Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

PRIME IREN : Hilang

deysyoon
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19.5k
Views
Synopsis
Iren Scott, gadis 20 tahun itu jatuh dari helikopter sekolahnya di suatu pulau yang tak diketahui karena diserang oleh penduduk suku primitif. Karena tugas penelitian sekolahnya, Iren kehilangan kontak dari semua orang terdekatnya, termasuk Balen dan juga Orangtuanya. Dari lubuk hati Iren, dirinya bersyukur karena ia masih bisa bernafas diantara orang-orang suku yang terlihat tak bersahabat. Sampai dia bertemu Max, lelaki yang membuat hari-hari Iren menjadi lebih cerah, meskipun dia tidak menjamin hidup Iren bisa kembali seperti sedia kala.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab. 1 --Prologue

Dia adalah Iren, anak terpandai Universitas Foxward di negara nya. Iren tak begitu berada jadi ia mendapat beasiswa dari kepandaiannya.

Iren suka meneliti, untuk itu ia mengambil jurusan jurnalistik. Orangtuanya pun tidak melarang dirinya dan membebaskan Iren untuk berkembang di dunia luas.

Jurnalistik bagi Iren adalah hobi serta cinta pertama. Iren sangat suka meneliti sejak kecil, sejak ia mendapat kaca pembesar dari neneknya. Iren juga sering mengikuti kegiatan sosial universitas nya untuk menambah nilai keterampilan.

Bahkan Iren pernah ditugaskan untuk meneliti anak anak kurang gizi di Afrika. Gadis berusia 20 tahun itu sangat lincah, ia akan gerah jika hanya berdiam diri dan bersantai di kamarnya yang pengap.

Iren juga sudah beberapa kali keliling USA menaiki helikopter milik Foxward university, para dosen juga mendukung cita-cita Iren menjadi peneliti internasional. Memang agak membuat iri orang disekitar Iren, maka dari itu banyak sekali orang yang dengan sengaja ingin menjatuhkan gadis polos itu.

"Hai Iren! dosen meminta mu untuk mendaftar kegiatan meneliti pulau terpencil" Sapa Lee tiba-tiba ketika Iren sedang membaca sebuah buku.

"Oke.. aku akan segera mendaftar" Balas Iren, matanya berbinar-binar seketika. Selain menyukai meneliti, Iren juga sangat suka traveling dan mempelajari hal baru.

"Tunggu Lee, apa kau juga hendak mendaftar?" Tanya Iren.

"Tentu, aku sangat suka meneliti" Balas Lee menekankan setiap kata, sudah biasa.

"Selamat siang, Bu Beth" Sapa Iren setelah sampai diruang Bu Beth, dosen khusus Jurnalistik, Iren menunduk sebentar.

"Akhirnya... Aku sudah menunggu mu dari tadi, Iren " Balas Bu Beth terlihat mempersilahkan salah satu anak didiknya untuk duduk di kursi seberangnya.

"Ini, tinggal isi formulir saja, nanti saya yang akan mengirimkan ke pusat" Bu Beth memberikan selembar kertas dan pulpen untuk Iren.

Sebagai balasan, Iren hanya mengangguk paham.

Gadis itu berjalan keluar membawa kertas dan mengisi formulir di dinding sebagai tatakan.

Setelah selesai, Iren kembali masuk keruangan dan memberikan formulir tadi.

"Kegiatan ini dilaksanakan pekan depan, jangan lupa siapkan barang-barang mu ya, Iren" Jawab Bu Beth setelah Iren mengumpulkan formulirnya.

Iren mengangguk dan berjalan kembali ke kelasnya.

Hufttt.. meskipun Iren sudah sering bertemu dengan para dosen, tapi ia tetap saja takut ketika melihat mereka.

"Kenapa, Ren?" Balen, teman sebangku Iren langsung bingung setelah melihat kawannya melamun.

"Hei!" Balen berteriak akhirnya karena Iren tak kunjung membalas perkataannya.

"Balen! Ada apa?" Balas gadis itu, sedikit kesal karena Balen berteriak sehingga membuat seisi kelas menatap mereka.

