Kemudian 3 bulan berlalu dan ketika itu saat menjelang tahun baru yang akan datang.
Selama 3 bulan itu juga, Riota belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya dan lebih banyak membantu Linra di rumah mengantar dirinya pergi ke pasar atau supermarket untuk belanja keperluan bisnis kulinernya yang mulai stabil berjalannya dan membalikan modal yang di pinjam oleh Riota sekitar 10 juta hanya dalam beberapa bulan.
Dari situ Riota juga tidak perlu memikirkan uang, karena penghasilan dari bisnis itu di berikan kepada dirinya, sementara Linra di berikan sekian persen untuknya sebagai gaji bersih.
Riota sebenarnya tidak masalah jika Linra menyimpan hasil dari usahanya tersebut karena dirinya memberikan sesuatu yang jauh lebih berharga dari uang atau mobil yang ingin ia beli, namun pupus karena dirinya tidak dapat masukan dan tabungannya juga terkadang terpakai untuk keperluan.
Akan tetapi, dalam waktu sekitar hampir setahun menikah dan tahun baru tiba.
Linra banyak sekali melamun terhitung saat dirinya mengatakan kalau dirinya bermimpi hamil.
Namun bagi Riota, mimpi hanya lah mimpi dan Linra juga seorang laki-laki, jadi sangat mustahil baginya mengandung.
Dua minggu sebelum tahun baru.
Linra sakit-sakitan dimana tubuhnya secara mengejutkan sangat lemah sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur, bahkan Linra sekarang lebih banyak tidur di bandingkan aktifitasnya untuk memasak dan terpaksa bisnis itu berjalan tanpa Linra.
Riota melihat tidak ada yang aneh dengan dirinya, dimana wajahnya terlihat hanya seperti orang mengantuk dan suhu badannya normal, tidak ada yang janggal seperti keluar darah atau semacamnya.
Hanya Linra selalu mengeluh badannya lemas dan selalu meminta bantuan Riota saat ingin ke kamar mandi.
Dalam sebuah kamar yang luas itu.
Linra terbaring lemas dengan mata yang sedikit terbuka, sementara Riota duduk di kursi pelastik di dekat pinggir tempat tidur miliknya itu.
Riota pun berbincang.
" Loe itu kenapa sih? Apa yang loe rasain selain rasa lemas. "
Linra perlahan menengok ke arah Riota berada, sedang duduk di kanannya dekat jendela besar kamar.
" Sudah aku bilang ratusan kali kalau tubuhku ini sangat lemas, bisa tidak jangan terus mengulangi pertanyaan itu, lama-lama aku ingin menampar kamu, walau tubuhku sangat lemas... Ya ampun.. "
Riota melihat wajah dan nada bicara Linra yang seperti memang orang sedang kelelahan dan lemas, sampai-sampai menengok saja untuk melihat Riota harus perlahan.
" Loe mau gue bawa ke rumah sakit bilangnya gak usah, sama aja loe kayak gue. "
Linra tersenyum tipis dan bicara Kembali dengan nada lemah.
" Kalau begitu sekarang kamu sudah mengerti diriku ini. "
Riota menggenggam erat tangan kanannya Linra yang lemah itu sambil menatap wajahnya dengan tatapan tidak tega melihat Linra terbaring seperti orang sakit.
" kebalikannya, gue khawatir. Kalau punya tubuh berotot kayak gue sih gak usah kerumah sakit, yang jadi masalah itu loe punya riwayat penyakit yang cukup bisa membuat loe mati secara perlahan. "
Tiba-tiba suara telepon dari 'Smart Phone' milik Riota berbunyi dan Riota bergegas mengangkatnya dimana 'Smart Phone' miliknya itu di taruh di atas meja dekat tempat tidur.
" Ini dari Mas Andra. "
( Mas Andra ini adalah tokoh dari Novel dewasa Yang juga aku buat dimana sedang dalam tahap sesi keduanya yang akan bercerita di negeri sakura, Jepang. Novel Kedua Sayap Cinta yang berjudul Salju suci terhubung dengan kisah ini. Mungkin kalian bisa baca ceritanya. )
Linra melihat sayu Riota yang sedang di telepon itu.
