Naya nampak menghela nafas, ia membuang semua rasa kesalnya itu. Lalu menarik nafas panjang sebelum berkata lagi.
"Tong kosong biasanya berbunyi nyaring. Saya tidak akan banyak bicara. Saya hanya perlu mendapatkan kesempatan dari para pemegang saham yang terhormat dan saya akan buktikan jika saya layak berada di sini" kata Naya lantang penuh percaya diri.
Bocah sialan! Beraninya dia menyindirku. Lihat saja, aku akan segera mendepakmu keluar dari perusahaan ini. Rupanya bukan hanya tua bangka itu, tapi bocah ini juga tidak kalah menyebalkan. Dasar pengganggu! Gerutu Pak Juned dalam hati.
"Hahaha, rupanya Anda cukup berani. Tapi sebaiknya Anda jangan main-main. Ini menyangkut kehidupan banyak karyawan di perusahaan. Akan terasa sakit saat Anda jatuh, maka saya sarankan ... sebelum itu terjadi sebaiknya Anda berbalik arah. Saya rasa Anda tidak akan lupa di mana pintu keluar yang tadi sudah Anda lalui untuk masuk ke ruangan ini" kata Pak Juned dwngan nada sinisnya.
"Terima kasih Pak Juned, Anda begitu perhatian kepada saya sejak tadi. Tapi saya tidak akan mundur, maaf jika membuat Anda kecewa" balas Naya.
"KAU!" gertak Pak Juned. Ia lalu membuang nafas berat dan mengalihkan pandangan ke arah para pemegang saham yang lain. "Saya tidak akan membiarkan saham saya berada di tangan gadis ini yang miskin pengalaman. Lebih baik lakukan voting untuk para tetua yang sudah lama mengabdi di perusahaan ini saja" kata Pak Juned mempengaruhi yang lain.
Ruang rapat sedikit gaduh tak terkendali, beberapa dari mereka saling berdiskusi satu sama lain. Sepertinya mereka sedang mempertimbangkan posisi Naya di perusahaan. Beberapa dari pemegang saham yang hadir setuju dengan usulan Pak Juned. Mereka meminta diadakan voting untuk para tetua yang sudah lama mengabdi kepada perusahaan. Mereka pikir bahwa para ketua yang dipilih itu jauh lebih berpengalaman daripada Naya. Semua orang merasa cemas karena perusahaan sedang di ambang kehancuran dan mereka merasa perlu memiliki seorang pemimpin yang benar-benar mampu membawa mereka kembali ke zona aman.
"Lakukan voting saja."
"Saya setuju dengan kata Pak Juned. Terlalu beresiko memberikan tanggung jawab besar ini kepada gadis tanpa pengalaman sepertinya."
"Ya, voting saja."
Para pemegang saham memberikan pendapat mereka. Beberapa diantaranya sudah termakan kata-kata Pak Juned.
"Minta perhatiannya!" Pinta Pak Reza menertibkan kekacauan yang terjadi. Pak Reza baru melanjutkan ucapannya setelah semua peserta rapat diam.
"Tidakkah kalian mempunyai rasa hormat sedikit saja kepada putri dari ketua yang selama ini begitu bijaksana memimpin perusahaan sehingga bisa berada dalam posisi kejayaan? Dan kalian sudah menikmati hasilnya beberapa tahun terakhir. Jadi, kenapa kalian begitu cepat mengambil kesimpulan sebelum mendengarkan apa rencana dari Nona Naya ini. Bukankah ketua selalu berkata jangan meremehkan seekor semut sekalipun, jika ia nyatanya bisa menumbangkan seekor gajah? Tidak ada yang tahu betapa besar kekuatan yang berada di dalam, yang tidak bisa hanya di nilai dengan kedua mata kita. Apa kalian ingat dengan kaliamat tersebut? Ketua sedang dirawat sekarang, itu semua terjadi karena beliau memperjuangkan nasib kita semua. Apa sekarang, kalian tidak mau meluangkan sedikit waktu untuk mendengarkan rencana nona Naya? Setelah Nona Naya menjelaskan rencananya, kalian boleh berpendapat lagi." kata Pak Reza yang membuat semua penghuni ruang rapat berpikir ulang.
