Di dalam sebuah kamar mewah nan megah, Leonardo De Monte atau kerap dipanggil Leo tengah bercermin dengan senyuman lebar. Di usianya yang tak muda yakni, 50 tahun lebih Leo melakukan hal yang mungkin segan dilakukan oleh orang yang memiliki umur sama dengannya. Tetapi dia mempunyai alasan yaitu hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya bersama sang istri dan Leo tentunya akan berpenampilan sebaik mungkin. "Papa!"
Suara itu diikuti dengan kenop pintu terbuka. Tampaklah sosok gadis manis tersenyum ke arah Leo. "Wah Papa terlihat tampan sekali pada hari ini, aku yakin Mama pasti akan senang melihat Papa dengan penampilanmu." Leo terkekeh.
"Bisa saja kamu." Keduanya tertawa berbarengan sesaat sebelum Leo mengisyaratkan agar putrinya bernama Aikara De Monte yang sering dipanggil Kara agar berhenti tertawa.
"Jadi apa kita harus.." Leo dengan cepat memberikan gelengan.
"Ayo kita pergi ke perusahaan, Papa harus selesaikan dulu pekerjaan penting." Kara mengerti dan langsung bergerak keluar meninggalkan Leo yang kembali melihat pantulannya pada cermin.
Tak terasa sudah lebih dari 20 tahun, Leo telah menikah dengan seorang wanita yang membuat hidupnya berubah. Dari yang menjadi seorang playboy kini menjadi seorang pria dewasa yang mampu menjadi pemimpin baik dalam perusahaan mau pun keluarga.
Suara klakson menyadarkan Leo dalam lamunan, dia pun keluar dari rumah menghampiri mobil di mana Kara telah menunggunya. "Apa Papa ingin mengemudi?" Leo menggeleng.
"Kamu saja Kara." Gadis berumur 20 tahun tersebut tersenyum dan langsung memasuki kursi pengemudi sedang Leo duduk dibelakang layaknya seorang bos. Dalam perjalanan, Leo sibuk melamun memikirkan apa yang terjadi di masa lampau ketika dia belum bertemu dengan sang istri.
Saat itu sebenarnya Leo telah menikah bahkan telah dua kali, sayangnya kedua pernikahan itu tak berlangsung lama. Wanita pertama yang dia nikahi adalah Emily, sosok wanita yang lemah lembut dan baik hati. Sayangnya, setelah menjalani rumah tangga selama setahun keduanya menyadari ketidakcocokan di antara mereka, jadi mereka memutuskan untuk berpisah. Tanpa adanya anak, perceraian mereka berjalan lancar.
Pernikahan kedua mungkin paling buruk dalam kehidupan Leo ketika dia menikahi seorang wanita yang suka dengan material dan ketampanannya saja. Wanita yang menorehkan luka yang cukup membesar itu adalah Cindy, wanita yang sangat jauh berbeda dari Emily. Mungkin semua sifat buruk berada di dalam diri Cindy dan sampai sekarang Leo masih berpikir bagaimana bisa dia menikahi wanita yang seburuk itu?
Bukan tanpa sebab, dulu Leo pernah kecelakaan yang sangat parah.
⭐⭐⭐⭐
Beberapa tahun yang silam, ketika itu Leo sibuk mengemudi di jalanan dalam keadaan hujan deras. Leo terus merutuk sepanjang mengemudi itu, kalau begini jadinya Leo seharusnya pulang lebih awal. Masih kesal, ponsel Leo berbunyi menghasilkan decakan kesal keluar dari mulut pria itu.
"Siapa sih yang menelepon?" Leo buru-buru mengambil headphone dan dimasukkan ke dalam telinganya. "Halo,"
"Halo sayang, kau ada di mana sekarang? Aku tak sabar nih terima kalung mewah yang kau janjikan itu."
"Iya Cindy sabar, aku dalam perjalanan pulang."
"Aku tunggu ya." Telepon dimatikan menciptakan dengusan dari Leo. "Dasar wanita matre." cacinya.
Suara klakson dari sebuah bus menghentikan omelan Leo dan langsung membanting stir dikarenakan menghindari tabrakan. Alhasil mobil mewah Leo menabrak garis pembatas dan rangsek parah.
Leo merasakan tubuhnya mati rasa disertai pusing dan dengungan. Kepalanya terluka dan darahnya merembes ke wajah. Bukan itu saja, serpihan kaca mobil yang banyak berada di sebagian wajah Leo dan lagi-lagi luka tersebut menguncurkan cairan merah segar. Pria itu pun pingsan dengan kondisi yang amat buruk.
Entah sudah berapa hari yang dilewati oleh Leo yang jelas ketika dia terbangun, semua keluarga berada di sampingnya kecuali sang istri, Cindy. Leo langsung bertanya di mana Cindy namun yang didapatkan adalah jawaban yang tak mengenakan hati.
Ibu Leo sendiri yang mengatakan jawaban itu keluar dari mulut istri keduanya. Cindy mengatakan bahwa dia ogah sekali menemui Leo, terlebih begitu mendengar deskripsi kondisi Leo yang terbilang cukup mengerikan bagi Cindy dan malah meminta cerai.
Hati Leo serasa hancur berkeping-keping, dia telah melakukan apa pun untuk membuat Cindy bahagia meski dia tak pernah mencintai Cindy, tetapi inilah yang didapatkan oleh Leo?! Sungguh ironis!
Selama beberapa bulan terbaring di rumah sakit dan pulih meski luka di sebagian wajahnya tak bisa disembuhkan, Leo akhirnya pulang ke rumah namun karena hatinya terluka Leo menjadi tertutup dan akhirnya menyendiri di kamar. Melihat itu Adam, kakek Leo tak tega dan berniat mencari jodoh untuk sang cucu.
Nyatanya semua wanita yang hendak dijodohkan dengan Leo menolak setelah melihat kondisi Leo. Kebanyakan mereka beralasan bahwa tak menginginkan Leo yang cacat wajah menjadi suami mereka dan alasan lainnya hingga Leo berada di satu kesimpulan yang salah bahwa semua wanita sama saja.
Mereka hanya melihat material atau pun kesempurnaan seseorang dan jika salah satunya kurang maka mereka dengan mudahnya meninggalkan pria itu. "Sudahlah kakek, biarkan aku sendiri. Aku muak dengan ucapan mereka dan aku tak ingin melihat mereka lagi!" hardik Leo.
"Tapi Leo, jangan menyerah. Kakek yakin ada seorang gadis yang menyukaimu apa adanya dan begitu juga kau." kata Adam ingin memberikan semangat.
"Tidak kakek! Aku sudah ditolak 25 kali kakek! Wanita itu sama saja, mereka hanya akan menyukai pria ketika pria itu tampan dan kaya, sedang yang tak sempurna mereka tidak akan melirik!" sahut Leo keras kepala.