"Seharusnya aku yang bertanya, kamu kenapa?" Ulang Balen, ia juga kesal, tapi mereka berdua kan sahabat.

"Tidak ada apa-apa" Jawab Iren membuat Balen penasaran.

"Ah sudahlah, apa kamu ikut praktik penelitian pekan depan, Balen?" Iren mengalihkan pembicaraan.

"Aku... Tidak Ren, maaf" Balas Balen membuat Iren mempoutkan bibirnya.

"Kenapa?" Iren tiba-tiba mendekati Balen.

"Aku harus mengikuti urusan bisnis ayahku" sahutnya.

"Sepenting itu ya? Lalu aku bagaimana? Aku pasti akan sendirian Balen" Iren semakin mempoutkan bibirnya, sedih karena Balen tidak mau mengikuti kegiatan yang diikutinya.

Sebenarnya, Balen dan Iren sudah berteman sejak tahun pertama kuliah, Balen adalah lelaki. Karena sifat Iren yang introvert, dia jarang mendapat teman, Tapi entah kenapa Balen mau berteman dengannya.

"Maafkan aku" Balen akhirnya merangkul Iren. Sejauh ini, Iren tidak pernah risih meskipun sangat dekat dengan Balen padahal Balen adalah pria, apakah mungkin Iren tidak menganggap Balen sebagai pria? Itu pun belum jelas kenapa.

"Aku akan benar-benar sendiri, Balen" Ulang Iren, ia berharap Balen akan tetap bersama dirinya. Sejak praktik yang pertama, Balen selalu menemani gadis itu, kadang dia juga yang mengemas perlengkapan Iren dirumah Iren. Orangtua Iren juga tidak masalah jika Balen bermain ke rumahnya, bahkan masuk ke kamar Iren sekalipun.

"Aku akan mengemaskan peralatanmu, setelah kuliah aku akan kerumahmu, langsung!" Balas Balen membuat Iren masih malas. Tapi gadis itu mengangguk.

Tiba-tiba Balen memegang pundak Iren menggunakan kedua tangannya lalu mengarahkan tubuh gadis itu kearahnya, Balen memainkan pipi Iren dihadapan semua orang dikelasnya membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian, tapi itu juga sudah biasa.

"Sakit" Ucap Iren. Balen menyudahi, ia langsung merangkul Iren lagi. Iren pun menyenderkan kepalanya di tubuh Balen. Mereka berdua benar-benar seperti orang pacaran.

"Oke Balen, sekarang kamu sudah disini dan silahkan.." Ucap Iren tiba-tiba, mereka memang sudah sampai dikamar Iren, tapi Balen pun belum istirahat sama sekali.

"Biarkan aku istirahat dulu" Lirih Balen menidurkan dirinya di sofa yang kebetulan memang ada dikamar Iren.

Disini memang ada yang aneh, Balen adalah anak dari keluarga ternama di negara ini, tapi entah kenapa dirinya sangat betah bermain dengan Iren yang tak begitu berada, bahkan Balen sampai mau tidur di sofa murahan dan juga mau saja disuruh-suruh oleh Iren.

"Oke" Balas gadis itu ikut tiduran di kasurnya.

"Besok siapa yang akan mengajak ku berbicara Balen?" Tanya gadis itu menatap langit-langit kamarnya.

"Mereka pasti akan mengajakmu bicara, dosen kan juga ramah padamu" Balas Balen melepas sepatunya lalu tiduran lagi.

"Lalu siapa yang mengantarku ke kamar kecil saat tengah malam" Lanjut Iren.

"Minta kepada Lee atau Kesha" Balas Balen lagi.

"Lee kan orangnya begitu"

"Tenang saja, jika terjadi apa-apa, aku yang akan menghadapinya besok saat sudah masuk sekolah" Balen kini berdiri, mencari koper milik Iren dan mulai mengisi beberapa baju.

Balen juga sudah terbiasa melihat pakaian dalam Iren dan seluruh pakaian gadis itu mungkin dirinya sudah hafal.

To Be Continued