Chereads / PRIME IREN : Hilang / Chapter 2 - Bab. 2 -- Tragedi

Chapter 2 - Bab. 2 -- Tragedi

Sekarang adalah hari-H tugas lapangan penelitian Iren.

Gadis itu berangkat dengan membawa koper hitam nya dan juga tas ransel mini nya.

Para orang-orang kelompok juga sudah datang, termasuk Lee dan juga tiga orang lainnya, yaitu Ren, Jane dan juga Kesha.

Mereka sekarang berangkat tanpa pembimbing, menjadi mandiri dalam beberapa hari.

"Sudah siap?" Jane yang memimpin sekarang, ia mempersilahkan anggota kelompok memasukan koper masing-masing.

"Gimana Ren?" Ucap Jane lagi.

"Siap, semuanya pegangan" Ren yang menjadi pilot helikopter memberi aba-aba.

Helikopter melaju, seperti yang diharapkan oleh Iren dan yang lainnya.

Semasa perjalanan terdengar sunyi bagi Iren, tak ada Balen maka tak ada yang mengajak dirinya berbicara.

Setelah beberapa menit terbang, "sebentar lagi kita sampai dan jangan ada yang melepas pegangan" Ren kembali memberi aba-aba.

Yang lainnya mengangguk paham lalu melakukan yang diperintahkan oleh Ren.

Kesha terus menengok ke bawah, seperti ada yang aneh menurutnya.

"Ren... Kita aman kan?" Akhirnya Kesha berbicara.

Mengetahui para orang-orang yang tinggal dipulau membawa sebuah tombak-tombak panjang membuat Kesha bergidik ngeri.

"Aman" Balas Ren.

"Yang ku maksud adalah orang-orang dibawah" Lanjut Kesha semakin ketakutan.

Yang lain setelah mendengar itu pun langsung menunduk dan melihat kebawah, dan ya mereka semua ikut khawatir, belum lagi orang-orang dibawah seperti sudah bersiap untuk melempar tombak mereka kearah helikopter.

"Gawat" Lirih Ren pelan, ia yang masih menyetir juga sangat takut.

"Jadi gimana Ren?!" Jane agak berteriak, dirinya memiliki kebiasaan selalu berteriak ketika sedang khawatir.

"Aku tidak tau, lebih baik sekarang kita berdoa" Balasan Ren semakin membuat orang-orang di helikopter bergidik ngeri.

Tombak pertama meluncur, Ren masih bisa menghadapi nya dan akhirnya tombak-tombak lain ikut di terbangkan secara bersamaan, hal itu membuat Ren dan yang lain semakin takut.

Sayangnya, sisi kanan belakang helikopter terkena tombak sehingga keseimbangan helikopter sedikit terganggu.

"Tenang, kalian semua tenang" sebagai pemimpin, Jane harus menenangkan anggotanya.

"Hufttt Hufft" Iren sendiri sedari tadi berpegangan dan mengatur nafasnya agar tidak pingsan mendadak.

Sementara Ren masih menyetir, menjauhi tombak-tombak yang ingin mengenai mereka.

Tombak lain kini mengenai dan tersangkut di baling helikopter sehingga penerbangannya tidak merata, Iren yang duduk di paling pinggir semakin mengeratkan pegangannya.

Karena sudah lumayan lama menyangkut dibaling, Ren susah menyeimbangkan helikopternya dan hal itu membuat Helikopter miring 45 derajat ke kanan.

Iren ketakutan, ia sekarang sudah bisa terjatuh jika melepaskan genggaman tangannya dari pegangan, kaki Iren sudah melayang-layang di udara dan Lee yang disebelahnya juga membantu memegangi tangan Iren.

"Tolong!" Parau Iren, dia sedikit kehilangan kesempatan karena mungkin dirinya benar-benar akan jatuh.

Tangan kiri Iren yang memegang pegangan terlepas karena kesusahan menopang beban tubuhnya, kini hanya tangan kanannya yang berpegangan.

Tanpa tunggu lama Lee pun menangkap tangan kiri Iren untuk membantu gadis itu.

Keringat Iren bercucuran, tas punggungnya juga hampir jatuh ke tanah.

Dan sekarang tangan kanan Iren juga kehilangan pegangan, mungkin harapannya sekarang memang sedikit.

Iren mengambil nafas menggebu-gebu, tangannya sungguh pegal dan ia sangat takut kalau jatuh kebawah, dirinya takut jika langsung dibunuh oleh orang suku tadi.

