Setelah hari itu, Riota sibuk dengan mencari orang dan lainnya yang Linra tidak paham tentang apapun yang di perlukan untuk menikah.
Namun karena di adakan secara sederhana dan di setujui oleh kedua orang tua Riota, akhirnya dengan mudah menyewa penghulu yang sudah bayar oleh Riota.
Undangan pun di sebar ke beberapa tempat keluarga dan teman kantornya dengan waktu yang hanya ada dua hari saja.
Untuk soal makanannya, karena Linra memiliki bahan-bahan yang cukup banyak dan perlengkapan yang memadai, Riota mengundang tetangga di dekat rumahnya untuk membantu menyiapkan makanan dengan bantuan ketua RT dan RW setempat.
Kedua orang tua Riota membeli gaun pengantin dan lainnya untuk di pakai nanti.
Namun karena waktunya singkat, jadinya Linra dan Riota mengejar semua itu dalam satu hari tersebut.
Untungnya Linra dan Riota bersandiwara dengan baik dan terasa natural, walau Linra agak sedikit malu dan kesulitan saat mencoba-coba gaun pengantin untuk perempuan.
Setelah semuanya siap dan esok adalah resepsi pernikahan dan ijab kabulnya, Riota lalu membeli sebuah barang melalui toko online dengan kotak besar yang sampai pada malam itu.
Baju pengantin Dress panjang putih sudah ada di kamar Riota, lengkap dengan manekinnya.
Linra yang sangat gugup dengan acara sakral tersebut besok, terlihat dirinya masih bingung dan tidak percaya dengan apa yang akan terjadi besok.
" Aku tidak menyangka kalau aku akan menikah, walau sekedar sandiwara saja, tapi ini benar-benar membuat pikiran ku gila. "
Riota lalu membuka kotak besar itu yang baru datang melalui pengantar paket kilat.
Riota membukanya di dekat Linra berada yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.
" Tapi besok loe pakai ini dulu untuk pelengkap. "
Riota mengeluarkan benda aneh dari kotak tersebut dan memperagakan gaya dari Doraemon saat mengambil benda ajaib dari kantungnya tersebut.
" Tengtengtengteng... Payudara buatan.. "
Sontak Linra terpana melihat sebuah benda yang seperti berbentuk payudara tersebut.
" Hah?? "
Riota lalu memakaikan payudara buatan itu ke tubuh Linra.
" Besok loe pakai ini dan pakai juga Bra. Biar loe keliatan banget perempuannya. "
Linra menatap tajam Riota.
" Kamu gila ya? Aku yang sudah pakai pakaian untuk pengantin itu saja sudah gugup dan malu sampai ke ubun-ubun, sekarang loe mau gue pakai payudara buatan itu? Gila loe ya. "
Riota pun tersenyum.
" Gak usah protes kenapa. Loe tinggal pake aja. Untuk nutupi. Santai aja lagi. "
Linra lagi-lagi harus pasrah dengan ide gila dari Riota itu.
" Huffftt... Terserah kamu aja lah... Aku udah cape di kejar waktu untuk ini itu dan lainnya. Pusing aku. "
Riota pun menjawab.
" Sama, gue juga pusing. "
Lalu mereka berdua tidur di kamar karena sudah larut.
Namun saat itu Linra terlihat tidak bisa tidur dimana ia memikirkan besok, dimana tinggal beberapa jam lagi menuju puncak sandiwaranya di mulai.
Hingga pagi menjelang.
Linra tidak tidur semalaman dan saat itu ia khawatir dengan fisiknya yang lelah karena tidak tidur semalam.
Saat sedang di rias pun. Wajah Linra terlihat sedikit pucat, sampai Riota yang sudah berpakaian Jas serba hitam dengan rapih dan dasi kupu-kupu itu bertanya kepada Linra.
" Loe gak apa-apa kan? "
Linra hanya mengangguk dan mencoba menenangkan dirinya.
Acara ijab kabul dan resepsi pernikahannya berjalan dengan lancar.
Tentu Riota cuti satu hari untuk acara penting tersebut.
Riota melihat kecantikan Linra bertambah 100% saat di make up,.
