Kemudian Laki-laki pegawai yang sedang memeriksa design Riota buat itu datang dengan wajah tersenyum.
" Maaf Mas, Mungkin ada biaya tambahan, karena banyak sekali warna, ukurannya juga mungkin mempengaruhi juga. "
Riota lalu melepaskan bekapan mulutnya Linra dan berkata.
" Oh begitu, ya atur aja. Untuk ukurannya, kira-kira sekitar 5 meter dengan tinggi 2 meter, standar sih. "
Pegawai laki-laki itu tersenyum.
" Baiklah, kalau begitu akan saya proses dan mungkin akan jadi sekitar 1 minggu dari sekarang, karena kami sedang banyak pesanan juga Mas. "
Linra terbatuk dan nafasnya terengah-engah.
" Hahh..hahh..hahhh.. Kamu benar-benar jahat, mendekap ku hampir tidak bisa nafas. "
Riota lalu memeluk dari belakang Linra dan mendekapnya lagi.
" Ayo sekarang kita pulang.. "
" HMNN... HMNNN... "
Pegawai itu mengembalikan USB milih Riota dan mereka berdua pulang.
Sesampainya di depan rumah.
Wajah Cemberut Linra tampak jelas dari helm full facenya.
Riota membuka helmnya dan tersenyum.
" Masih aja loe cemberut. Gue kan udah bilang, cuma bercanda. "
Linra pun membuka helm miliknya dan menepuk pundak Riota.
( Plaakkk )
" Bercanda apa? Masa iya kamu bicara seperti itu. Aku ini laki-laki, bukan pacar kamu. "
Riota menarik tangan Linra menuju ruang tamu rumah sambil masih bicara.
" Habisnya gue ngerasa Pede banget ngajak loe, yang dimana gue kayak punya pacar cantik dan membuat iri kaum laki-laki yang melihatnya. Haahaahaahaahaa. "
Riota tertawa seperti Pahlawan Beropeng yang muncul di serial kartun jepang Crayon Shinchan.
Linra mengikuti arah tarikan dari tangan Riota itu sambil memasang wajah jengkel.
" Dasar cari-cari kesempatan. Besok-besok aku naik motor ..... "
Tiba-tiba Linra terdiam.
" ..... "
Riota langsung bertanya kepadannya yang sedang ia tuntun.
" Ada apa? Apa ada yang kamu lupakan? "
Linra melihat ke arah Riota.
" Aku tadi ingin sekalian belanja ke supermarket, tapi karena akibat ulah kamu, aku jadi lupa. "
Riota lalu mengelus kepala Linra dan tersenyum.
" Ya udah, loe mau gue anterin lagi? Tapi loe jangan protes ya kalau nanti gue gandeng tangan loe. "
Linra tersipu malu.
" Dasar kamu yah. Sudah aku bilang di awal kalau aku ini laki-laki, pegangan dengan sesama laki-laki itu membuatku jijik. "
Riota lalu merangkul pundak Linra.
" Heiii.. Dari luar memang loe gak keliatan sebagai laki-laki, gue hanya ingin membiasakan diri, kalau nanti gue punya pacar sungguhan, jadi gak canggung. Ibaratnya kan loe ini kayak sewa kencan untuk tutorial, jadi di bawa santai aja. "
Linra memasang wajah jengkel.
" Santai gigi mu gendut. Aku yang merasa canggung tau. "
Riota tersenyum.
" Ya intinya kan kayak temen aja. Gue cuma ingin pamer tujuannya kepada kaum laki-laki yang terkadang suka pamer-pamer pasangannya di depan umum, biar mereka tau kalau ada perempuan secantik loe di dunia ini dan gue dapatkan, agar mereka iri. Padahal kenyataanya kamu itu laki-laki yang malah lebih cantik dari perempuan tulen. Hehehehe. "
Linra benar-benar jengkel dengan perkataan dari Riota itu, seakan dirinya di mainkan seperti boneka.
Namun karena tidak ingin berdebat, akhirnya Linra pasrah.
" Ahhh... Terserah kamu saja lah. Intinya aku ingin belanja kebutuhan masak katering, seperti minyak dan bumbu lainnya. Mau antar dan bantu atau tidak? "
Riota tentu mau dan baginya ini akan menjadi hal yang menarik di supermarket.
" Gue bantu kok, tapi syaratnya. Loe gandeng lengan gue salama berbelanja. "
Linra memasang wajah cemberutnya.
