Paginya di hari senin.
Hujan turun dengan derasnya.
Riota terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara hujan turun.
" Hmnn... Ujan yah... "
Lalu tiba-tiba Linra menjawab dimana ia sedang membuka gordeng kamar Riota.
" Iya, hujan. "
Sontak Riota langsung terduduk di tempat tidur dan melihat Linra di pagi hari yang sedang mendung itu.
" Linra... Loe kenapa ada di sini. "
Linra lalu menatap tajam Riota.
" Hah? Kamu yang menggendong ku ke sini dan sampai aku nangis-nangis minta di keluarkan dari kamar ini, tapi kamu tolak. "
Perlahan Riota ingat apa yang terjadi semalam.
" Oh iya... Huaaahhh... "
Lalu Linra duduk di samping Riota.
" Doa mu terkabul, lihat, sekarang hujan dan ada aku di disini bersandiwara seperti perempuan, lantas apa yang kamu rasakan setelah melihat semua ini? "
Riota lalu menarik lengan Linra ke arahnya dan menyandarkan tubuhnya di tubuh Riota.
" Sini gue peluk loe.. "
Riota pun mencium bahu kanan Linra dan berkata.
" Mcchh.. Tubuh loe wangi dn hangat. "
Linra terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Riota.
" A-Apa yang kamu lakukan.. "
Riota tersenyum dan bertanya kepada Linra sambil masih mendekap di tubuhnya yang besar itu.
" Ngerasa nyaman gak sih loe saat gue perlakuan begini? "
Linra tentu merasakan apa yang di bilang oleh Riota.
" Ehh.. iya.. Sedikit. "
Riota pun berkata.
" Bisa kita nikmati pagi ini dengan kondisi seperti ini? "
Linra bingung dengan pikiran Riota itu.
" Kenapa sih kamu seperti ini? Apa yang membuat kamu berfikir demikian? "
Riota tersenyum dan mengecup pipi kanan Linra sambil masih memeluk erat tubuh Linra.
" Mcchh... Gue lakuin ini karena gue seneng aja, bisa merasakan tubuh perempuan. "
Linra melirik dengan wajah jengkel.
" Tapi aku ini laki-laki... Laki-laki.. "
Riota seakan tidak peduli dan terus memeluk tubuh Linra.
" Gak peduli gue, selama fisik loe seperti perempuan dan aroma loe juga demikian, tentu gue ingin bersandiwara dengan kondisi seperti ini. "
Linra memalingkan pandangannya ke bawah dan tersipu malu.
" Dasar aneh kamu... Lalu sampai kapan kamu kau peluk aku begini? "
Riota menjawab.
" Sampai gue puas. Kita nikmati dulu pemandangan bersama ini melihat hujan dari jendela. "
Linra benar-benar malu di peluk oleh Riota.
Namun Linra mungkin sedikit paham kalau memang seorang laki-laki itu adalah type penyayang perempuan, sama seperti dirinya.
Saat melihat fisiknya yang seperti Perempuan itu, bahkan Linra sendiri merasa ingin juga memiliki kekasih.
Namun apa dayanya ia sekarang.
Linra tidak bisa balik kembali.
Linra pun menyandarkan kepalanya di dada Riota dan memasang wajah lembutnya yang terlihat nyaman ketika di peluk oleh Riota.
Pagi itu mereka berdua melihat deras nya hujan dari atas tempat tidur kamar.
Setelah Riota puas dengan apa yang ia ingin lakukan, Linra pun di lepaskan dan di suruh memasak untuk sarapan pagi.
Namun sebelum itu, Linra meminun obatnya dahulu yang ia simpan di lemari miliknya di garasi.
Saat Linra sedang memasak di dapur, Riota memeluk dirinya dari belakang dan melingkari tangannya di penggang Linra.
" Masak apa loe pagi ini? "
Linra tentu terkejut dengan tiba-tiba Riota datang dan langsung memeluknya dari belakang.
" Hiii... Aku kaget tau... Jangan tiba-tiba datang dan memeluk tubuh ku. "
Riota tersenyum dan lagi-lagi mencium pipi Linra.
" Mcchh.. Ada yang perlu gue bantu gak? "
Linra langsung menjawab.
" Gak perlu, benar, gak perlu. Aku bisa sendiri. Jauh kan tangan mu dari masakan ku. Karena aku saat ini sedang memasak untuk promosi yang akan kamu bawa ke kantor kamu, siapa tau mereka suka. "
Riota memang melihat banyak makanan yang sedang di masak oleh Linra, walau hanya beberapa porsi saja.
" Pantas saja gue melihat kotak makan itu berada di atas meja dapur. Jadi loe ingin promosi dengan kantor gue? "
Linra mengangguk.
" Hu'um.. "
Riota akhirnya tidak mengganggu Linra yang sedang memakai itu dan langsung bersiap untuk pergi ke kantornya.