Riota lalu mengucapkan ijab kabul yang di datangi oleh keluarga Riota dan beberapa tetangganya, namun karena acaranya mendadak, jadinya keluarga besarnya ada yang tidak datang.
Kemudian Linra yang sudah di atur untuk acara tersebut memakai wali dari pihak K.U.A yang di sediakan, karena Riota berkata kalau kedua orang tuanya telah tiada.
Itu atas permintaan Linra yang dimana jika mereka datang, pastinya akan malah tambah kacau.
Jadinya Riota menyiasatkan hal tersebut dan memalsukan beberapa identitas agar sandiwara rumit ini berjalan sesuai rencanannya.
Setelah ijab kabulnya selesai dan Riota mengatakan dengan satu kali kalimat itu saja, seluruh audienc yang datang mengatakan, 'Sah' Setelah penghulu tersebut mengatakannya terlebih dahulu.
Kedua orang tuanya Riota sangat bahagia dan sangat bangga dengan Riota yang akhirnya menikah juga dengan perempuan setelah sekian lama menjomblo.
Kemudian acara resepsi pernikahan itu berlangsung dan tamu-tamu mulai berdatangan.
Acaranya sederhana dan tidak terlalu mewah di depan rumah Riota itu sendiri.
Seperti pada umumnya mereka bersalaman dan menyelamati kedua mempelai.
Namun saat itu Linra sudah tidak kuat menahan tubuhnya yang lelah karena tidak tidur semalaman akibat memikirkan hari ini.
Linra terjatuh tiba-tiba saat sedang bersalaman dengan para tamu.
Riota dengan cepat memegang tubuhnya yang hampir jatuh ke panggung lantai itu dan melihat wajah pucat Linra.
" Hoi... Loe kenapa? "
" Hhhhh... "
Linra hanya bersuara Lirih dengan mata terpejam.
Kedua orang tua Riota tentu panik dan menghampiri Linra.
Akhirnya Riota membawa Linra ke kamarnya dan Papahnya Riota menelepon dokter kenalannya untuk datang.
Karena kejadian itu, sempat membuat tamu-tamu yang datang panik, namun Mamahnya Riota mengatakan kepada mereka untuk tetap tenang dan menikmati hidangannya.
Riota dengan cepat langsung ke kamarnya yang ada di lantai dua, di ikuti Papahnya dan Mamahnya yang panik.
Ketika di baringkan di tempat tidur, Terlihat wajah Linra penuh keringat dan pucat.
" Aduh... Bagaimana ini. "
Papahnya Riota menepuk pundak anaknya itu.
" Papah sudah menelepon Dokter Marta untuk datang ke sini. "
Linra lalu menggenggam tangan kanan Riota dan berkata dengan wajah pucat.
" Ri-Riota.. Biarkan aku sendiri dahulu, aku hanya butuh istirahat sejenak.. hhh.. "
Riota bingung, namun karena itu permintaanya, mungkin akan lebih baik.
" Baiklah, gue akan tinggalkan loe sendiri untuk istirahat. "
Namun Mamahnya Riota berkata.
" Riota... Kamu bodoh ya?? Dia itu lagi sakit, masa kamu mau tinggalkan dia sendiri? Dia itu hanya ingin kamu temani, ingat kalau perempuan bicara itu, pasti kebalikannya. "
Papahnya Riota pun ikut bicara.
" Benar yang di katakan Mamah. Kamu tunggu di sini dan temani dia, biar kami yang mengawasi tamu-tamu kita agar nyaman. "
Riota berfikir sejenak dan apa yang di bilang Mamahnya pasti berbeda, karena Linra ini adalah laki-laki, tentu kalau dia mengatakan ingin sendiri, memang itu keinginannya.
" Ehh... Baiklah.. "
Lalu Mamah dan Papahnya Riota keluar, namun Mamahnya berpesan kepada Riota sebelum menutup pintu kamarnya.
" Riota, kamu jaga dia. Ingat. "
" Iya, Mamah. "
Setelah pintu itu di tutup, Riota pun bicara kepada Linra.
" Hei, loe itu dari pertama gue liat udah pucet wajahnya, kenapa loe gak ngomong aja kalau lagi gak enak badan? "
Linra menjawab dengan mata terpejam.
