Sesampainya di rumah.
Kedua orang tua Riota yang sedang berada di dalam rumah mendengar suara ribut di luar dari Linra dan Riota.
" Riotaaa.... Mesumm.. "
" Biarin... Hahaha... "
Papah dan Mamah Riota mendatangi mereka di luar.
Mamah Riota melihat kalau anaknya itu begitu sangat bahagia dan bisa bertingkah laku biasa di depan Linra.
Papah Riota pun juga demikian tersenyum melihat kegembiraan anaknya itu.
Lalu Riota menghampiri Mamahnya dan bersembunyi di belakang nya.
" Weee... Ayo berani gak loe ke sini. Weee... "
Linra melihat Mamah Riota yang tersenyum dan bicara kepada Riota.
" Kamu curang... "
Papah Riota bicara sambil tersenyum kepada Linra.
" Ada apa sih kamu sayang, kok ngejar-ngejar anak kami. "
Linra malu saat di tatap oleh Papahnya Riota.
" I-Itu... Dia menyikap bagian bawah aku terus di mobil, Ehh... Papah nya Riota. "
Papah dan Mamah Riota tertawa mendengarnya, lalu Mamahnya Riota bicara sambil melirik ke arah Riota yang sedang berada di belakangnya.
" Kamu itu jail banget sih, Sayang. Mentang-mentang udah bisa menyalurkam hasratnya jadi begitu. "
Riota tersenyum.
" Iya donk Mah, kan Riota wajar lakuin begitu karena udah menikah, lagi pula kan di mobil, bukan di luar. "
Linra kembali berkata dengan nada jengkel ke Riota.
" Tau tuh, semenjak menikah, Riota selalu menggoda aku. Ngeselin banget. "
Papahnya Riota tersenyum dan berkata.
" Wajar jika laki-laki seperti itu, Papah juga dulu waktu muda sering menggoda Mamah. Artinya Riota itu sayang dengan kamu, Linra. "
Linra sontak terdiam dan tercengang dengan perkataan dari Papahnya Riota.
" A-Apa... "
Mamahnya Riota pun bicara sambil menarik Riota dari belakang tubuhnya sambil mengatakan sesuatu yang membuat jantung Linra dan Riota berdetak kencang sesaat.
" Yang di bilang Papah itu benar, sebenarnya Riota ingin bermain dengan kamu, memangnya di malam pertama, kalian tidak melakukan hubungan? "
Linra langsung berlari ke dalam saat Mamahnya Riota mengatakan itu sambil memasang wajah malu.
" Per-Permisi... "
Papah dan Mamahnya Riota bingung, sementara Riota tersenyum dan tau kalau Linra itu tidak mau membicarakan hal tersebut.
" Hihihihihi... Akhirnya Mamah mengatakannya juga. "
Kemudian Mamahnya Riota bicara.
" Memangnya semalu itu yah dia, sayang? "
Riota tentu menjawab dengan becerita bohong agar sandiwaranya tetap utuh.
" Waktu malam pertama, dia itu teriak-teriakan Mah, Riota sampai nanya dirinya baik-baik saja atau ada yang sakit, tetapi katanya teruskan saja, jadi Riota teruskan walau dirinya teriak sedikit dan terkadang memasang wajah meringis begitu sambil memeluk tubuh Riota. "
Papah dan Mamahnya Riota terlihat malu dan mereka tersenyum sambil saling menatap.
Namun tiba-tiba ada suara seperti panci dan penggorengan jatuh bersamaan di dapur.
( Prangg... Prannnggg... )
Sontak membuat Riota dan kedua orang tuanya kaget.
" Apaan tuh... "
" Pasti ada yang jatuh di dapur. "
Namun Riota tau kalau Linra itu mendengar perbincangan tersebut dan dia pasti marah.
" Hihihihihi... Dia pasti benar-benar marah kepada ku. "
Mamahnya Riota menyuruh dirinya untuk melihatnya di dapur dan memeriksa.
Riota lalu berjalan ke arah dapur dengan wajah tersenyum.
Ketika itu Riota melihat LInra sedang berbalik arah dan memegang sebuah pisau di tangan kanannya.
" Lin.. Hoi... Mau apa loe dengan pisau itu. "
Linra pun berbalik dan melihat dengan wajah penuh amarah ke Riota.
" Riota.... Lagi-lagi kamu bercerita yang tidak-tidak tentang hubungan kita. Ini lah yang aku lakukan kepada kamu.."
Sontak Riota ketakutan saat Linra memegang pisau dapur yang besar itu.
" Hoi.. Jangan keterlaluan bercandanya deh. Loe gila apa... Gue cuma bercanda. "
Linra pun mendekati Riota dengan pisau di tangannya.
" Kamu rasakan akibatnya. "
Riota ketakutan dan terpojok.