Namun sebelum itu, Riota mengambil foto Linra yang sedang masak dengan Dress tanpa lengan dan pendek itu beberapa kali.
Setelah makanan siap di meja makan oleh Linra. Riota langsung makan masakan Nasi goreng itu dengan ada rendang yang Linra masak.
Namun Linra saat itu tidak makan bersama dengan Riota, melainkan sedang menata beberapa menu paket A yang ada di dalam kotak makan tersebut dengan Nasi tentunya.
" Kayak besek begitu ya modelnya, tapi lebih modern, karena tempatnya pakai pelastik tipis. "
Linra pun menjawabnya.
" Seperti itu lah. Aku sudah menyediakan garpu dan sendok pelastiknya, tidak lupa dengan tisu, kamu berikan ini secara geratis ke teman-teman terdekat kamu dulu yah, aku hanya buat sekitar 10 porsi saja. "
Riota yang sedang makan dengan lahap itu tersenyum dan merasa kalau pasti makanan yang di buat oleh Linra itu sangat enak.
" Ok... Kebetulan di ruangan gue cuma sekitar 10 orang aja kok sama satu manajer, jadi pas kalau loe buat 10 kotak. "
Sejenak Linra berhenti menata makanan itu dan berkata kepada Riota dengan wajah bingung.
" Riota, di luar hujan, aku lupa kalau hujan masih belum reda. "
Riota langsung menjawab.
" Nanti gue pesan taksi online aja, santai. "
Linra bernafas lega.
" Uff... Terima Kasih yah. "
Riota tersenyum.
" Harusnya gue yang berterima kasih. "
Kemudian setelah makan itu, Riota langsung memesan taksi online dan membawa 10 kotak makan imut tersebut dengan di tumpuk beberapa bagian dengan pelastik, dimana hal itu soal yang mudah, karena Riota memiliki tubuh yang besar dan berotot.
Sebelum berangkat, Linra berkata kepada Riota.
" Hati-hati, jangan sampai kamu jatuhkan. "
Riota menjawab dari dalam mobil yang sudah ia pesan itu.
" Iya, tenang aja. "
Lalu mobil taksi itu pun melaju membawa Riota menuju kantornya di pagi hari yang mendung tersebut.
Meninggalkan Linra sendirian di rumahnya.
Ketika di kantor.
Riota membawa makanan itu dengan hati-hati dan ia bahkan memasang wajah serius hingga beberapa orang yang bekerja di gedung itu juga merasa dan menjauh dari Riota karena terlihat sedang emosi, tapi sebenarnya tidak.
Sesampainya di ruangannya.
Gio yang sudah datang lebih dulu, dimana ia sedang minum air di galon yang di sediakan, melihat Riota yang membawa bingkisan banyak di kedua tangannya.
" Wuidiiihhhhh... Loe abis tahlilan atau ke acara Aqiqahan orang? "
Riota berjalan menuju ke biliknya dan menaruh tumpukan kotak makan di mejanya.
" Berisik loe gendut, bantuin gue bagiin ke seruangan kita. Ini promosi untuk bisnis kuliner temen yang baru di rintis. "
Gio menyeringai wajahnya kalau soal makanan.
" Asiiikkk... Kebetulan gue belum makan pagi, gara-gara ujan, jadi males gue keluar. Rejeki emang gak kemana, hahahaha... "
" Loe ambil satu, kasih juga buat Lia ya. "
" Beres Mas Brooo... Hoi Lia.. "
Gio pun membantu membagikan makanan tersebut dan berkata sebagai promosi bisnis kuliner temannya Riota yang baru di rintis.
Setelah terbagi semua, Gio pun mendatangi Riota lagi sambil membuka kotak makan itu dan makan di dekat Riota.
" Wahh... Ada rendangnya... Dari aromanya juga enak banget ini kayaknyaaa.. "
Riota tersenyum dan membuka Smart Phone miliknya dari saku Jasnya.
" Udah makan, nanti loe gak konsen, gue yang jadi bahan pelariannya lagi. "
Gio pun tersenyum dan makan dengan lahapnya.
Sementara Gio sedang makan, Riota saat itu melihat-lihat foto Linra yang diam-diam ia ambil, bahkan saat ketika tidur dan terlihat celana dalamnya.
Sontak Gio yang melihat itu langsung merespon.
" Wah... Itu loe fotoin siapa Ta.. Gila loe berani banget foto begitu, sampai keliatan celana HHmm.... "
Riota langsung membungkan mulut Gio dengan tangannya dan berwajah serius.
" Jangan keras-keras gendut... Nanti gue di kira penjahat kelamin.. "
Gio melepaskan bungkaman mulutnya dan berkata dengan berbisik.
" Abisnya loe gak biasanya liat-liat foto cewek, sampai celana dalamnya loe foto juga. "
Riota pun menjawab dengan berbisik.
" Ini orang temen gue yang bisnis kuliner itu, itu dia yang masak semuanya. "
Gioa pun terkejut dimana melihat pesona Linra yang biasa namun sangat terpancar auranya.
