Chereads / Me Vs Your Identity / Chapter 16 - Masuk Asrama

Chapter 16 - Masuk Asrama

Sebenarnya Naya cukup takut jika nantinya Vera tidak mengizinkannya untuk mengikuti kompetisi tersebut, tapi Naya mempunyai alasan yang kuat kenapa ia harus diberi izin untuk mengikuti kompetisi tersebut. Ini semua menyangkut kepentingan perusahaan dan kelangsungan hidup keluarganya beserta seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan papanya.

Naya menarik nafas cukup panjang sebelum ia menjawab pertanyaan Mama Vera dan Kak Fisa.

"Untuk sebulan kedepan aku akan tinggal di asrama karena mengikuti kompetisi model yang diadakan oleh Mahardika fashion."

"Apa? Hahahha jangan mimpi! Mana mungkin kau lolos. Mending mengundurkan diri saja sebelum kau nanti memalukan nama keluarga" ledek Fisa.

"Benar, sebaiknya kamu mengundurkan diri saja, biarkan kakakmu Fisa yang mengikuti kompetisi ini" bela Vera.

"Tidak bisa begitu., Ma. Aku harus mengikuti kompetisi ini. Lagipula Aku sudah lolos audisi awal. Aku termasuk dalam 10 model yang akan mengikuti tahapan selanjutnya dan masuk karantina" jelas Naya.

"Apa? Tidak mungkin" Fisa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Apakah Kak Fisa tidak membaca daftar nama peserta yang lolos?" tanya Naya.

"Hah untuk apa aku membacanya? Managerku sudah mengurus segalanya. Sebagai model papan atas aku tidak perlu mengurusi hal-hal kecil seperti itu yang terpenting aku lolos dan aku akan memenangkan kompetisi tersebut. Lebih baik kamu mengundurkan diri sekarang daripada nanti kamu lebih kecewa saat melihat aku sebagai pemenangnya" kata Fisa sombong.

"Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, jadi sebaiknya jangan terlalu percaya diri. Karena aku pun mempunyai kesempatan yang sama."

"Hah tidak mungkin. Itik buruk rupa sepertimu tidak akan pernah menjadi bintang di langit. Kalau mimpi jangan ketinggian nanti sakit kalau jatuh" kata Fisa sombong.

"Aku tidak takut jatuh. Karena aku akan lebih sakit jika aku mundur sebelum mencobanya. Ma, tolong beri aku izin" pinta Naya.

"Jangan Ma, Aku bisa malu jika peserta lain tahu dia ini adikku. Reputasiku bisa turun."

"Kalian hanya perlu pura-pura tidak saling mengenal satu sama lain saat berada di dalam kompetisi tersebut. Jadi tidak ada yang perlu tahu jika kalian bersaudara" kata Putra membantu Naya.

"Tapi Ma, dia akan selalu menyusahkanku. Bagaimana aku bisa konsentrasi mengikuti kompetisi tersebut" kata Fisa manja, mengadu ke mamanya.

"Bagaimanapun juga aku harus mengikuti kompetisi itu Ma. Aku tidak dapat mengambil alih posisi papa di perusahaan jika aku tidak mampu membuktikan kepada dewan direksi, bahwa aku layak berada di tempat tersebut dan satu-satunya cara yang aku janjikan saat ini adalah untuk memenangkan kompetisi ini. Aku harus mendapatkan kembali kontrak kerjasama klien yang sempat diambil alih oleh Mahardika fashion. Jika mama sudah tidak peduli dengan posisi Papa di perusahaan, tentu Mama bisa melarangku untuk mengikuti kompetisi ini, tapi jika mama masih mengharapkan Papa menduduki posisinya di perusahaan maka izinkan Aku untuk mengikuti kompetisi ini dan aku berjanji akan mempertahankan kedudukan Papa di perusahaan" kata Naya coba meyakinkan mamanya.

Vera nampak memikirkan ucapan Naya, meskipun Vera begitu menyayangi Fisa, tapi dia tidak akan berpikir bodoh. Vera dapat mempertimbangkan baik buruk suatu tindakan, tentu untuk masalah ini Vera akan memberikan izin kepada Naya, karena menyangkut tentang perusahaan dan itu berarti juga menyangkut kelangsungan kehidupan keluarganya. Vera tidak ada pilihan lain, ia harus memberikan izin kepada Naya. Tidak ada salahnya memberikan kesempatan untuk anaknya yang lain. Mungkin ini akan menjadi bagus bagi Fisa, karena tentunya ia dapat dijadikan semangat bagi fisa untuk lebih mengasah ilmunya.