" Mundur... Atau gue akan benar-benar menyakiti loe. "
Kemudian ....
( Srkk...Srkk.. )
Linra memotong sayuran dan daging yang sudah ia siapkan untuk makan siang dengan pisau yang di pegangnya itu di atas meja dapur dekat dengan kompor.
" Kamu itu kenapa sih, aku cuma membagi jatah lauk mu sedikit untuk makan siang, itu karena kamu menggodaku dengan cerita yang aneh dan tidak-tidak. "
Sontak Riota tercengang diam dan yang di pikirkan kalau Linra ingin menusuknya ternyata hanya ingin mengurangi jatah lauknya.
" HAHHH!!! "
Linra menatap Riota yang masih shock itu.
" Kenapa kamu terkejut? Apa aku terlalu keterlaluan? "
Riota pun bicara di depan wajah Linra yang begitu dekat dengan wajahnya.
" LOE ITU BIKIN GUE SHOCK TAU GAK... SEGALA BAWA-BAWA PISAU DAPUR... GUE HAMPIR AJA MAU MELINTIR KEPALA LOE ITU. "
Linra bingung.
" Hah? Kamu kenapa sih? Aneh. "
" LOE YANG ANEH DAN GAK PEKA. DASAR PEREMPUAN GILA. "
Linra membalas.
" Kamu yang gila, wajah kamu terlalu dekat ke wajah ku. "
Riota lalu memegang pinggang Linra dengan satu tangannya dan menariknya ke arah tubuhnya, lalu mencium bibirnya.
" Kyaa.. "
" Mcchh.. "
Sontak Linra terdiam dan shock dengan kedua pipi memerah.
Ketika itu Papah dan Mamahnya Riota mengintip pas saat mereka sedang berciuman Bibir di dapur.
Riota melepaskan ciuman bibir itu dan berkata kepada Linra dengan tatapan lembut.
" Itu hukuman loe karena membuat gue shock.. "
Linra masih terdiam sejenak dengan kondisi dirinya yang sekarang shock.
" .... "
Papah dan Mamahnya Riota tersenyum sambil terus melihat ke arah mereka berdua sedang saling berhadapan dimana tinggi mereka sangat berbeda jauh.
Riota lalu tersenyum dan memepet tubuh Linra sampai ke pinggir meja dapur dan berkata.
" Bagaimana kalau kita benar-benar melakukannya di saat itu dan di sini? Apa yang akan kamu lakukan? "
Linra bingung dan tidak tau harus bagaimana di posisi dimana Riota sedang menghimpit tubuhnya ke pinggir meja dapur.
" Ehh... "
Papah dan Mamahnya Riota mengharapkan sesuatu yang besar akan terjadi.
" Bagus Riota. " Kata Papahnya Riota sambil berbisik pelan.
" Ayo lakukan anak ku. " Mamahnya Riota pun ikut bicara dengan berbisik pelan.
Namun secara tidak sengaja, tangan Riota menyentuh salah satu bahan dan membuatnya kebakar tiba-tiba dan membuat kaget Linra dan Riota sendiri.
" Wuaaahhh... "
Linra panik dan mengambil air dengan gelas.
" Ya ampun.. Kebakaran... "
Air itu lalu di siram ke bahan yang terbakar itu dari gelas beling yang berisi air dan api pun padam.
Mamah dan Papahnya Riota ikut panik dan keromantisan itu berubah menjadi rasa panik.
" Ya ampun, Riota. " Papahnya Riota menepuk dahinya.
Mamahnya Riota pun menggeleng-gelengkan kepalannya.
" Dasar anak yang aneh memang kamu ini. "
Riota dan Linra akhirnya tenang dan Linra berkata kepada Riota dengan wajah jengkel.
" Untung saja belum membesar, dasar laki-laki pembakar makanan. "
Saat Linra ingin mengambil sebuah lap di dekat kompor, air bekas siraman untuk memadamkan api itu membuat lantai licin.
" Kyaaaa.. "
" Linra... "
Riota spontan langsung memeluk tubuh Linra dan memeluknya hingga yang berada di bawah adalah Riota.
( Gubrakkk... )
Mereka berdua jatuh ke lantai dan Riota yang menahan tubuh Linra di atasnya.
" Aduhhh... Untung loe gak berat... uhhh... "
Linra merasakan hangat sekaligus malu.
Papah dan Mamahnya Riota melihat momen itu.
" Bagus Riotaaaa.. " Ucap bisik Papahnya Riota.
Mamahnya Riota pun memeluk Suaminya dan berkata dengan berbisik.
" Dia benar-benar mirip kamu, Sayang. "
Linra merasakan detak jantung dari Riota dan pelukan hangatnya di bawah lantai itu.
" Hangatnya dan Aku merasakan nyaman. "
Riota melihat Linra yang sedang enak tiduran di atas tubuhnya yang penuh otot itu.