" Serius loe Mas Broo... Gila... Cantik banget, walau pendek sih, tapi boleh juga lah, apalagi tadi gue liat bagian belakangnya dengan celana dalam imutnya, hehehe ternyata loe nakal juga ya Ta. "
Riota tersenyum.
" Jelas lah. Gue gitu loh... Akhirnya gue bisa menaklukan diri gue sendiri dan gue gak masuk ke dalam mode serius di hadapannya... "
Kemudian tiba-tiba Lia datang dan menampar pelan kedua pipi mereka.
" Nakal loe ya berdua. Pagi-pagi udah liat begituan. "
Gio mengelus kedua pipinya yang di tampar oleh Lia.
" Ganggu aja sih loe. Ini urusan para laki-laki tau, adeeehhh. "
Lia lalu menatap serius Riota.
" Sejak kapan loe bisa sesantai begini kepada perempuan? Apalagi kalau menyangkut soal perjodohan dari keluarga loe itu, emangnya ada yang spesial dari teman loe itu? "
Riota tersenyum dan terlihat sangat gembira.
" Jelas lah, dia itu spesial. Buktinya gue bisa foto dia di rumah gue dan dalam keadaan tidur pula. "
Gio dan Lia menatap tajam Riota.
Gio berkata.
" Lah, dia tinggal satu rumah sama loe? "
Lalu Lia bicara.
" Sejak kapan loe kenal sama tuh perempuan sampai bisa satu rumah? "
Riota tersenyum dan menjawabnya dengan santai.
" Intinya itu lah pesona gue. Sekarang jangan lagi panggil gue sang Perfectionist jomblo akut. Karena dia, gue jadi gak perlu cari-cari lagi perempuan yang perfectionist seperti gue... Karena sekarang gue punya pacaarrrr... Haaaaaahaaahaahaaaaahaa... "
Riota memang senang sekali memanfaatkan situasinya itu untuk mematahkan rumor kalau dirinya selalu masuk dalam mode pekerjaan saat sedang dekat dengan perempuan.
Hingga di Juluki Perfectionist Jomblo Akut.
Niat sebenarnya dan tujuan Riota melakukan hal itu adalah, sebagai keuntungan dirinya mau pun rasa yang ada di dalam dirinya bisa di salurkan dan di banggakan dengan adanya Linra.
Gio pun bertepuk tangan kecil dengan wajah tersenyum.
" Salut gue... Bener-bener loe emang selalu beruntung ya. Udah banyak cewek yang mau dan dengan gaya Perfectionist nya, eh mereka mundur karena gak tahan sama tingkah loe itu. Tapi sekalinya dapet, loe bisa bertingkah santai, cantik pula. "
Lia pun tersenyum.
" Selamat deh buat loe Ta. Gue juga gak nyangka, kalau ternyata loe bisah di luluhkan sama perempuan pendek itu. "
Gio pun mengambil Smart Phone milik Riota dan berkata.
" Tapi ngomong-ngomong, kok dadanya rata kayak papan ya? Gak ada tonjolannya. "
Riota langsung mengambil balik Smart Phone nya dan berkata.
" Itu gue edit, loe liat dia lagi pake Dress tanpa lengan? Sebenarnya dia itu gak pakai Bra, jadi sengaja gue edit agar gak ketauan. "
Padahal dalam hati Riota, memang itu sebuah faktanya.
Namun Gio dan Lia terlihat percaya.
Kemudian pekerjaan mereka pun di mulai setelah Manajer mereka yang bernama Derta datang.
Riota lalu memberikan satu nasi kotaknya kepadanya.
" Uiii... Manajer bro... "
Riota dan Manajer memang sudah akrab dan saling sapa gaul di saat kerja, namun mereka tidak terlalu dekat untuk hubungan sosial.
" Ada apa kamu manggil saya? "
Riota pun menyerahkan makanan itu kepada Derta.
" Ini, makanan untuk loe, sebagai promosi dari teman gue yang baru bisnis kuliner. "
Derta mengambil kotak makan itu dari tangan Riota, namun tiba-tiba Gio nyeletuk dari biliknya.
" Bukan temen, Derta, tapi pacar serumah Riota yang sekarang tinggal. Dia bukan jomblo akut lagi. "
riota tersenyum dan merasa bangga dengan statusnya sekarang itu yang punya pacar.
" Ahahahahaa.. Begitu lah, Manajer. "
Derta tersenyum dan berjalan ke ruangannya yang terpisah.
" Aku ucapkan selamat buat kamu yang tidak lagi jomblo dan di jodoh-jodohkan dengan orang tua mu, undang aku jika kamu nikah nanti ya. "
Riota tersenyum dan mengangkat jempolnya ke atas.
" Pastinya... Gue akan undang se ruangan termasuk loe. "
Gio senang melihat Riota yang tidak lagi selalu fokus terhadap pekerjaanya.
Lalu jam siang pun tiba dan langit masih mendung.