" Aku bukannya tidak mau bicara, tapi karena tidak enak jika nanti gagal hanya karena aku sakit. "
" Tapi akhirnya loe tumbang juga dan membuat panik orang tua dan orang lain tau gak. Sebenarnya loe itu kenapa? "
Linra menjawab dan membuka sedikit matanya.
" Aku semalaman tidak tidur karena memikirkan hari ini, tubuh ku akhirnya lemas dan seperti ini lah yang terjadi, maka itu aku minta untuk tinggalkan aku sendiri untuk istirahat dan tidur. "
Riota menghela nafas.
" Hufff... Gue kira loe kenapa-kenapa, jadi cuma karena itu. "
Linra kembali memejamkan kedua matanya dan mencoba istirahat.
" Aku istirahat dulu. "
Namun saat itu Riota ingin menghapus make up yang ada di wajahnya Linra itu dengan handuk dan air.
" Gue akan apus dulu make up loe itu, gak usah bangun dari tempat tidur, gue yang akan menghapusnya. "
Riota mengambi handuk kecil dan segelas air untuk membersihkan make up yang ada di wajah Linra.
Dengan lembut dan hati-hati, Riota menghapus beberapa make up dan terlihat wajah natural dari Linra yang juga sudah cantik dari awal.
Riota melihat wajah tenangnya tidur dan mengelus wajahnya dengan lembut.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya Riota.
Riota langsung membuka pintu tersebut dengan tanpa bersuara berisik.
Lalu terlihat lah Gio, Lia dan Derta, Manajernya sedang berdiri di depan pintu dengan pakaian kerja mereka.
" Kalian?? "
Gio tersenyum sambil memberikan hadiah pernikahan.
" Riotaaaa... Hahahaha.. Selamat atas pernikahan--- HMMNNN... Hmmm... "
Riota langsung membungkam mulut Gio dan berbisik kepadanya.
" Loe bisa kecilin suara loe gak gendut, dia lagi istirahat di kamar. "
Lia dan Derta bingung.
Derta pun berbicara dengan nada rendah.
" Dia itu siapa? "
Riota pun menatap serius Derta dan tersenyum sombong.
" Istri gue lah, sekarang dia sudah resmi. Jadi loe jangan bicara tentang hal itu lagi. "
Derta memasang wajah datar dan menjawab dengan santai.
" Itu fair, saya profesional, santai saja. "
Riota pun menyuruh mereka masuk ke kamarnya.
" Ayo masuk, tapi jangan berisik. "
Gio, Lia dan Derta masuk ke kamar Riota.
Mereka bertiga terkejut melihat langsung wajah Linra yang tanpa make up itu masih terlihat cantik.
Gio tersenyum dan penepuk pelan pundak Riota sambil berbicara rendah.
" Gila loe Ta... Istri loe cantik banget, kayak putri tidur. "
Dengan wajah sombong, Riota tersenyum sambil melihat ke arah Derta.
" Jelas lah, gue kan Perfectionist, jadi harus dapat perempuan yang juga cantik. "
Derta melirik sekilas ke arah Riota dan melihat Linra yang sedang terbaring tidur tersebut.
" Kamu benar-benar beruntung, Riota. Selain dia bisa masak, wajahnya juga cantik. "
Lia pun tersenyum dan merangkul Riota.
" Selamat ya Ta.. Gue seneng akhirnya loe bisa dapet yang kayak begini. "
Lalu Gio bertanya masalah kenapa Linra bisa sedang istirahat di tempat tidur dengan masih berpakaian pengantin.
" Istri loe ini kenapa? Tadi kata kedua orang tua loe itu dia jatuh yah? "
Riota menjawab.
" Iya, dia katanya tadi gak tidur semalaman, akhirnya jatuh karena kelelahan. Sekarang mungkin dia sedang istirahat sambil tidur karena waktu tidurnya hilang. "
Derta pun bicara.
" Memangnya kamu tidak mengecek dia udah tidur apa belum sampai seperti ini? "
Sontak pertanyaan itu seperti menyalahkan Riota.
Riota pun menjawab dengan nada yang sedikit jengkel.
