Chereads / Me Vs Your Identity / Chapter 11 - Pengalihan tugas ke Naya

Chapter 11 - Pengalihan tugas ke Naya

Naya baru saja keluar dari ruang ICU. ia lalu bergabung dengan Putra. Putra tersenyum menyambut kedatangan Naya.

"Apa lo sudah ngerasa lega sekarang?"

"Hemm lumayan."

"Bagaimana kondisi om Luwin?"

"Masih belum ada perkembangan yang signifikan. Papa masih belum sadarkan diri." Naya lalu memutar tubuhnya menghadap ke Putra. "Menurut lo apa Pak Reza bisa dipercaya? sebab gue tidak bisa membantu perusahaan kalau tidak ada yang membimbing. Gue hanya tahu pak Reza itu orang kepercayaan Papa. Gue rasa Pak Reza juga yang lebih tahu tentang rival perusahaan Papa."

"Gue rasa tidak salah jika lo bekerjasama dengan pak Reza. Sepertinya dia orang yang bisa dipercaya. Buktinya Pak Reza Sudah lama menjadi asisten kepercayaan Om Luwin."

"Benar. Besok gue akan ke kantor untuk mempelajari bisnis perusahaan mencari tahu siapa saja pemegang saham serta para investor perusahaan baik yang lama dan yang baru akan menjalin kerjasama."

"Gue rasa Lo jangan langsung muncul di kantor. Setidaknya lo harus lebih dulu mengetahui informasi tentang perusahaan dan siapa saja orang yang bisa dipercaya serta yang kemungkinan menjadi musuh lo. Terlalu berbahaya jika lo langsung ke kantor tanpa mengetahui apa-apa. Sebaiknya lo mempelajari semua itu di rumah atau lo bisa berkunjung ke rumah Pak Reza."

"Lo benar. gue tidak boleh gegabah. gue harus mempelajari Medan perangnya terlebih dahulu."

"Good."

"Thanks, Put."

"You're welcome" Putra tersenyum. "Nay, cari makan yuk? laper nih."

"Ok. Lo mau makan apa? biar gue yang traktir."

"Nggak usah. Sebagai cowok, gue ngerasa nggak punya harga diri jika cewek cantik seperti lo yang mentraktir gue makan."

"Ah apaan sih lo. Jadi cowok sok bener deh ngomongnya. hahaha"

"Harus. gue harus terlihat keren didepan lo. Biar Lo nggak akan mengalihkan mata ke cowok lain. Lo harus membiasakan diri mulai sekarang, karena gue adalah calon future husband buat Lo."

"Hahaha, tambah ngaco omongan Lo" Naya memukul gemas dada Putra.

"Hei, gue serius" kata Putra sungguh-sungguh. Ia menggenggam tangan Naya. "Gue nggak pernah main-main ke Lo" tatapnya dalam ke mata Naya.

Untuk sesaat Naya termenung, ia menatap Putra tanpa berkedip. Naya yang kemudian tidak ingin terlarut dalam suasana yang canggung, maka ia segera bertindak.

"Lo seharusnya mendaftar casting untuk pemeran dalam film. Akting Lo sangat jago" kata Naya menyipitkan matanya.

"Hei."

"Apa? Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapan lo itu, bukankah sejak dulu lo selalu ngejahilin gue?" protes Naya.

"Tapi Nay, kali ini gue serius."

"Ya ya. Gue percaya kok. Puas?" Naya tersenyum manja, nampak menggemaskan di pelupuk mata Putra. "Ayo, cari makan. Katanya laper."

"Ok, yuk?"

Putra dengan santai merangkul pundak Naya tapi segera ditepis oleh Naya. Putra tidak menyerah begitu saja, ia kembali merangkul pundaknya tapi lagi-lagi disingkirkan oleh Naya.

Mereka saling menggoda dan berkelit satu sama lain seperti kucing yang tidak bertemu lama dengan tikus. Melihat Naya dan Putra seperti sedang melihat sepasang remaja umur belasan tahun yang saling bercanda. Membuat tersenyum orang yang melihat kekompakan mereka berdua.