" Uhhhh.... Masa aku harus gandengan lengan kamu? Aku membayangkannya saja jijik, apalagi melakukannya. "
Riota tiba-tiba menyikap Dress bagian bawah Linra dengan tangannya hingga bagian depannya terlihat celana dalam yang lucu dan imut berwarna putih.
" Hei, loe pikir jijik an mana dengan laki-laki berpakaian perempuan sampai celana dalamnya juga imut seperti perempuan dan berjalan tanpa rasa malu dengan Dress pendek. "
Linra langsung memerah wajahnya dan menutup bagian depannya dengan kedua telapak tangannya.
" Hyaaa!!!! Tidak sopan kamu menyikap bagian bawah seseorang. "
Riota menatap datar Linra.
" Bahkan jeritan loe itu hampir sama kayak cewek bener, Hyaaa!!! Dasar idiot, menjijikan. "
Linra semakin jengkel dan wajahnya kembali cemberut.
" Uhhhhhh!!!! Kalau begitu aku saja yang pergi. "
Lalu Riota berkata tentang apa yang ada di kontrak.
" Hei, apa loe lupa? Gue yang menetukan mau atau tidaknya kalau dalam urusan bisnis, bukan loe yang memutuskan pilihan. "
Linra sudah mati kata saat Riota berkata seperti itu.
" Ihkk... Dasar.. "
Riota tersenyum jahat.
Riota benar-benar menikmati bermain berpura-pura seperti memiliki pacar di depan umum, yang dimana padahal yang terlihat adalah jauh dari apa yang orang-orang bayangkan.
Akhirnya Linra kembali di boncengi oleh Riota untuk berbelanja kebutuhan pokok dan bumbu untuk usaha bisnis kuliner mereka.
Sesampainya di sebuah Supermarket besar, Linra harus menggandeng lengan Riota yang besar itu sambil menahan rasa malunya.
Bukan karena pakaian yang ia pakai, tapi karena ia sedang bergandengan dengan Riota.
Sementara Riota membusungkan dadanya dan terlihat Pede sekali berjalan di depan umum, dimana orang-orang itu pasti akan berfikir kalau dirinya bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih cantik dari yang lainnya.
Riota dengan Pedenya berjalan, sementara Linra tertunduk malu.
Riota mengambil troli dorong khusus untuk berbelanja di Supermarket itu.
" Loe ambil bahan yang ingin loe beli dan taruh di troli belanjaan ini, biar gue yang dorong. "
Linra menatap malu Riot.
" I-Iyah.. Baiklah. "
Akhirnya mereka berdua bejalan ke beberapa tempat dan menyusuri rak demi rak yang ada di sana.
Linra mengambil beberapa bumbu dan bahan pokok.
Ketika ingin mengambil beras, Linra kesulitan karena tidak kuat mengangkatnya.
Sementara Riota senyum-senyum dengan pedenya.
" Heheehee. "
Linra kesal dengan tingkah dirinya.
" Cengar-cengir aja dari tadi kamu, Bantuin aku angkat beras ini, berat tau. "
Riota tersenyum dan mengangkat beras itu dengan mudah, lalu menaruhnya di troli belanjanya.
" Lemah banget sih loe, angkat beras aja gak bisa. "
Linra lalu menendang kaki kanan Riota dengan keras.
( Bugg... )
" Aduuhhh.. Sialan loe... "
" Aku ini tidak memiliki otot seperti kamu yang dimana sampai ke otak. Dasar tidak tau diri. "
Riota mengelus kakinya yang tadi di tendang oleh Linra dan berkata.
" Uhhh.. Makanya rajin olah raga. "
Linra lalu menjawab dengan jengkel.
" Kalau fisik ku seperti dulu, pasti aku akan olah raga dengan rajin. Sekarang fisik ku kan sudah 50% berkurang karena akibat operasi dan sakit. Jadi wajar kalau aku tidak kuat mengangkat beban yang berat-berat. "
Sontak Linra yang karena kesal itu menjadi keceplosan bicara.
" Hah? Operasi dan sakit? "
Riota langsung menatap Linra.
Linra langsung memasang wajah yang tidak enak, dan berpaling.
" Ehh... Lupakan yang tadi.... Ayo cepat berbelanja. Nanti keburu malam. "
Riota menarik lengan kiri Linra dan membalikan tubuhnya hingga menghadap ke arahnya.
" Hei, loe sebenarnya kenapa selama beberapa tahun ini? Gue sangat penasaran banget sama perubahan drastis dari tubuh loe ini. Jangan-jangan loe merubah diri hingga jadi seperti ini yah. "
Linra tertunduk dan tidak berani menatap Riota.