" Dia itu semalam tidur di kamar ini berdua dengan gue, tapi karena posisinya saling menyamping membelakangi dan dia juga terlihat tidak bicara, gue pikir dia juga tidur, maka itu gue tidur dan gak tau kalau ternyata dia gak tidur semalaman. "
Gio tersenyum.
" Gile loe, belum nikah aja udah berani tidur bareng. Jangan-jangan loe abis apa-apain dia yah? "
Riota mencubit Pipi kanan Gio dengan kuat.
" Aduduuhhh... Sakit goblok... Lepasin.. "
" Mulut loe di jaga gendut... Gini-gini gue tau mana yang boleh mana yang gak. Lagian sekarang gue udah resmi, jadi mau gue apain dia nanti malam bebas. "
Riota benar-benar sepeti ingin membanggakan dirinya di depan Manajernya tersebut yang bicara ingin menikahinya kalau tidak di nikahi dalam waktu tiga hari.
Kemudian mereka bertiga berbincang santai dengan Riota di ruang tamu dan meninggalkan Linra untuk istirahat.
Kado-kado yang mereka berikan pun di tinggal di kamar Riota.
Riota saat itu terlihat sangat senang, Gio dan Lia yang satu timnya juga demikian saling bercanda dan tawa.
Sementara Derta fokus makan yang di sediakan oleh kedua orang tua Riota dan jarang bicara.
Kemudian tiba-tiba Dokter Martha datang, seorang Dokter perempuan berhijab membawa sebuah tas di tangannya dan langsung menghampiri Riota.
" Kamu pasti Riota, bisa antar saya ke tempat Istri anda? "
Riota lalu langsung berdiri dan menghentikan perbincangannya dengan kedua tim kerjanya tersebut.
" Dokter Martha ya. Kalau begitu silahkan. "
Gio lalu bicara kepada Riota.
" Ta, kita gak bisa lama-lama di sini dan harus balik ke kantor. Kalau nanti loe turun dan kita udah gak ada, artinya kita udah pulang. Sorry ya Ta. "
Derta pun ikut bicara.
" Besok kamu kembali kerja dan sudah ada pekerjaan yang menanti kamu. "
Riota menatap jengkel Derta dan seakan senyumannya hilang karena dirinya.
" Iya-iya... Gue paham.. "
Riota pun mengantar Dokter Martha ke lantai dua untuk memeriksa Linra.
Gio yang saat itu tidak ingin menyia-nyiakan makanan yang banyak dan enak itu langsung membawanya beberapa untuk di makan di kantor.
" Lumayan untuk cemilan... "
Lia pun menepuk pundak Gio yang penuh lemak tersebut.
" Masih aja loe inget makan. Itu juga bukan cemilan gendut, loe rakus. "
Derta pun bicara.
" Jangan sampai kamu tidur karena kekenyangan di kantor nanti, Gio. Pekerjaan kamu masih belum selesai menghadapi bug yang ada dari Client. "
Gio pun menatap jengkel Derta.
" Iya-iya... Gue paham kok Derta.. Intinya gue isi tenaga dulu, setelah itu baru deh gue kerjain. "
Derta menghela nafas.
" Hufff.... Dasar gentong berjalan. "
Lia pun tersenyum.
Lalu di lantai dua di kamar Riota.
Dokter Martha memeriksa denyut tangan Linra dan lainnya di samping tempat tidur dekat Linra sedang tertidur pulas.
Riota sudah bicara kalau Linra ini sebenarnya kurang tidur dan kata Dokter Martha pun juga tidak ada yang gawat.
" Tidak ada yang aneh, cuma memang sepertinya dia kelelahan saja. "
Saat itu Riota baru ingat tentang obat-obat yang dia foto ketika menemukan di bawah kasur lipat Linra dan menanyakan hal itu kepada Dokter Martha.
" Dokter, boleh saya bertanya tentang obat-obatan yang saya foto ini? "
Dokter Marta menadahkan tangannya dan tersenyum.
" Mana? Biar saya lihat. "
Riota menyerah kan Smart Phone miliknya dan memperlihatkan foto-foto obat yang ia dapatkan dari garasi tempat Linra berada.
