Panggilan telpon pun berdering di ponsel gadis cantik yang sedang sibuk memilih gaun pengantin di sebuah butik yang berada di salah satu kota Jakarta.
Wajahnya begitu bahagia, karena dua Minggu lagi dia akan menikah dengan pria yang paling dia cintai yaitu Arkana Alvaro. Mereka sudah lama menjalin hubungan semenjak duduk dibangku kuliah. Lima tahun mereka menjalin hubungan dan itu bukanlah waktu yang sebentar, membuat cinta Nindya untuk Arkana begitu dalam, bisa dikatakan dengan nama 'cinta sejati.'
Nindya yang sedang mencoba gaun pengantinnya begitu gembira dan sinar kebahagiaan pun terpancar dimatanya.
Hari ini dia pergi terlebih dahulu ke butik itu, karena Arkana ada sedikit urusan di kantornya, sehingga dia akan menyusul Nindya nanti setelah semua urusan kantornya telah selesai.
Nindya yang tersenyum sendiri di depan cermin sambil menggunakan gaun pengantinnya, dia terkejut saat melihat ponselnya yang terus berdering.
Nindya mengangkat telpon itu dan menjawab, "Hallo."
suara diseberang telpon itu terdengar panik dan menjawab, "Nindya, kamu dimana? " ucap seorang wanita paruh baya dan itu adalah Nanny, dia adalah ibunya Nindya.
Nindya pun tersenyum dan dia pun menjawab, "Aku sedang ada di butik ma! sedang fitting baju pengantin. Mama kenapa terdengar sangat panik, memangnya ada apa ma?" tanya Nindya.
Nanny terdengar semakin panik, dia bingung harus mengatakan apa.
Sambil menghela nafas panjang, Nanny mencoba memberanikan diri untuk bicara.
"Arkana, Dya! dia mengalami sebuah kecelakaan! Dia sekarang berada di rumah sakit, ayo cepat kamu harus segera kesana!" Ucap Nanny yang sudah sangat panik.
Nindya pun terkejut, tiba-tiba kakinya dan seluruh tubuhnya merasa kaku dan lututnya terasa lemas hingga tanpa Nindya sadari dia pun jatuh terduduk diatas lantai. Air mata Nindya pun mulai meleleh di pipinya. Sally sahabat Nindya, dia yang sedang menemani Nindya untuk fitting baju pun masuk ke dalam ruang ganti Nindya. dengan wajah gembira, dia pun berkata, "Dya, kamu sudah selesai apa belum?" tanya Sally, yang saat ini, dia berjalan masuk untuk menemui Nindya. Namun saat melihat Nindya yang menangis dan terduduk lemas. Wajah gembira Sally pun langsung menghilang. Dia pun segera memeluk Nindya dan bertanya, "Ada apa?"
Nindya memeluk Sally dengan erat sambil menangis, Nindya pun menjawab, "hiks ... hiks ... hiks, Ar ... Ar ... kecelakaan," ucap Nindya, Air mata pun mengalir dari sudut matanya.
Sally mengusap pundak sahabatnya dan dia langsung berteriak saat itu juga.
"Apa! Lalu bagaimana dengan keadaan Ar sekarang? Dya, ayo kita ke rumah sakit sekarang. mudah-mudahan Arkana baik-baik saja disana," ucap Sally, dia pun membantu Nindya bangun dan dengan sigap membantu Nindya untuk berganti pakaian ke pakaian biasanya. Nindya pun segera menghapus riasannya dan pergi meninggalkan butik itu dan menuju rumah sakit, perasaan khawatir dan berharap Arkana baik-baik saja.
Sepanjang jalan Nindya terus berdoa agar Arkana baik-baik saja dan tidak ada hal yang serius terjadi padanya.
Namun, firasat di dalam hatinya mengatakan jika Arkana sedang dalam kesulitan.
banyak perang pendapat dan dugaan-dugaan di dalam hatinya. Tapi, Nindya terus berusaha untuk tetap berfikir positif. Menegaskan hatinya jika Arkana akan baik-baik saja.
Perjalanan yang hanya menghabiskan waktu setengah jam, berbeda dengan perasaan Nindya yang merasa perjalanan itu terasa panjang dan tidak sabar lagi ingin segera sampai di Rumah sakit.
Sally memeluk Nindya dengan lembut. Dia berusaha menenagkan hati sahabatnya yang sudah sangat resah.
"Dya kamu harus sabar, kamu harus berdoa agar keadaan Ar disana baik-baik saja. Kalian kan akan segera menikah dan hidup bahagia. Jadi jangan sedih lagi ya!" ucap Sally, dia berusaha menenangkan Nindya yang sedang sedih.
Nindya mengangguk lemah dan Menjawab, "Iya Sal, terima kasih ya. Terima kasih karena sudah menjadi sahabat aku bersama Fera. kalian berdua adalah teman terbaik aku," ucap Nindya dengan ekspresi tersenyum dan banyak noda air mata di wajahnya.
tidak lama kemudian mereka pun sampai di depan pintu rumah sakit.