" Bukan urusan kamu, ini masalah pribadi. Tidak ada kontrak kalau kita bicara tentang masa lalu. "
Riota lalu perlahan melepaskan genggaman lengan Linra dan wajahnya kembali tanpa ekspresi.
" Iya, itu gue tau. Tapi gue benar-benar ingin tau kenapa loe bisa begini. "
Linra lalu memasang wajah tersenyum dan memegang kedua pipi Riota.
" Maaf, tapi ini tetap menjadi rahasia. Jadi hargai privasiku. Kamu hanya perlu untuk membantu ku dalam beberapa hal, selebihnya aku tidak akan merepotkan kamu dengan urusan pribadi ku. "
Riota seperti sedang menatap seorang yang ingin berkata meminta tolong dalam hatinya, tetapi rasa itu seakan tertutupi dengan wajah dan ekspresi datar dengan mata yang menatap dalam.
" Ehhh... Ya terserah loe.... "
Linra lalu melepaskan telapak tangannya dari kedua pipinya Riota dan kembali memilih-milih bumbu di rak.
Riota hanya bisa menatap dirinya dengan rasa penasaran yang begitu dalam terhadap dirinya yang masih penuh misteri.
Namun Riota benar-benar bangga bisa berjalan bersama dengan Linra, yang dimana indah untuk di pandang dan di ajak kemana pun.
Riota tidak mau larut dengan pikiran dan masalah pribadi Linra, dia memilih untum kembali bercanda ria dengan Linra.
Linra di rangkul oleh Riota dengan bibir yang tersenyum lebar.
" Hei, loe mau makan di luar atau di rumah? "
Linra menatap jengkel Riota yang merangkul tubuhnya yang kecil itu.
" Ihhh... Berat tau tubuh kamu. Aku masak sendiri saja, gak mau makan di luar. Sayang bahan-bahan yang aku beli ini jika tidak di pakai. "
Riota melepaskan rangkulannya di tubuh Linra dan mengelus kepalanya.
" Kalau begitu, gue request Ayam Geprek yah. Bikin yang pedas. "
Linra tersenyum.
" Baiklah, sebagai tanda terima kasih telah mengantar dan mendorong keranjang belanjaan itu, aku siap menerima request dari kamu. "
Riota lalu dengan senang dan tidak sabar untuk mencicipi bagaimana rasa dari masakan Ayam Geprek yang di buat oleh Linra nanti.
Linra mengambil 2 ayam potong utuh yang tersedia dan beberapa bumbu tambahan dan juga tepung terigu.
Setelah semuanya terkumpul dan banyak sekali barang belanjaan yang ada di keranjang dorong tersebut.
Linra memutuskan untuk selesai, namun Riota mengambil beberapa keripik kentang untuk cemilan dan juga minuman bersoda.
Karena bahan yang di beli cukup banyak, mereka harus menunggu di kasir pembayaran.
Selama sedang menunggu itu, Riota kembali menggenggam telapak tangan kanan Linra dan berbincang seakan pasangan yang Riota idamkan.
Setelah semuanya telah terhitung, Linra membayar dari hasil uang bisnisnya yang masih tersisa, dimana memang ia pakai untuk membeli bahan-bahan dan bumbu-bumbu.
Mereka berdua saling membagi bagian belanjaan yang cukup banyak itu untuk di tenteng di tangan mereka.
Saat sedang berjalan bersama Linra berdampingan, Riota melihat raut wajah Linra seperti kelelahan dan dari dahi terlihat keringat yang cukup deras terlihat.
Saat sampai di parkiran luar Supermarket itu, Linra duduk di samping pagar yang ada pohon dan bersandar.
" Uhh... "
Riota menaruh beberapa belanjaanya di dalam bagasi motornya agar tidak terlalu ribet, dimana bahan-bahan yang terbilang kecil di masukan ke dalam bagasi motor.
Riota melihat Linra yang sedang duduk sambil bersandar dengan kaki lurus kedepan di depannya dan menghampirinya.
Wajahnya yang cantik dengan keringat di dahinya itu dan berpakaian Dress tanpa lengan dan bagian bawah yang pendek itu tersinari cahaya senja yang mulai tampak, memperindah dan menipu sebagian orang, termasuk Riota sendiri, dimana Linra ini adalah seorang laki-laki.
Tentu sebagai seorang laki-laki yang melihat kondisi Linra itu, Riota memperlakukannya seperti perempuan pada umumnya.
" Loe kelelahan? Mau gue ambilin minum? "
Linra menjawab dengan nada rendah.
