Chereads / Malkist Cinta ( Kisah Cinta Aneh ) / Chapter 20 - Malkist Duapuluh : Kasih Sayang dalam Hubungan.

Chapter 20 - Malkist Duapuluh : Kasih Sayang dalam Hubungan.

Setelah kejadian yang lalu dimana Linra dan Riota sekarang mulai merasakan sebuah rasa di antara mereka.

Esoknya di pagi hari yang sangat mendung.

Linra yang baru bangun dari tidurnya melihat Riota sudah duduk di kursi tempat komputernya yang berada di kamar.

" R-Riota.. "

Riota melirik ke arah Linra yang sedang duduk di atas tempat tidur dimana wajahnya masih terlihat sayu lemah seperti orang bangun tidur dengan rambut yang acak-acakan.

" Loe udah bangun. "

Linra mengangguk dan bertanya keapda Riota.

" Kamu pagi-pagi begini sedang mencari apa? "

Riota menjawab sambil memalingkan tatapnya yang tadinya ke arah layar komputer sekarang ke arah Linra.

" Gue mencoba untuk mencari pekerjaan yang juga mendukung skill gue ini, beberapa sudah gue masukan dokumen ke beberapa perusahaan yang terlihat cukup memadai. "

Linra melihat sayu Riota dan berkata.

" Oh iya, kamu kan.... "

Linra mengingat kalau Riota sebelumnya di pecat secara sepihak dan ia tidak meneruskan perkataanya dan mengganti ke hal lainnya.

" Ehh... Ngomong-ngomong, apa kamu sudah memberitahu Mamah dan Papah kamu tentang hal tersebut? "

Riota tersenyum dan baginya tidak masalah kalau Linra mengungkitnya.

" Gak usah gak enak gitu kali, gue juga sadar kalau sekarang gue nganggur. Untuk masalah itu, Papah dan Mamah gue gak perlu tau, karena mereka sendiri gak mau ikut campur tentang pekerjaan yang gue lakukan, ibaratnya gue bebas bekerja apapun selama hasilnya halal. "

Linra tersenyum sambil kakinya menapakan di lantai.

" Beruntung sekali kamu memiliki orang tua sebaik mereka. Aku jujur sangat iri dan merasa nyaman ketika mereka datang. "

Riota ikut tersenyum dan berdiri dari kursinya lalu menghampiri Linra berada.

" Anggap aja mereka berdua itu adalah orang tua loe, gue gak keberatan sama sekali kok. "

Linra dan Riota saling berdekatan dimana sampai merapat ke masing-masing pakaian mereka.

Tangan kanan Riota melingkar di pinggang Linra dan tangan kirinya merabah bagian belakang Linra.

Linra terlihat tidak malu dan malah tersenyum ketika mereka berdua sedang berdekatan.

Linra merasakan di bagian area depan tubuhnya sebuah rasa hangat dan ia tahu dari mana itu berasal, karena dirinya pendek, tentu wajar jika ia merasakan di area tubuhnya yang sedang di peluk oleh Riota itu.

" R-Riota... Milik mu menyentuh perutku. "

Tentu kehangatan itu terasa walau mereka masih berpakaian lengkap saat itu dan Linra sedang memakai Dress tanpa dalaman.

Riota melihat ke bawah dimana wajah Linra terlihat berada di dekat dadanya yang berotot itu dan dengan wajah malu-malu.

" Gue mau sekali lagi kita main di pagi hari ini. "

Linra malu.

" Ehh... Pagi ini?? Sekarang?? "

Riota menatap lembut Linra yang gerogi itu.

" Iya.. Masa besok pagi... Ayooo lah.... "

Linra melihat ke tubuh Riota yang penuh otot itu dan sedang memakai kaos putih oblong polos dengan rasa malu-malu.

" Ehhh... Ta-Tapi jangan lama-lama yah... Aku masih ada pekerjaan untuk membuat pesanan lagi. "

Riota lalu perlahan menyikap bagian bawah Dress Linra dan saat itu sudah terlihat kemulusan kulit Linra yang putih dan lembut.

" Gak lama kok, Linra. Cuma satu kali keluar aja. "

Linra lalu menempelkan kedua telapak tangannya di dada Riota yang menonjol dengan otot itu sambil tersenyum malu.

" Baa-Baiklah.. Sekali keluar saa yah.. "

Pagi yang dingin itu pun kembali terasa hangat bagi kedua pasangan aneh itu.

Riota dan Linra mulai terlihat saling menikmati satu sama lain tubuh masing-masing dari mereka dan Linra mulai menerima dirinya, walau perempuan tdak sempurna, namun jika itu bisa membahagiakan Riota, Linra sekan tidak peduli kalau dahulunya adalah seorang laki-laki.

Kemudian HUjan turun dengan deras.

Setelah melakukan sebuah kehangatan antara mereka berdua di kamar, Linra dan Riota mandi dengan terpisah pagi itu.

Kemudian Linra memasak pagi untuk sarapan, namun dengan sedikit kondisi kelelahan.