Suara dari Mas Andra terdengar.
" Hallo, Riota. Mas menelepon kantor partner kerja kita dimana kamu saat itu pernah satu kantor dengan Mas walau hanya beberapa bulan akibat masalah program genting. Mas dengar katanya kamu di pecat akibat banyak masalah di kantor? "
Riota tersenyum tipis dan menjawabnya.
" Yahh... Begitu lah, Mas Andra... Tapi sekarang saya sudah menikah dan mendapatkan sosok istri yang baik dan pengertian, walau dirinya sekarang sedang sakit. "
Riota melirik ke arah Linra yang masih terbaring lemah itu.
" Heeee... Jadi kau sudah menikah rupanya, selamat yah, Rio. "
" Mas Andra sendiri bagaimana dengan keadaan di jepang? "
" Mas baik-baik saja dan sekarang istri Mas yang cantik ini sedang hamil usia 8 bulan dengan kondisi sehat dan tenang. "
( Spoiler cerita Salju Suci kedua, dimana Mas Andra dan Yufana, istri Mas Andra yang usianya masih terbilang muda karena baru lulus sekolah sudah hamil anak Mas Andra 8 bulan saat tinggal di jepang. )
" Mas Andra memang laki-laki sejati, di usia yang jauh dari istri anda itu akan memiliki anak lagi yang malah anaknya dahulu seumuruan dengan istri Mas yang sekarang. "
Mas Andra tertawa.
" Hahahaha... Iya, karena Mas tentu tidak mau kalah dengan kamu juga tentunya, lagi pula Mas melakukan ini atas dasar cinta akibat istri yang dahulu Mas banggakan malah main belakang. Mas sudah pernah cerita ke kamu bukan. "
" Iya, Mas Andra. Ngomong-ngomong, Mas Andra menelepon saya ada apa ya? "
" Begini, tadinya Mas mau meminta bantuan kamu untuk menggantikan Mas sementara nanti jika istri Mas akan melahirkan, karena terkendala bahasa, Mas harus menemai dia nanti ketika bersalin, tapi ternyata kamu sudah di keluarkan. "
" Ehhh... Aku ke jepang sementara untuk menggantikan Mas? "
" Iya, begitu. Tapi sepertinya Mas sendiri yang harus mengambil cuti nanti. "
" Mas Andra ini kan terbilang sudah menjadi Manajer perusahaan, seharusnya partner kerja Mas di sana akan memakluminya. "
" Mas sudah tau itu, Rio. Hanya saja Mas sengaja ingin kamu yang menggantikan Mas saat itu tiba, ya seperti Mas ingin memberikan kamu pengalaman kerja di jepang dengan di bawa oleh saya. "
Riota tersenyum tipis kembali.
" Mas Andra ini, aku yang sebelumnya menolak untuk pergi ke jepang juga karena terkendala bahasa dan memilih bekerja di sini saja, karena orang tua ku terus saja menyuruh untuk mengikuti perjodohan itu yang membuat aku juga tertahan di sini. "
" Oh iya... Kamu itu itu bukan terkendali bahasa dan menyangkal tidak bahasa jepang, padahal kamu lebih mahir dari Mas, alasan bodoh yang mas dengar saat itu ketika kamu bicara demikian. "
( Sewaktu di KSC " Kedua Sayap Cinta " Salju Suci itu, Mas Andra mengambil tawaran untuk di kirim ke jepang karena katanya temannya tidak bisa bahasa jepang, namun kenyataanya itu adalah Riota dari Malkist Cinta ini terkendala perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya, dari awal juga Riota ingin mencari pasangan hidup di sini, tapi hasilnya selalu gagal. Spoiler antara 2 Novel itu terungkap di sini. )
" Tapi Syukurlah Mas Andra menggantikan ku, waktu yang tepat juga bukan? "
" Mungkin iya. Kalau begitu sampai di sini dulu perbincangan kita, kabari Mas kalau nanti kamu sudah memiliki anak. "
" Kabari juga kalau anak Mas Andra nanti sudah lahir ya, kalau bisa video Call. "
" Beres.. Kalau begitu Mas sudahi. Tetap semangat, Mas tau kalau kamu seorang perfectionist programmer dan perusahaan itu salah besar karena mengeluarkan kamu. "
" Mas ini... Tidak perlu berkata demikian, karena aku sudah bahagia karena bertemu seseorang dan malah sedang dalam merintis bisnis kuliner dengan nya, jadi tidak perlu khawatir atas diriku yang di pecat. "
" Oh kalau begitu bagus, kamu jadi tambah dewasa rupannya. Kalau begitu selamat atas pernikahannya dan semangat menjalani bisnis itu. Tapi Ngomong-ngomong... Bukannya kamu itu tidak bisa memasak ya? "
Riota lalu menggenggam erat tangan kiri Linra dan menatap lembut wajahnya.