Lee mendekatkan kepalanya ke Iren yang sudah nyaris terjatuh, "maaf ya, Iren" Bisik gadis itu lalu melepas tangan Iren yang tadi berpegangan ditangannya.

"AAAAAAAAKH!!!!!" Teriak Iren sebelum jatuh dan terhempas ke tanah pulau.

"IREN!!" Teriak Jane Lee serta Kesha.

"Kita tidak ada pilihan lain selain kembali dan melaporkan ini ke polisi" Ucap Jane, akhirnya mereka kembali dan membiarkan Iren terjatuh sendirian di pulau yang tidak diketahui oleh mereka.

-- Prime Iren --

Iren membuka matanya, berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.

Gadis itu merasa ada yang salah pada tubuhnya, semuanya terasa pegal.

"Aaw" Rintih Iren saat mencoba bangun dari tempat tidur yang terbuat dari kayu dan hanya beralaskan bambu yang dianyam.

"Kamu sudah sadar?" Seorang wanita paruh baya mendekati Iren, membuat gadis berusia 20 tahun itu menjadi takut.

"K-kamu siapa?" Tanya Iren masih terbaring.

"Aku Ponda, tidak usah takut, kamu aman sekarang" wanita paruh baya itu kembali berbicara.

"Apa aku sudah mati?" Tanya Iren lagi, setahu dirinya ia terjatuh dari helikopter.

"Tidak, kamu masih hidup..." Balas wanita bernama Ponda itu.

"Kenapa mereka membiarkan ku hidup, maaf nama mu adalah.. Ponda?"

"Aku akan mengadopsi mu, jadi mereka tidak akan berani menyentuhmu, Iren." Jawab Ponda, "Kamu benar, namaku adalah Ponda" Tambahnya.

"Kamu mengobati diriku, Ponda?" Iren kembali bertanya. Dibalas anggukan oleh Ponda.

"Terimakasih" Ucap Iren. "Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan jika tidak ada dirimu, Ponda" Lanjut gadis itu menatap wajah Ponda dalam.

"Aku senang bisa membantumu... untuk itu aku mengadopsi mu" Balas Ponda, mengelus rambut Iren. Membuat Iren sedikit tersenyum.

"Hei! Ponda! Buka pintunya!"

"Iya, Cepat!"

"Hei"

Kelihatannya diluar gubuk yang ditempati Iren dan juga Ponda dikerumuni sangat banyak orang.

"Kenapa diluar banyak orang Ponda?" Iren bertanya, ia kembali takut.

"Tenang saja, mereka hanya penasaran tentang dirimu." Balas Ponda, ia menutup pintu gubuk menggunakan batang pohon yang sangat besar.

"Kamu tunggu disini dan aku akan keluar sebentar" Pinta Ponda meninggalkan Iren, Iren hanya mengangguk.

Dari dalam gubuk, Iren bersyukur ada Ponda yang menyelamatkannya dan ia juga bersyukur karena masih hidup.

Ponda kembali setelah beberapa menit.

"Sekarang kamu sudah bisa berkeliling suku ini jika mau, kamu sudah aman Iren" Jelas Ponda.

Iren mengangguk lalu memegang tangan Ponda, "Kenapa kamu baik padaku Ponda?" Tanya Iren.

"Karena dulu aku juga menjelajah disini" Balasan Ponda membuat Iren tercengang.

"Benarkah? Apa kamu suka meneliti Ponda?" Iren mulai semangat.

"Ya.. bisa dibilang seperti itu" Balas Ponda tersenyum.

"Ah iya.. kebetulan nanti malam akan ada acara mingguan suku, aku harus pergi ke dapur untuk memasak dan kamu kalau sudah merasa enak, kamu bisa berkeliling jika mau" Jelas Ponda, mengelus kepala Iren lagi lalu berjalan keluar setelah melihat Iren mengangguk.

Iren mencoba berdiri, kakinya memang belum stabil tapi rasanya ia sudah mampu berjalan kesana-kemari.

Gadis itu membuka pintu gubuk, menghirup udara luar dan dilihatnya para ayam yang hidup bebas diantara orang-orang suku.

Iren berjalan, hanya berjalan tanpa mengetahui tujuan nya yang pasti dan sekarang pandangannya tertuju kepada anak-anak suku yang bermain bola menggunakan tempurung kelapa sebagai medianya. Iren mengerutkan keningnya, bukankah agak sakit?

Tanpa sadar, seorang bapak-bapak suku yang sedang mendorong gerobak, ban gerobak tersebut menginjak lumpur sehingga lumpur tersebut muncrat ke sepatu bersih Iren.

To Be Continued