Dokter Martha melihat gambar-gambar foto itu dengan seksama dan sejenak terdiam.
" Bagaimana dokter? Apa anda tau obat-obat ini "
Dokter Martha melihat Riota.
" Punya siapa obat-obatan ini? "
Riota menjawab dengan sedikit berbohong.
" Saya menemukannya di sebuah garasi teman saya, apa itu obat benar atau hanya bingkisan yang memalsukan obat-obat itu agar seperti obat, maksudnya seperti Narkoba dan lainnya? "
Dokter Martha kembali melihat gambar foto itu dan berkata sesuatu yang mengejutkan.
" Semua ini obat asli dan tidak ada satu pun berunsur narkoba. Obat-obatan ini kebanyakan seperti suplemen untuk tubuh dan juga ada untuk penyakit Leukimia yang masih terbilang cukup belum parah, akan tetapi ada beberapa obat yang sepertinya khusus di buat untuk orang yang mungkin memilikinya. Kesimpulannya kalau obat yang kamu temukan di garasi teman kamu ini adalah untuk orang yang penyakitan dan memiliki masalah di tubuhnya selain penyakit Leukimia yang di deritanya. "
Kedua bola mata Riota membulat dan seperti sangat terkejut mendengarnya.
" Hah? Jadi yang memiliki obat-obat itu adalah orang yang penyakitan? Tapi apakah menular dokter? "
Dokter Martha pun menjawab.
" Tidak, itu seperti masalah yang mungkin sudah di alami dari kecil atau karena suatu insiden, hingga akhirnya dia meminum obat-obat untuk memperkuat tubuhnya dengan suplemen tadi, dimana kebanyakan berisi vitamin tambahan, tapi tentunya semua itu adalah obat. Tapi karena melihat sebanyak itu yang dia minum, sepertinya memang orang yang memiliki obat itu hidupnya harus di sokong dengan obat-obat itu, kalau tidak pastinya akan ada masalah di tubuhnya, apalagi dia memiliki penyakit Leukimia, bisa gawat jika mungkin telat beberapa hari saja dia tidak minum obat tersebut. Karena kalau menurut yang saya tau, memang ada beberapa orang yang hidupnya harus di sokong obat agar dirinya bisa hidup dengan seperti orang normal pada umumnya, karena kalau tidak, dia pasti akan sakit-sakitan di kamar dan perlahan pasti akan meninggal, karena ada sebuah virus atau semacam kejanggalan di tubuhnya. "
Riota akhirnya tau permasalahan yang selama ini ia lihat di diri Linra.
" Jadi orang itu sakit dan hidupnya harus bergantung pada obat? "
Dokter Martha mengangguk dan memberikan Smart Phone milik Riota itu kembali kepadanya.
" Iya, Mungkin dari luar dia baik-baik saja, tapi kemungkinan dari dirinya merasakan sesuatu yang tidak enak jika semisal obat itu harus ia kembali minum. "
Riota pun bertanya tentang gejala-gejalanya itu.
" Dokter, bisa kasih tau saya gejala dan lainnya kalau dirinya mengalami efek penyakitnya tersebut. "
Dokter Martha menjawab sambil menatap wajah Riota.
" Gejala yang paling umum bagi orang-orang seperti itu adalah kelelahan yang amat parah sampai berkeringat deras dari seluruh tubuhnya, karena secara dalam, tubuhnya seperti menghabiskan nutrisi atau vitamin yang ada di obat tersebut dan jika sudah habis, maka jika berlebihan akan membuat tubuh lemas. "
" Lalu apa lagi dok? "
" Kedua biasanya tidak bisa berlama-lama beraktifitas, karena tubuhnya memiliki beban, jika beraktifitas, maka itu membuatnya lelah dan harus istirahat sejenak, itu terus berulang. Kemudian yang sampai parahnya itu bisa sampai pingsan atau mengeluarkan darah dari hidung atau mulutnya karena efek yang sudah parah hingga membuat ada kerusakan hingga akhirnya mengeluarkan darah dari mulutnya, itu yang berbahaya. "
Saat itu Riota mengingat pernah melihat Linra batuk darah.
" Apa itu termasuk seperti batuk darah dok? "
Dokter Martha menjawab.
