilang ia masih sebatas pacar kamu kan? "

Riota mengangguk.

" Iya. "

Lalu Derta berbicara sesuatu yang membuat shock Riota.

" Kalau begitu bagaimana kalau saya nikahi dia dan kamu cari yang lain? "

" Hah!!! Gue gak salah denger? "

Derta menatap serius Riota.

" Iya, saya tidak salah. Kalau dia masih sebatas pacar kamu, maka sebaiknya dia buat diriku untuk saya nikahi. "

Sontak Riota merasa tidak terima dengan perkataan nya itu.

" Tunggu dulu, gue sama dia itu nanti akan nikah dalam waktu dekat, loe gak bisa masuk begitu aja dalam hubungan gue sama dia, lagian loe tau kalau dia udah satu rumah sama gue, kedua orang tua gue juga setuju dan baru tadi Linra telepon gue kalau orang tua gue dateng untuk membicarakan tentang pernikahan itu kepada Linra, pacar gue. "

Derta lalu dengan tenang menjawab.

" Kalau begitu, jika misalkan kamu tidak menikahinya dalam 3 hari kedepan, perempuan itu akan gue nikahi langsung. "

Sontak Riota kaget dan merasa itu malah jadi sesuatu yang aneh, bahkan membuatnya bingung.

" Tu-Tunggu dulu, loe itu kenapa Mas Bro? Kenapa loe sangat ingin menikahi dirinya. "

Derta bersandar di kursinya dan berkata.

" Itu rahasia, intinya kalau kamu belum nikahi dia, saya akan rebut pacar mu itu dengan cara apapun, tapi ini di luar pekerjaan kita. Jadi kamu tidak perlu khawatir saya akan memecat kamu Riota, berikan nomer bisnisnya kepadaku. "

Riota pun memberikan nomer bisnis onlinenya kepada Derta dan merasa bingung dengan apa yang Manajernya itu lakukan.

Kenapa tiba-tiba Derta langsung bicara dan bertingkah seperti itu. Sungguh sesuatu yang aneh yang baru di lihat oleh Riota selama hampir 3 tahun ini.

Riota pun di suruh keluar oleh Derta.

Saat berjalan ke arah biliknya, Gio sudah penasaran kenapa dia di panggil, dimana dirinya sedang makan Pizza diam-diam yang sebagai perjanjian sebelumnya kepada Riota.

" Mnn..mn. Ada apa Manajer manggil loe? "

Riota menjawab.

" Gak tau, tingkahnya aneh. Masa tiba-tiba dia bilang mau nikahin Linra, perempuan yang tadi loe liat itu. "

Gio pun terkejut mendengarnya.

" Lah... Kok bisa? Statusnya kan dia pacar loe? Kok Manajer bisa ambil tindakan begitu aja. "

Riota pun bingung.

" Gak tau, gue juga bingung. Intinya dalam waktu dekat, gue akan sebar undangan ke loe dan teman kita lainnya. "

Lia tiba-tiba datang.

" Heh... Loe mau nikah sama perempuan itu? Gila loe, cepet banget ambil keputusan. "

Riota melirik ke arah Lia.

" Mau bagaimana lagi, itu Manajer ngancem gue kalau gak nikahin dia setelah 3 hari ini, dia akan ambil paksa. Tapi ini di luar pekerjaan, jadi gue masih aman kerja di sini. "

Gio menggelengkan kepalanya, seraya ia tidak percaya kalau Derta ternyata bisa melakukan hal tersebut.

" Ternyata Manajer kita seram juga ya. Berani loh dia ambil tindakan begitu, Gila... "

Riota duduk di kursinya dan makan pizza itu juga dan membaginya kepada Lia, group satu timnya.

" Tau ah, intinya gue akan persiapkan agar gak di dahului oleh tuh orang. Mn..nmn.. Loe mau gak, Lia. "

Lia mengambil sepotong pizza itu dan memakannya.

" Thanks Ketua. "

Hari menjelang sore.

Riota dan Linra malah mendapatkan masalahnya sendiri-sendiri.