" Hei, gue kesakitan di bawah sini, kenapa loe jadi yang tiduran di atas tubuh gue. "
Linra pun duduk di dekat area bawahnya dengan kaki terbuka dimana kedua pahanya terlihat oleh Riota dan Riota tentu secara otomatis sebagai pria langsung terangsang bagian bawahnya.
" Maaf.. Ehhh.. "
Linra merasakan sesuatu yang hangat tiba-tiba menyentuh bagian bawahnya dari Dressnya.
Sontak Riota langsung bangun dan memeluk tubuh Linra.
" Kyaaa... Apa yang kamu lakukan..... "
Ketika itu Riota tidak merasakan ada yang mengganjal di bawah Linra dengan bagian rahasianya yang mulai menegak itu.
" Kok gue ngerasain ada yang janggal yah. "
Linra mencoba meronta dan melepaskan pelukan Riota yang dimana saling berhadapan itu.
Mamah dan Papahnya Riota langsung bergegas pergi.
" Mamah, ayo kita pergi... Sepertinya sudah cukup. "
Mamahnya Riota langsung menarik tangan Suaminya dan meninggalkan Riota dan Linra dengan waja berseri-seri.
" Ayo, Pah. "
Riota yang saat itu berhasrat tinggi dan sudah puncaknya karena tidak bisa menyalurkan hal itu, akhirnya memaksa Linra.
Linra merasa ketakutan dan terus meronta.
" Riotaaa.. Aku mohon lepaskan aku... "
Saat tengah meronta itu, Linra mendapat titik celah dimana dirinya bisa berdiri.
Namun Riota menarik celana dalamnya Linra yang berwarna putih itu sampai ke betisnya akibat Linra memaksa berdiri.
Riota yang sedang duduk di lantai dan Linra yang berdiri di depannya, tentu terlihat jelas apa yang ada di balik celana dalamnya yang tengah turun ke bawah kakinya itu.
Riota melihat keanehan di area intim Linra.
" I-Itu... Bentuk... "
Linra langsung menutup dressnya dan terduduk sambil merapatkan kedua kakinya dengan perasaan malu.
" H.... "
Riota lalu memegang tangan Linra sambil berkata dengan wajah serius.
" I-Itu bentuk hasil operasi kelamin bukan? Apa loe jangan-jangan... "
Linra pun menangis dengan posisi yang demikian dimana terlah terlihat sesuatu yang tidak seharusnya di perlihatkan oleh temannya itu.
" Hikss... Hikss.. "
Riota merasa bingung dan melepaskan celana dalamnya Linra yang masih tadi ia genggam.
" Pantas saja aku merasakan ke anehan dimana bagian bawah mu itu rata. Jadi itu ... "
LInra pun bicara dengan keadaan menangis.
" Sekarang kamu sudah tau, Hiks... Tapi aku tidak pernah menginginkan hal ini. Hikss... Aku di paksa dan tubuh ku sekarang cacat permanen, dimana aku tidak akan pernah bisa kembali ke laki-lakian ku, Hiks... Semuanya telah di rubah dan bahkan hingga dalam. "
Riota tentu paham sistem tersebut dan ia pernah baca tentang operasi kelamin dan suntik hormon.
" Jadi loe ternyata bisa jadi begini karena suntik hormon dan lainnya? Pantas saja diri loe itu tidak lagi seperti yang dulu gue kenal, bahkan kulit loe itu putih dan mulus. "
Namun Riota mencoba menenagkan Linra dan bicara kepadanya nanti.
Riota langsung berdiri sambil membantu Linra juga berdiri dan hasratnya tiba-tiba langsung turun ketika melihat hal mencenangkan itu.
" Ceritakan itu nanti di kamar, sekarang loe bersikap seperti biasa dan anggap gue gak lihat apa-apa. "
Linra mengangguk dan menyeka kedua air matanya lalu kembali ke memasaknya.
" Iyah... Hikss... "
Riota merasa jadi sangat Iba dengan Linra ini dan ia ingin tahu kebenarannya langsung saat dirinya selesai memasak dan bersandiwara di depan kedua orang tuanya ..
" Gue akan tunggu di ruang tamu bersama keluarga gue. Ingat loe jangan memasang wajah sedih. "
" Iyah... Aku paham... Hikss.. "
Linra menyeka air matanya dan Riota berjalan pergi meninggalkan Linra sendirian memasak di dapur dimana dirinya melihat dengan tatapan ikut sedih dan merasa iba terhadapnya.
Dalam hati Riota, dirinya berkata.
( Akhirnya rahasia loe itu akan terbongkar juga, Linra. Sebenarnya ada apa setelah kelulusan sekolah itu berakhir. Gue akan cecar loe dengan banyak pertanyaan setelah ini, Linra. )