" Kalau masalah itu memang terjadi, karena kan ada yang ingin keluar dari tenggorokannya, jadi batuk itu adalah hal yang umum, tapi bisa saja tiba-tiba, tergantung kondisinya. Intinya orang yang memiliki obat tersebut harus di perhatikan obatnya dan makannya, oh iya, mungkin karena kelebihan menyerap nutrisi di tubuh, bisa membuat dirinya kurus walau sudah makan banyak sekali pun. Saya tidak bisa bilang itu sebagai patokan, namun jika tubuhnya menyerap secara berlebihan nutrisi tersebut, pastinya ada sesuatu yang membuatnya seperti itu dan akhirnya bisa di tebak demikian, seperti ada virus atau kelainan yang menggerogoti tubuhnya dan daya tahan tubuhnya tidak mampu menahannya, maka itu obat adalah jalan satu-satunya untuk menyokong nutrisi dalam dirinya agar tidak habis semuanya hingga membuat kerusakan di dalam tubuhnya. "
Riota kembali menjawab.
" Apa penyakit atau kejanggalan itu bisa di sembuhkan dok? "
" Untuk kasus kebanyakan yang ada di dunia, sangat kecil untuk sembuh, karena itu kelainan yang mungkin di alami hanya satu dari sekian ribu manusia yang ada di setiap negara atau wilayah. Ibaratnya seperti penyakit langka yang hanya di alami oleh beberapa orang saja, tidak menular, namun bisa menurun ke keturunan dia nanti, tapi itu juga sedikit sekali kemungkinannya, karena saat bayi itu di dalam kandungan, jika di beri nutrisi yang cukup dan memadai, sepertinya genetiknya akan terpulihkan secara alami sampai dirinya lahir. Intinya berikan cukup makanan yang mengandung banyak vitamin dan lainnya jika ingin memiliki keturunan yang sehat dan tidak menurunkannya, tapi ini khusus penyakit yang langka ya, bukan seperti penyakit yang sudah terdiketsi, seperti diabetes, jantung dan lainnya. Ini berbeda, oh iya, bukan berarti tidak bisa menurunkan ke genetik, tapi memang bisa, seperti yang orang-orang yang memiliki warna kulit berbeda contohnya seperti yang di ketahui, Albino Skin. Itu salah satu yang mungkin bisa turun ke genetik dengan mudah, tapi jika hal lainnya, saya rasa cukup jarang. "
Riota tertunduk.
" Jadi begitu. "
Dokter Martha pun merapikan perlengkapan yang ia bawa dan bergegas untuk pergi.
" Kalau begitu saya permisi dulu ya, jaga dia sampai kembali bangun. Selamat atas pernikahan kamu, semoga nanti kalau kamu butuh dokter untuk melahirkan anak, saya bisa datang dan membantu proses kelahiran istri kamu di rumah ini, tentu saya akan lihat dulu kondisi si Ibu dan Bayi jika bisa lahir secara normal. "
Riota tersipu malu dan berterima kasih atas ucapan selamatnya.
" Iya dok, hehehe. Terima Kasih atas bantuannya, akan saya ingat jika nanti itu terjadi. "
Dokter Martha pun keluar dari kamar dan di antar oleh Riota sampai ke luar pintu rumah.
Saat di luar, Riota tidak melihat Gio, Lia dan Derta.
Mereka bertiga sepertinya memang sudah kembali pergi ke kantor.
Lalu kedua orang tua Riota mengajak Dokter Martha untuk makan dahulu dan di terima dengan ramah.
Lalu Riota kembali menuju kamar dengan memikirkan dirinya Linra yang ternyata memiliki penyakit langka yang di derita hanya sebagian orang saja, apalagi dengan ada Leukimianya, pasti akan buruk jika dia drop saja.
" Jadi loe selama ini memiliki penyakit langka yang harus di sokong obat agar loe bisa terlihat normal di depan orang. Pantas saja loe terlihat kurus dan sering terlihat kelelahan, jadi itu sebabnya. "
Riota berfikir untuk tidak memberitahu dirinya kalau dia sudah tau apa yang di alami tubuhnya Linra itu dengan obat-obat yang banyak tersebut.