Naya mempercepat langkah kaki begitu mengetahui pria yang ada di hadapannya menghentikan langkah kakinya.
"Tunggu" kata Naya sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
Pria tersebut hanya bergeming di tempatnya. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan langkah kakinya tanpa menoleh ke belakang.
"Abi, tunggu!" pekik Naya.
Pria tersebut akhirnya membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Naya . Naya membulatkan matanya, ia nyaris menghambur dalam pelukan pria tersebut. Mata Naya berbinar menatap pria yang sudah lama ia cari. Akhirnya pertemuan pun terjadi. Batin Naya.
"Abi, itukah lo?" kata Naya sengan suara bergetar.
"Ya, Aku Abi. Abimanyu Mahardika" katanya sengaja memberi jeda, untuk memberi kesempatan kepada Naya mengapreasiasikan perasaannya yang sesungguhnya.
Naya membekap mulutnya, benar pria ini Abi, sahabatnya sekaligus orang yang ia sukai sejak lima tahun lalu. Tunggu, Naya lalu mengeryitkan keningnya. Naya menyadari ada hal yang janggal. Abimanyu Mahardika? Kenapa nama belakangnya berbeda? Tapi gue yakin, ini Abi yang gue kenal.
"Kamu siapa? Kenapa memanggilku?" tanyanya kemudian.
"Apa?!" Naya nyaris tak mempercayai pendengarannya.
Abi tindak mengenali gue? Bagaimana bisa? Apa yang telah terjadi? Ah aku tau, mungkin dia tidak mengenaliku karena perubahan penampilanku yang sangat berbeda dengan dulu. Ya, pasti karena penampilanku yang sudah berubah.
"Benarkah lo nggak ngenalin gue? Gue Naya, sahabat lo masa putih abu-abu dulu. Ya, gue memang sudah berubah. Bukan lagi si itik buruk rupa" jelas Naya dengan senyuman.
"Maaf, aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi. Mungkin Anda salah orang" katanya sambil lalu.
"Tunggu! Aku belum selesai. Dengarkan Aku dulu" kata Naya sambil menahan lengan Abi.
"Maaf Nona, sebaiknya Anda tidak menggangguku. Atau, perlu aku panggilkan security?" katanya tidak main-main.
Seketika senyuman di bibir Naya memudar. Ia dibuat terkejut dengan ucapan pria di hadapannya itu. Abi menarik paksa lengannya, melepaskan diri dari cengkraman tangan Naya yang mulai mengendur.
Tidak mungkin! Naya menatap kepergian Abi dengan pandangan sedih. Naya kecewa dengan sikap Abi. Naya yakin jika itu Abi yang ia kenal sejak bertahun-tahun lalu. Meski nama belakang mereka berbeda, tapi Naya yakin jika itu Abi yang dia kenal. Semua bagian dari diri Abi tadi tidak banyak perubahan. Hanya penampilan dan cara berpakaiannya yang sudah berubah. Sebenarnya apa yang terjadi pada Abi? Kenapa dia bersikap seperti itu kepadaku? Apa sesuatu telah terjadi dalam empat tahun terakhir? Ataukah mungkin Abi hilang ingatan? Tapi kenapa? Aku harus cari tau. Kata Naya dalam hati. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
"Wow hebat. Lihat siapa ini? Owh, habis gaet ketua sekarang ia gaet tuan Muda Mahardika? Tidak di sangka-sangka kan?" Fisa kembali memberikan tekanan demi tekanan kepada Naya.
"Iya, nggak nyangka. Aku pun awalnya tertipu dengan wajah sok polosnya itu."
"Akupun tidak menyangka dia akan selicik ini."
"Hemm, benarkan kataku. Kalian harus hati-hati dengan gadis satu ini. Yang ada kalian nanti hanya diperalat olehnya" Fisa semakin menabur garam.
"Cukup! Lo sudah keterlaluan. Berhenti menjelek-jelekkan ku" protes Naya.
"Kok jadi kamu yang marah? Serem amat" kata Fisa dengan nada menyebalkan.
"Iya, nggak nyangka ya? Naya bisa seperti ini."
"Percuma." Naya membelah mereka yang menghalangi jalan.
"Tuh lihat, pergi kan dia? Hahaha. Dasar mental tempe, baru segitu saja langsung pergi."