" Dia yang datang ini adalah bidadari yang sekarang selalu menyajikan makanan enak di rumah ketika saat itu pulang kerja dan sebelum berangkat, dia seperti seseorang yang di takdirkan untuk ku, semua masakan yang dia buat enak. "
" Kamu sama seperti Mas yang menemukan berlian di sebuah lumpur, Mas bahagia mendengarnya, kalau begitu kapan-kapan kalau sudah pulang nanti, Mas mau mencicipi masakan istri kamu itu. "
" Boleh banget kok Mas. "
" Baiklah, begitu saja. Rio. "
" Iya, Mas Andra. "
Percakapan di telepon itu tersudahi dimana jarak mereka sangat jauh.
Linra melihat ke arah Riota dimana tangannya masih menggenggam erat tangan kirinya.
" Siapa? "
Riota kembali menaruh 'Smart Phone' miliknya di atas meja samping dekat tempat tidur.
" Mas Andra. Rekan kerja dulu yang satu perusahaan walau beberapa bulan saja karena ada urusan genting, dia tinggal di jepang bersama istrinya sekarang. "
" Jepang? "
" Sebenarnya dulu gue pernah di tawari untuk pergi ke jepang untuk urusan kerja, hanya aja gue saat itu terbentur dengan perjodohan dan memang gue ingin cari pasangan negeri sendiri, ya jadinya gue beralasan gak bisa bahasa jepang dan Mas Andra yang mengambil alih. "
" Ke jepang? Kenapa kamu tidak terima saja waktu itu? "
Riota tersenyum.
" Hei, gue di sini mikirin keluarga gue yang peduli dan juga anggota tim gue, yaitu Gio dan Lia. Gue milih menolak karena gue gak mau lebih tersendiri nanti di jepang, kalau saat itu gue punya istri, tentu gue akan ajak seperti Mas Andra, tapi ya kalau memang bukan Rizky kita, tentu ya seperti ini, bukan gue menolak itu ya, tapi gue cuma memilih yang terbaik dan yang nyaman untuk gue, selama gue masih bisa bekerja. "
Linra tersenyum dan menggenggam balik tangan Riota dengan tenaganya yang lemah.
" Ternyata kamu orangnya cukup penyayang dan mengerti arti sebuah kenyamanan untuk orang lain dan diri kamu. "
Hati Riota begitu senang dimana di puji seperti itu oleh Linra dimana dirinya melihat wajah Linra yang cantik.
" Linra.. "
Riota mendekati tubuh Linra dan memegang kepala belakang nya lalu tiba-tiba bibirnya mencium bibir Linra.
" Mcchh.. "
Linra memejamkan kedua matanya seakan menerima pasrah ciuman bibirnya itu.
Riota kemudian melepaskan ciumannya dan Linra membuka kembali kedua matanya.
Riota memegang pipi kiri Linra dan mengelusnya sambil berbicara.
" Sembuh lah, Linra. Gue gak tega melihat loe terus terbaring dan tidur saja. Gue kesepian. "
Linra tersenyum tipis dan memegang kedua pipi Riota.
" Aku pasti akan sembuh kok, aku janji padamu. Kalau misalkan aku tidak sembuh, maaf aku tidak bisa menepati janji itu, tapi aku tetap berusaha. "
Riota menatap serius Linra karena perkataan itu yang di takutkan oleh banyak orang semisal dirinya ...
" Gak, loe jangan bicara begitu. Pokoknya loe harus sembuh. Titik... Loe akan temani gue di rumah ini seperti sebelumnya. "
Linra lalu memeluk tubuh besarnya Riota.