Pak Reza juga tidak kalah disegani oleh para pemegang saham lainnya. Walau hanya sekedar asisten Tuan Luwin, tapi Pak Reza juga merupakan salah satu pemegang saham yang juga berhak mengeluarkan pendapatnya dalam rapat tersebut.
"Ya benar."
"Ada benarnya juga kata Pak Reza."
"Baiklah kita dengarkan dulu rencananya."
"Iya, sebaiknya kita beri kesempatan dia untuk bicara."
"Benar, kata Pak Reza. Saya jadi teringat Tuan Luwin"
Pak Juned tidak dapat bersuara, ia hanya duduk diam di kursinya. Pak Juned hanya bisa berharap, semoga para pemegang saham banyak yang memihak kepada dirinya. Tatapan pak Juned masih menyebalkan menanti Naya menjelaskan rencananya.
"Terima kasih atas kesempatannya, langsung saja saya akan menjelaskan rencana singkat saya untuk merebut kembali para investor dan desainer yang sempat berbelok arah" Naya menghentikan sesaat kata-katanya untuk melihat reaksi dari para pemegang saham. Ia menarik nafas panjang sebelum melanjutkannya kembali.
"Sebentar lagi perusahaan Mahardika Fashion akan melakukan sebuah kompetisi untuk mencari model terbaik sebagai model iklan dalam brand terbaru mereka. Saya berencana untuk mengikuti kompetisi tersebut dalam waktu yang bersamaan saya akan menyelidiki sistem kerja di perusahaan Mahardika fashion sekaligus saya mencari informasi sebanyak-banyaknya, agar bisa membalas perlakuan perusahaan tersebut. Jika saya terpilih menjadi model terbaik itu artinya juga akan membawa peluang besar kepada perusahaan kita untuk bangkit lagi. Tentunya dari acara tersebut saya akan mampu menarik perhatian para investor besar. Bukankah kompetisi ini digelar secara besar-besaran? Tentu saja beribu-ribu pasang mata penikmat Fashion akan menyimak acara tersebut. Itu artinya?" Naya diam sejenak. "Kalian pasti tau endingnya, perusahaan tempat saya bekerja nanti akan turut menjadi sorotan."
"Wah ..."
Penjelasan Naya disambutan riuh tepuk tangan dari para pemegang saham. Mereka tersenyum puas dengan rencana Naya. Memeng benar yang dikatakannya di awal jika tidak ada seorangpun dari peserta rapat, selain Naya yang mampu melakukan tugas ini. Itu karena para pemegang saham adalah para pria paruhbaya yang tidak mungkin mengikuti kompetisi tersebut untuk menyelamatkan perusahaan dari kehancuran.
"Saya setuju, itu ide bagus untuk dapat bangkit dalam waktu singkat" kata salah satu pemegang saham.
"Ya, saya juga setuju."
"Ini baru cara yang benar, kita sekaligus bisa membalas perbuatan perusahaan Mahardika Fashion."
"Hebat, Aku bahkan tidak terpikirkan tentang cara ini."
"Baiklah, apa kalian sekarang setuju untuk memberi nona Kanaya kesempatan? Silakan tunjuk tangan jika setuju" pinta Pak Reza.
Para peserta rapat segera mengangkat tangan mereka sebagai tanda setuju. Hanya tinggal satu dua orang yang terlihat ragu mengangkat tangan dan akhirnya mengangkat tangannya juga.
Air muka Pak Juned mendadak mendung, ia terlihat marah menerima kenyataan ini. Dia kalah oleh anak muda yang belum berpengalaman.
Semua orang bertepuk tangan menyambut ketua direksi yang baru. Para pemegang saham telah mengambil keputusan untuk memberi Naya kesempatan. Naya di tunjuk sebagai Ketua dewan Direksi yang memegang kendali perusahaan.
"Terima kasih atas kepercayaannya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin" Naya membungkukkan tubuhnya, memberi penghormatan kepada para pemegang saham yang telah mendukungnya.
Pak Reza tersenyum banggga, melihat usaha Nona Naya. Dalam hatinya, pak Reza berdecak kagum. Tuan Luwin pasti bangga jika melihat semua ini. Pencapaian pertama Naya, mendapatkan kepercayaan dari para pemegang saham.
"Sebelumnya saya mau memutuskan satu hal" kata Naya, membuat seisi ruang rapat bertanya-tanya.
Apa keputusan Naya selanjutnya?