Hari berikutnya Pak Reza datang ke kediaman keluarga Luwin, ia sudah membawa beberapa berkas yang perlu dipelajari oleh Naya. Awalnya Vera terkejut melihat kedatangan Pak Reza yang merupakan orang kepercayaan dari suaminya, bukan hanya Vera, Fisa juga terlihat tidak suka Pak Reza akan mengajukan Naya sebagai pengganti Tuan Luwin untuk sementara. Sebenarnya Fisa ingin dirinya yang menggantikan Papanya tapi ia kemudian berpikir lagi, ia tidak mungkin sanggup untuk mengatasi masalah perusahaan. Dia sama sekali tidak mengerti tentang dunia bisnis, bagaimana bisa dia menolong perusahaan Papanya. Sementara Naya adalah orang yang lebih tepat daripada Fisa. Naya sedikit-banyak sudah mempelajari ilmu Bisnis.

"Pak Reza? Ada apa ya? Kenapa datang tiba-tiba? Apa ada yang penting?"

"Ya, nyonya Vera. Selamat siang. Saya datang untuk bertemu nona Naya."

"Ada apa pak Reza mencarinya? Apa anak itu membuat masalah?".

"Tidak. Saya hanya akan membantunya mempelajari bisnis perusahaan. Sebab kekosongan kursi Direksi harus segera diisi untuk menggantikan sementara tugas pimpinan selama tuan Luwin sakit."

"Haruskah itu dilakukan?"

"Ya, nyonya. Para pemegang saham sudah merasa risau, sebab beberapa hari terakhir diketahui jika beberapa investor dan desainer yang akan bekerja sama dengan perusahaan Luwin Fashion tiba-tiba membatalkan kontrak. Kemudian setelah diselidiki, para investor tersebut akan menjalin kerjasama baru dengan perusahaan Mahardika Fashion" jelas Pak Reza.

"Ini bahaya, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Perusahaan itu selalu saja mengusik bisnis keluarga Luwin" Vera geram.

"Kalau begitu, apa saya bisa bertemu nona Naya?"

"Tunggu" kata Fisa yang berada tidak jauh dari mereka. Fisa diam-diam sudah mendengarkan percakapan mereka sejak tadi. "Kenapa bukan saya? Sebagai anak tertua di keluarga Luwin, bukankah saya yang lebih berhak menggantikan papa?"

"Siapa saja berhak, asal memenuhi dua syarat" kata Pak Reza.

"Apa syaratnya? Aku pasti bisa memenuhinya." kata Fisa congkak.

"Syarat yang pertama adalah dari keluarga Luwin, karena pemegang saham tertinggi adalah tuan Luwin. Syarat yang kedua adalah memiliki basic pengetahuan dibidang bisnis. Jika kedua syarat ini tidak bisa dipenuhi maka kursi direksi akan di tentukan dari hasil voting atau direktur utamalan yang memiliki peluang paling besar untuk menduduki kursi Direksi. Bagaimana, apa nona Fisa mau mencalonkan diri?"

Fisa mengeraskan rahangnya menahan emosi. Ia tidak punya kata-kata untuk melawan Pak Reza. Fisa lalu menghentakkan kakinya ke lantai dan pergi begitu saja.

Pak Reza lega dalam hati. Ia tau betul kalau nona Fisa akan melawannya, maka pak Reza menggunakan cara yang tidak bisa di bantah oleh nona Fisa. Cara cerdas.

"Ini masalah serius. Semoga Naya bisa membantu. Aku rasa dia sudah cukup belajar di luar negara."

"Apa sekarang saya sudah bis bertemu dengan nona Naya?"

"Ya, silakan duduk. Saya akan panggil Naya" kata Vera.

Beberapa saat kemudian Naya turun untuk menemui pak Reza. Naya sedikit gugup untuk mempelajari semuanya. Ia masih kurang percaya diri untuk menghadapi para dewan direksi besok.

Pak Reza cukup puas dengan kemampuan Naya. Naya mampu mempelajari dengan cepat. Ia juga bisa memberikan jawaban memuaskan dari beberapa soalan yang di berikan oleh pak Reza.