" Riota... "
Riota memeluk erat tubuh Linra yang kecil itu dan berwajah sedih.
" Loe harus sembuh dan gue ingin godain loe lagi. "
Linra saat itu tersenyum mendengar hal tersebut.
Kemudian setelah 3 hari berlalu.
Linra semakin banyak tidur dan sangat jarang membuka matanya.
Kondisi yang seperti itu memaksa Riota menelepon Papah dan Mamahnya untuk memberitahu mereka masalah yang sedang di alaminya.
Ketika di ceritakan oleh Riota masalah Linra itu, Mamah dan Papah Riota khawatir.
Saat mereka berdua berada di kamar Riota di rumah saat pagi hari menjelang siang.
Mamah nya Riota memegang denyut nadi di tangan kiri Linra dengan wajah khawatir.
" Kenapa kamu baru bilang sekarang, Sayang? "
Riota memasang khawatir juga karena Linra biasanya bisa bangun untuk minum obat atau ke kamar mandi, tapi sekarang berbeda.
" Aku ingin, tapi Linra mengatakan kalau dirinya tidak apa-apa dan hanya lemas saja tubuhnya. "
Kemudian Papahnya Riota yang sedang berdiri di dekat pintu bicara ke arah Riota berada yang sedang duduk di antara kaki Linra yang sedang terbaring di tempat tidur yang terselimuti tubuhnya dengan selimut.
" Ngomong-ngomong.. Kenapa kamu tidak bekerja? "
Riota saat di tanya seperti itu langsung berkata yang sejujurnya.
" Aku sudah di pecat sepihak, Papah. "
Sontak Mamah dan Papah Riota terkejut mendengarnya.
Papahnya Riota menatap Riota.
" Di pecat secara sepihak? Maksud kamu tidak ada alasan yang logis? "
Riota tersenyum.
" Begitu lah, Papah. Tapi Papah dan Mamah tidak perlu khawatir tentang itu, sekarang lebih baik kita fokus ke Linra. "
Mamahnya Riota melihat kalau dirinya sudah jauh lebih dewasa dari sebelumnya dan mementingkan apa yang ada sekarang.
" Sepertinya kamu sudah dewasa dan kami juga tidak ingin ikut campur masalah kamu, jika memang kamu bisa memecahkannya. "
Papahnya Riota melihat ke arah istrinya dan menghela nafas panjang.
" Huffff... Lalu bagaimana, Mah? "
Mamahnya Riota memasang wajah datar.
" Denyut nadinya normal dan suhu tubuhnya juga tidak ada yang panas, dia seperti tidur. "
Riota lalu bicara.
" Riota juga merasa dirinya itu memang tidur, tapi tidak normal. "
Papahnya Riota mengambil 'Smart Phone' dari saku celana panjang berwarna hitam di kanannya.
" Tadinya kami ingin berencana liburan bersama di vila Sukabumi dengan keluarga adik kamu dan kamu saat menjelang tahun baru ini. Tapi sepertinya rencana itu akan gagal. "
Riota tertunduk sedih melihat Linra yang tiba-tiba sering tidur.
Papahnya Riota lalu menelepon Dokter Martha.
" Dokter Martha, bisa anda memeriksa istri dari anak saya ini. "
Dokter Martha menjawab.
" Memangnya ada apa dengan dirinya? "
" Tidak tau, sepertinya dia katanya selalu tidur dan jarang bangun. "
" Baiklah. Kalau begitu segera saya kesana. "
" Tolong yah Dokter. "
Kemudian percakapan itu berakhir.
Mamahnya Riota mengelus-elus rambut Linra dengan tangan kanannya dengan lembut sambil berkata.
" Kamu kenapa sih Sayang... "
Riota saat itu sudah berfikir yang tidak-tidak jika semisal Linra tidak lagi bisa membuka matanya.
" Linra... Bangun... "
Papahnya Riota melihat kalau Riota memang sedih.
" Kita tunggu Dokter Martha tiba agar tau, kenapa dia seperti ini. "
Pada akhirnya Riota harap-harap cemas dengan menunggu Dokter Martha.
Apalagi Linra sekarang jarang makan dan meminum obatnya.