" Boleh, tapi jangan yang bersoda dan yang dingin yah. "
Riota mengambil botol minuman yang ada di kantong pelastik yang ia bawa dan membukakannya untuk Linra.
" Ini, minum lah. "
Linra tersenyum.
" Terima Kasih yah. "
Linra pun minum dengan perlahan dengan bibirnya yang imut dan kecil itu.
Riota lalu ikut duduk di samping kirinya Linra dan kembali menggoda dirinya.
" Ternyata begini yah rasanya punya pacar, apalagi wajahnya cantik dan postur tubuhnya imut. "
Linra yang sedang minum itu langsung menghentikan sejenak dan melirik ke arah Riota dengan tatapan serius.
" Hei, maksud kamu apa bicara seperti itu? Kita ini tidak ada hubungan apa-apa. Lagi pula kita sama-sama laki-laki, jadi tidak mungkin itu terjadi. "
Riota balik melirik Linra dengan tatapan lembut dan bibir tersenyum tipis.
" Iya gue paham, tapi gue merasa banget kalau ini seperti kencan. Apalagi dengan diri loe yang tidak tampak seperti laki-laki dari luar. Andai loe perempuan seutuhnya, gue udah pasti akan peluk dan cium loe saat kondisi loe seperti sekarang ini."
Wajah Linra memerah sambil melihat wajah Riota yang begitu dekat dengan dirinya di suasana senja yang indah itu.
" Ehh... "
Riota memegang pipi kiri Linra hingga merabah ke bagian belakang lehernya.
" Jujur, gue tuh suka type cewek yang kayak loe gini modelnya, rambut panjang, pakai Dress, gak banyak tingkah dan terkesan manja-manja. "
Linra menjawab dengan memalingkan wajahnya.
" H-Huhh... Ma-Manja?? A-Aku tidak manja, melainkan meminta tolong. Kalau kamu suka dengan type seperti itu, maka cari aja. "
Riota dalam hatinya tersenyum dengan perasaan sangat senang, karena dia bisa melakukan hal yang ia inginkan tanpa berdosa, karena Linra ini laki-laki.
Riota melepaskan tangannya dari pipinya Linra dan tersenyum.
" Gue gak perlu cari, karena yang ada di depan gue ini udah cukup mewakili. "
Angin lembut pun menerpa seluruh tubuh mereka di area parkir luar yang sepi itu.
Linra tercengang dengan perkataan dari Riota tersebut sampai terdiam dan menatap wajahnya dengan pipi yang memerah.
Sementara Riota tersenyum dan berhasil menggombali Linra.
" Cyaaa... Kena gombalan gue... Hahaha... Loe kayaknya yang gak normal. "
Linra seketika langsung memasang wajah marah dan menyiram air yang ada di botol minuman itu ke arah Riota.
" Iiihhhhh.... Rasain nih...nih..nih... Mandi kamu... "
Riota tertawa sambil menghindari siraman air itu dari Linra.
" Hahahaha... Cuma kena sedikit... Weeeee... "
Linra menatap jengkel dan saat ingin berdiri, tubuhnya masih lemas dan akhirnya kehilangan keseimbangan.
" Awas kamu.. Huh... Ahh.. "
Riota reflek langsung memegang tubuh Linra yang hampir jatuh ke pembatas yang ada di samping.
" Uppss.. Gue tangkap.. Hampir kepala loe kebentur. "
Tiba-tiba Linra mencoba melepaskan paksa dan berpegangan ke pohon sebelum yang ia sandarkan tadi.
" Lepasin... Jauh-jauh dari aku. "
Riota yang tubuh dan kekuatannya hampir 3 kali dari Linra, atau mungkin 4 kalinya itu menahan paksa Linra yang mencoba melepaskan pelukannya darinya.
" Taruh dulu air minumya, baru gue lepasin. "
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang membawa belanjaan dan melihat ke arah mereka berdua.
Perempuan itu bertubuh gemuk, memakai pakaian style seperti ke arab yang serba tertutup sampai atas sampai bawah berwarna coklat polos, memakai kacamata namun tidak memakai cadar.
" Riota!!! Riota kan? "
Riota dan Linra langsung melirik ke arah perempuan yang memanggil Riota tersebut.
Riota langsung melepaskan pelukannya dari Linra dan terkejut melihat perempuan itu.
" Loh! Mamah?? '
Linra melirik ke arah Riota dengan wajah bingung.
" Mamah? "
Riota tersenyum.
" Mamah.. Mamah sedang belanja juga di sini? "
Ternyata itu adalah Mamah nya Riota.
Linra pun merasa tidak enak dan tertunduk.