"Iya benar katamu. Aku akan lebih mempercayaimu mulai sekarang." Kata rekan-rekannya sesama peserta kompetisi.
Duh dasar ya? Kalau bakatnya jadi netizen ya cuma kata-kata dan pikiran negatif yang akan selalu di produksi. Kamu harus kuat Naya.
Naya kembali ke tengah ruang pesta, hatinya tidak tenang. Ia terus mencari sosok Abi yang ia temui tadi. Naya berencana untuk mengklarifikasi rasa penasarannya. Para tamu masih saling mengakrabkan diri dengan tamu yang lain. Hanya Naya seorang yang berdiri sendirian sambil terus mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan.
Fisa dan gang barunya berdiri membentuk kelompok sambil mengobrol. Fisa tidak membuang kesempatan, ia melancarkan aksinya untuk mensekati beberapa orang yang nampak berpengaruh. Fisa juga sekaligus menunjukkan keprofesionalannya sebagai model top. Fisa memang wanita yang suka akan pujian. Sehingga dimanapun dia berada, ia akan selalu mencuri perhatian. Malam ini, ia berhasil mendekati beberapa manager perusahaan Mahardika Group. Tentu saja Fisa mudah mendapatkan hati para manager tersebut karena mereka memang para pria hidung belang yang langsung tertarik dengan paras cantik Fisa.
Naya tidak peduli dengan apa yang dilakukan Fisa. Fokusnya malam ini hanya pada sosok Abi, yang sukses menggelitik rasa penasarannya karena tidak mengenalinya sebagai gadis yang pernah dekat dengan Abi.
Hingga acara berakhir, Abi tidak terlihat. Naya gagal untuk melampiaskan rasa penasarannya. Naya tidak dapat jawaban dari kegudahan hatinya. Naya kembali ke asrama bersama rombongan peserta lainnya. Naya masuk ke kamar pribadinya dengan rasa kecewa. Semua pikiran tentang Abi kembali bergelayut manja di benaknya. Puas Naya membayangkan kembali pertemuannya dengan Abi malam ini. Naya akhirnya tertidur karena keletihan, bahkan ia belum sempat mengganti pakaiannya.
Naya terbangun di pagi hari. Tubuhnya memulai rutinitas pagi hari dengan tak bersemangat. Naya menggosok giginya smbil memandang pantulan gambar dirinya di cermin.
Abi, lo benar-benar sudah melupakan gue? Sama sekali tidak mengingat gue atau lo sengaja ingin melupakan gue? Jika benar itu yang terjadi sekarang, betapa bodohnya diri gue yang begitu bergembira saat melihat lo lagi. Lebih bodohnya lagi karena gue masih menjaga perasaan ini sampai sekarang. Hah! Padahal lo sudah begitu tega melukai hati gue empat tahun silam. Kata Naya dalam hati.
"Sial!" umpat Naya.
Naya menumpukan sikunya di tepi wastafel, kedua tangannya meyangga dahinya. Kepala Naya tertunduk. Naya merasa amat kecewa.
Gue benar-benar ngerasa seperti seorang pecundang yang tidak mau menerima kenyataan. Bisa-bisanya gue masih mengharapkannya. Padahal jika benar dia adalah pimpinan Mahardika Fashion, itu berarti dialah orang yang telah menyebabkan kehancuran perusahaan papa. Itu juga berarti dia sumber mala petaka di keluargaku. Sebab dialah, papa masih terbaring dalam keadaan koma di Rumah Sakit.
Naya lalu mengangkat wajahnya setelah beberapa saat termenung. Naya menatap wajahnya yang terlihat di cermin. Menyedihkan. Naya merasa menjadi orang paling menyedihkan!
Rahang Naya mengeras lalu ia menyalakan kran air, menampung cukup air menggunakan kedua telapak tangannya lalu membasuh asal wajahnya. Cukup lama hingga nafasnya terengah-engah menahan kesal. Naya menatap kembali ke cermin. Tatapannya tajam menusuk. Pandangan penuh kebencian.
Akankah Naya kemudian membenci Abi tanpa mencari tau kebenarannya? Ataukah dia berusaha menuntut penjelasan kepada Abi? Jika kalian menjadi Naya, pilihan mana yang akan diambil?
Sedangkan bukti-bukti yang ada sudah mengarah tentang keburukan Abi.