Tentu hal tersebut di akibatkan oleh Riota.

" Sudah aku bilang jangan lama-lama, tapi malah terus di tambah, bilangnya belum keluar, tapi aku lihat tetesan jatuh di lantai dan aku merasa juga hangat. "

Riota yang habis mandi dan berpakaian itu turun dari lantai dua lalu menuju ke meja dapur dan duduk di sana sambil memperhatikan Linra sedang memasak.

" Masak apa loe hari ini? "

Linra dengan sedikit wajah kesalnya melihat ke arah Riota sambil menunggu masakannya matang.

" Kamu yah... Padahal kamu sendiri yang bilang untuk hanya keluar satu kali, tapi nyatanya apa? Kamu beberapa kali dan menghabiskan hampir 1 jam lebih untuk ku masak, ya ampun.. "

Riota tersenyum lebar.

" Mau bagaimana lagi, udah terlanjur, lagian emang nafsu gak bisa di tahan kalau udah enak, loe sendiri terus mendesah dan tubuh loe seakan mengatakan kalau ingin lebih dan lebih, gak usah sok kesel deh loe, loe juga menikmatinya.. "

Linra melempar sendok kayu ke arah Riota dan mengenai kepalanya.

( Pltuukk... )

" Adawww... Goblok loe main lempar-lempar aja... "

Linra memasang wajah kesal.

" Kamu tau aku sekarang posisiku dimana? Sebagai seorang perempuan, kalau masalah itu, tentu aku juga demikian, tapi tolong aku juga untuk hentikan, karena aku... aku.. "

Riota bingung sambil melihat Linra yang tertunduk malu tiba-tiba.

" Aku apa?? "

Linra menatap lembut Riota dengan kedua pipinya memerah dan meneruskan apa yang tadi ia ingin katakan kepada Riota.

" Karena aku.. Aku merasakan sebuah rasa kasih sayang dan kenyamanan dalam hubungan itu dimana dahulu aku tidak pernah dapatkan. Kamu begitu menyayangiku dan membuat diriku nyaman senyaman-nyamannya, sampai aku tidak rela untuk menyudahi rasa sayang mu itu kepada ku, Riota. "

Riota yang mendengar itu merasa senang kalau tindakannya yang selalu menyelipkan belaian sayang dan lainnya berhasil membuat Linra nyaman ketika harus bermain lama dengan dirinya.

" Sebagai seorang pria besar, tentu gue harus melakukan itu lah, apalagi tubuh loe itu mungil dan sakit-sakitan, jadi gue berusaha agar loe tetap gue jaga agar nyaman. "

Linra kemudian tiba-tiba kehilangan keseimbangannya karena kelelahan.

" Linra... "

Riota dengan sigap langsung menangkap tubuhnya Linra yang terlihat lemah itu.

" Aku lelah... uhh.. "

Riota lalu bingung dan dia tidak mungkin menyentuh masakan yang sedang di masak oleh Linra itu, karena takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak seperti sebelumnya.

" Aduh bagaimana ini.. Gue gak bisa nyentuh masakan loe itu, bisa-bisa ini rumah kebakar nanti. "

Linra yang sedang di peluka tubuh Riota bicara dengan wajah lemah.

" Gunakan tanganku untuk menggenggam alatnya, aku akan coba untuk mengenggamnya. "

" Eh.. "

Riota pun menggenggam satu tangan kanan Linra sambil merangkul tubuhnya yang mungil tersebut.

" Begini? "

Tangan Linra seperti di arahkan oleh Riota dengan tanganya.

" Iyah... Sekarang genggam tanganku dan kita taruh sama-sama teplon itu di atas meja.

Kedua tangan mereka saling menggenggam, dimana Linra menggenggam gagang teplon itu dan Riota menggenggam tangan Linra yang sedang menggenggam teplon tersebut.

Perlahan tangan Riota mengendalikan tangan Linra, mereka berdua kerja sama dan saat itu tidak terjadi apa-apa dan aman.

" Uhhhh.... Gue sampai keringat dingin loh... "

Linra tersenyum sambil menatap lembut wajah Riota yang ada di atas kepalanya.

" Terlalu lebay kamu... "

Riota lalu mendudukan Linra di atas kursi meja makan dan berlutut di hadapannya dimana tepat di depan kedua kakinya Linra berada.

" Maafin gue ya. "

Linra tersenyum.

" Sekarang kamu paham kan... Aku bicara untuk kebaikan kita bersama, jadi jangan kamu ulangi lagi yah, tubuhku ini memang lemah. "

Riota lalu menyandarkan kepalanya dengan menyaping ke arah kanan di atas kedua pahanya Linra sambil memejamkan kedua matanya.

" Gue akan lebih hati-hati dan cari waktu yang tepat nanti. "

Linra menepuk pipi kiri Riota sambil tersenyum

" Dasar Mesum... "

Riota tersenyum dan sedikit membuka kedua matanya yang tadi terpejam lalu membalas perkataanya Linra itu.

" Dasar Mungil. "

Linra pun di gendong oleh Riota dan di taruh di sofa panjang ruang tamu dengan perlahan.