"Baiklah, mama akan memberimu izin." Kata Vera.

Naya merasa lega mendengarnya. Ia bersyukur bahwa mamanya tidak bersikeras untuk menahannya.

"Tapi Ma?! Fisa tidak suka dia mengikuti kompetisi ini."

"Kenapa? Kak Fisa takut kalah denganku?"

"Apa? Mustahil. Jangan harap. Aku tidak akan membiarkan itu sampai terjadi."

"Kalau begitu mari bersaing secara adil" tantang Naya.

"Benar kata Naya. Kalian bisa bersaing secara adil. Tapi Naya, pesan mama. Jangan mengganggu kakakmu selama mengikuti kompetisi. Dan berpura-puralah kalian tidak saling kenal. Biar Fisa bisa mengikuti kompetisi dengan tenang."

"Iya, Ma. Terima kasih untuk izinnya. Aku akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan dan keluarga kita."

"Iya. Jaga dirimu baik-baik. Maaf Mama tidak bisa membantu banyak untukmu. Mama harus berkonsentrasi pada Fisa."

Deg!

Ingin rasanya Naya melakukan protes, menjerit sekuat tenaga. kenapa Mama begitu tidak adil kepada dirinya tapi apa daya Naya. Semua akan menjadi sia-sia jika ia protes. Memang sejak kecil kak Fisa jadi anak kesayangan mama. Buktinya mama selalu menjaganya bagai kaca yang mudah pecah.

Entahlah, pernah Naya berpikir jika mungkin saja dirinya adalah anak tiri atau mungkin anak pungut. Tapi papa menyangkal hal tersebut. Papa yang kemudian memberinya penjelasan dengan sangat baik. Naya tidak pernah mau protes lagi. Biarlah mama seperti itu asalkan papa tetap menyayanginya. Bagaimana pun itu sudah cukup karena kasih sayang dari papanya sangat besar untuk dirinya, membuat Naya tidak pernah kehausan kasih sayang.

"Tidak masalah, Ma. Aku bisa minta tolong Pak Reza untuk mengurus keperluanku dan perusahaan juga akan tetap berjalan dengan adanya Pak Reza sebagai wakil ku di perusahaan. Mama tidak perlu mencemaskan Diriku. Mama bisa tenang mengurus keperluan kak Fisa" kata Naya tegar, ia menyembunyikan kegetiran hatinya jauh didalam lubuk hatinya.

"Bagus."

"Kalau begitu aku berangkat sekarang."

Fisa tidak lagi menahan Naya. Ia membiarkan Naya pergi dengan tatapan merendahkan. Fisa sepertinya begitu meremehkan keahlian Naya. Fisa memang model yang cukup bagus karirnya saat ini, kemampuannya juga tidak bisa diremehkan tapi seahli apapun orang itu jika dia tidak hati-hati atau jika dia terlena maka kesialan bisa saja menimpanya. Tidak ada yang akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti jadi jangan remehkan apapun dan selalu waspada agar dapat mencapai apa yang diinginkan. Kerja keras tidak akan pernah menghianati hasil.

Naya menuju ke Asrama diantar oleh Putra. Putra terlihat berat untuk berpisah dwngan Naya. Tapi dia tidak boleh egois. Ini semua untuk kebaikan Naya. Naya sedang berjuang untuk papanya. Putra harus mendukungnya bukan malah menghalang-halangi kerja keras Naya.

Seorang penjaga menghentikan Putra. Ia hanya diperkenankan mengantar sampai pintu gerbang.

"Jaga diri baik-baik. Makan yang teratur, jaga kesehatan dan istirahat yang cukup. Lo bisa hubungi gue kapan pun lo mau. Gue selalu siap untuk lo."

"Iya, makasih ya? Gue masuk dulu."

"Nay" Putra meraih pergelangan tangan Naya.

"Apa?"

Putra memandang lekat-lekat mata indah Naya. Mendekatkan tubuhnya.

"Gue akan merindukan lo" katanya lembut sambil mengusap pipi Naya. "Jaga diri baik-baik, ok?" Putra mengusap lembut puncak kepala Naya.

Owh, Putra sweet ...