"Nona Naya, saya harap anda bisa mempertahankan posisi papa nona. Perusahaan akan dalam masalah besar jika kursi direksi sampai jatuh ke tangan Direktur utama, Tuan Juned bukan orang yang tepat. Dia sangat licik dan suka semena-mena terhadap bawahannya."

"Saya mengerti. Saya harap pak Reza tetap berada di dekat saya. Saya butuh banyak bantuan pak Reza."

"Siap. Saya akan selalu mendampingi Nona."

"Terima kasih, Pak Reza."

"Sama-sama. Sekarang nona Naya bisa istirahat. Siapkan diri anda untuk RUPS(Rapat Umjm Pemegang Saham) besok. Percaya diri. Nona Naya pasti bisa."

"Iya, Pak Reza."

***

Hari dimana RUPS diadakan telah tiba. Para pemegang saham mulai memenuhi kursi ruang rapat. Tiba saatnya pak Reza dan Naya memasuki ruang rapat tersebut. Para penghuni ruang rapat mulai berbisik-bisik satu sama lain.

Naya bersikap pantas di dampingi oleh Pak Reza. Naya menempati kursi papanya. Ia merasa gugup berada di kursi tersebut. Naya dapat merasakan wibawa papanya saat berada di kursi yang sedang ia duduki saat ini. Jika tidak malu dilihat oleh yang lain, pasti Naya sudah menumpahkan rasa harunya. Setelah beberapa pembahasan penting, tiba saatnya bagi Naya memperkenalkan diri dan menyampaikan visi misinya.

Pak Reza sempat tersenyum memberikan semangat kepada Naya sebelum ia berdiri.

"Saya Kanaya Putri Luwin, putri kedua keluarga Luwin. Saya menempuh pendidikan di UCLA (Universitas California- Los Angeles) fakultas bisnis."

"Wah ..."

Terdengar kekaguman para pemegang saham di ruangan tersebut yang kebanyakan sudah berusia paruhbaya.

"Ehem, meski dari Universitas ternama di luar negara. Tapi Anda belum mempunyai pengalaman. Saya rasa akan berat bagi anda memimpin perusahaan ini" tatapan Pak Juned mengintimidasi Naya. "Bagaimana bisa kita menyerahkan kepemimpinan penting perusahaan ini yang sedang berada di ujung tanduk kepada gadis muda ini?" katanya sinis. Jelas ia tidak suka dengan keberadaan Naya.

Naya mengepalkan tangannya, ia menahan emosinya yang hampir mencapai puncak. Ucapan pria dewasa ini begitu manis tapi menyimpan banyak racun mematikan yang mampu membuat luka tanpa menimbulkan darah.

"Saya punya ide brilian yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang pun di ruangan ini" kata Naya lantang memecah udara panas di ruangan rapat tersebut.

"Hahaha, gadis kecil yang berapi-api. Apa yang bisa dilakukan oleh gadis lemah sepertimu? Bermulut besar!" dua kalimat akhir diucapkan lirih oleh pak Juned, sengaja agar hanya Naya yang mendengarnya.

Naya semakin panas mendengar penekanan terus menerus dari mulut pria licik ini. Dia sangat pandang bersilat lidah. Ucapannya sukses membuat lawan bicaranya terbakar emosi.

Pak Reza cukup khawatir jika Naya sampai terbawa emosi. Hal tersebut dapat menurunkan penilaian para pemegang saham lainnya.

"Tenangkan diri Anda, jangan sampai terbawa emosi. Semua ucapannya sengaja dibuat seperti itu hanya untuk menciutkan nyali Nona Naya" bisik Pak Reza.

"Tapi, Pak ..."

"Sssttt, tenang" bisik Pak Reza.

Wow baru pertama ke perusahaan, Naya langsung mendapatkan serangan dari orang yang juga mengincar kedudukan pimpinan Direksi. Apa yang akan dilakukan Naya untuk mendapatkan posisi tersebut? mampukah Naya meyakinkan semua pemegang saham?