Setelah semua masakan siap karena di bantu Riota, Linra melihat Riota menata makanan di atas meja ruang tamu.

Lagi-lagi Riota kembali mencoba menyuapi Linra yang terlihat kondisinya masih lemah itu dengan wajah tersenyum dan membuat kesal Linra.

" Kamu gila ya senyum-senyum begitu ke arahku? "

Riota menatap ramah dan menganggap perkataan Linra itu lucu.

" Apaan sih... Gue gak gila... Gue lucu liat loe. "

Linra bingung.

" Apa yang lucu dari aku? Aku sedang kelelahan di anggap lucu? Seaneh itu kah raut wajah ku ini hingga membuat kamu senyum-senyum? "

Riota duduk di samping Linra dan mulai menyuapi dirinya.

" Udah lah, gak usah di bahas senyuman gue itu. Buka mulut loe sekarang. "

Linra tiba-tiba malu dan perlahan membuka mulutnya perlahan.

" Ehhh.. Aaa... "

Linra memakan makanan yang di suapi oleh Riota.

" Si mungil pintar. "

Lagi-lagi Riota menggoda Linra dan Linra langsung menepuk pundak kanan Riota dengan keras.

( Plaakk.. )

" Adaw... Loe demen banget mukul-mukul gue... "

Linra mencoba menghabiskan makan di mulutnya dan mencoba bicara.

" Hmnn.. Mn...mn.. Kamu itu yah... Gak bisa apa gak godain aku terusss... Ihhh... "

Linra pun meneruskan dengan mencubit pinggang Riota dengan keras.

" Ihhhh... "

" Aduhh..Aduhh... Aduhh... Sakit goblok.... Gila loe ya nyubit gue sekeras itu. "

Linra menatap sayu Riota.

" Habisnya kamu terus menggodaku, rasain... "

Riota menaruh piring dan sendok di atas meja dimana dirinya tiba-tiba memeluk Linra.

" Maaf yah karena gue terus menggoda loe, karena gue jujur ingin terus bisa meramaikan rumah ini dengan canda tawa kita. "

Linra terdiam di peluk lembut hangat oleh Riota.

Wajah Linra terlihat nyaman sampai terseyum dan kemudian menyandarkan kepalanya di dada Riota sambil memeluk balik dirinya.

" Riota... "

Riota mencium kepala Linra dan mengelus kepala belakangnya dengan lembut.

" Mcchh.. Gue tuh semakin Sayang karena tingkah loe itu. "

Linra kemudian menjawab perkataan dari Riota itu.

" Walau dahulu aku seorang laki-laki yang kamu kenal? "

Riota sedikit memeluk lebih erat tubuh Linra sambil menjawab pertanyaan itu.

" Iya, gue paham dan tau loe laki-laki... Tapi itu dulu... Sekarang walau tubuh loe berubah akibat hormon dan operasi, tapi gue benar-benar menganggap loe seperti seorang perempuan. "

Namun tiba-tiba Linra menangis di dada Riota sambil mencengkram kaos Riota dimana Linra sangat sedih.

" Iihiikkksss... Iihhiikkksss...ihhiikksss... Riotaaa... "

Riota melihat tangisan Linra yang begitu sedih itu di tubuhnya.

" Linra. "

" Ihhiiikksss...ihiiikksss...huuuu.. "

Riota mengelus punggung Linra dan merasakan kalau Linra ini seperti tiba-tiba melepaskan semua bebannya di tangisannya itu saat di peluk oleh Riota.

" Gue akan menyayangi loe walau mungkin kedengarannya aneh karena gue tau dulunya loe adalah seorang laki-laki, tapi sekarang ya sekarang, loe bisa nangis sepuas loe di pelukan gue dan gue juga sepuasnya akan menyayangi loe selama loe ada di sisi gue. "

Derasnya air mata itu sampai membasahi kaos yang Riota kenakan dimana Linra masih menggenggam erat kaosnya Riota.

Riota mencoba menenangkan Linra dengan mengelus-elus tubuhnya.

" Udah jangan nangis... Cup..cup.. Gue akan selalu di samping loe sekarang. "

Tiba-tiba seperti biasanya, Linra pingsan di pelukan tubuh Riota.

" Linra... "

Riota secara tiba-tiba juga meneteskan air mata dan mencoba menahan rasa ingin menangisnya itu karena melihat Linra.

" Gue gak tau separah apa dan bagaimana perlakuan mereka kepada loe dulu selama beberapa tahun itu, tapi dari tangisan loe itu, gue merasa kalau hidup loe cukup berat dan penuh duri sampai loe menangis begitu keras di pelukan gue sampai pingsan. Kasih Sayang yang gue berikan ini, apakah yang loe inginkan semenjak dulu, Linra? "

Riota mau tidak mau membaringkan tubuh Linra di sofa dan membiarkan dirinya istirahat.

Ketika saat pingsan itu, Riota mengelus-elus wajah Linra sambil menyeka air matanya dari kedua pipinya itu.