"Kamu mau tau kenapa?" Saat Iren mengucapkan kata ini, Max langsung membenarkan posisi duduknya. Lelaki itu langsung mengangguk semangat.
"Karena kamu tadi tidak membantuku!" Iren mencoba pura-pura marah kepada Max, ia ingin tau bagaimana reaksi Max saat mengetahui kalau dirinya sedang marah.
Iren menggeser posisi duduknya hingga ke ujung tebangan pohon agar Max tidak dekat-dekat dengan dirinya.
"Maafkan aku Iren.." Lirih Max membuat Iren benar-benar tidak bisa marah karena lelaki itu seperti anak bayi.
"Kenapa kau tidak mau menolongku?" Tanya Iren sedikit ngegas.
Max tiba-tiba menggeser posisi duduknya mendekati Iren, tapi Iren menolak, ia mengambil batang pohon lalu ditaruhnya ditengah-tengah pohon tumbang yang mereka duduki sehingga Max tidak bisa mendekatinya lagi.
"Karena ada Nivona" Balas Max menunduk, membuat Iren penasaran kepada lelaki itu.
"Nivona pasti akan mengadu kepada orangtuaku" Lanjut Max membuat Iren sedikit terkejut.
"Kenapa kalau Nivona bilang kamu menolongku kepada orangtuamu?" Tanya Iren lagi, ia benar-benar menginterogasi sekarang.
"Sebenarnya bukan apa-apa, aku akan menceritakan kepadamu jika kau sudah siap, Iren" Jawab Max membuat Iren semakin penasaran.
"Kenapa tidak menceritakannya sekarang?"
"Besok saja"
"Aaah" tiba-tiba sifat Iren berubah menjadi kekanak-kanakan karena penasaran akan Max.
Dari pada tambah penasaran, Iren mencoba mencari topik lain, "Ngomong-ngomong orang suku ini sangat wangi ya" Ucap Iren mengalihkan pembicaraan, daripada Max mengira dirinya seperti anak kecil, cari topik lain saja lah.
"Tentu, para ibu-ibu membuatkan parfum alami dari bunga lavender" Jawab Max membuat Iren berbinar, dia memiliki beberapa tanaman lavender dihalaman rumahnya.
"Benarkah? Lavender? Aku memiliki pohon nya dirumahku" Tanpa sadar ucapan Iren membuat dirinya sendiri menjadi ingat rumahnya.
Iren terdiam, ia berfikir, apa yang tengah dilakukan orangtua serta adiknya dirumah saat ini?
Termenung, Iren melamun karena sangat bingung apa yang harus dilakukannya, apa yang sedang dipikirkan ibunya, dia pasti sangat khawatir dengan kondisi Iren saat ini.
"Ke-kenapa, Iren?" Ucap Max mengetahui Iren tiba-tiba diam saja dan melamun.
"Aah, tidak apa-apa Max, hanya kepikiran sesuatu" Balas Iren langsung tersenyum, agar Max tidak mengira terjadi sesuatu kepada Iren.
"Sesuatu apa?"
"Tidak apa-apa, aku akan menceritakannya jika kau sudah siap"
"Yang benar Iren!"
"Hahahaha, bercanda Max, memang bukan apa-apa kok" Iren berdiri dari duduknya lalu membuang batang pohon yang tadi digunakan Iren sebagai pembatas mereka berdua.
"Mmmm mau melihat kebun lavender?" Ajak Max ikut berdiri.
"Boleh" Jawab Iren, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Max, mereka berlari sekitar beberapa meter hingga akhirnya menemukan kebun lavender serta ada bunga Lily dan juga mawar disana.
"Aku lelah Max" Lirih Iren sebelum tiba-tiba terjatuh ketanah. Mungkin kondisinya sejak jatuh dari helikopter masih belum pulih sepenuhnya.
"Max.." Lirih Iren lagi, ia memegangi kaki kirinya yang nyeri nya tak bisa ditahan saat ini.
Max menoleh, ikut terkejut melihat Iren terjatuh begitu saja.
"Iren.. Kamu tidak apa-apa?" Max khawatir, ia langsung jongkok dan menjagani Iren.
"I-iya, mungkin aku butuh istirahat Max" Jawab Iren masih tergeletak ditanah sambil memegangi kaki kirinya.
"Kemarilah, aku akan membantumu" Tawar Max, ia membuka tangannya.
Iren mengangguk lalu mengalungkan kedua tangannya dileher Max, dan dirinya langsung dibopong oleh Max.
Iren merasakan getaran hebat, dia terus memandangi wajah Max, otot besar Max menopang tubuhnya. Jantung Iren berpicu cepat, detaknya terdengar jelas melalui urat urat tubuhnya.
"Mmm max?" Ucap Iren yang masih dalam gendongan Max.
"Hm?" Balas Max, dirinya masih mencari cari tempat untuk Iren istirahat.
"Maafkan aku, merepotkan mu"
"Tidak apa-apa Iren, yang penting keadaan mu baik-baik saja." Max tersenyum, menoleh sebentar ke Iren lalu kembali fokus mencari tempat.
Setelah beberapa langkah berjalan, Max menemukan sebuah gazebo kecil yang biasa digunakan orang-orang yang istirahat setelah berkebun dan untungnya saat ini bukan hari berkebun jadi kondisi gazebo masih sepi.
Keadaan Max yang masih menggendong Iren menunduk, menyesuaikan tingginya, mendudukkan tubuh Iren di gazebo, meluruskan kaki gadis itu lalu Max duduk disamping Iren.
"Kita istirahat disini dulu saja" Max memijat pelan kaki kiri Iren.
"Terimakasih" Lirih Iren, ia masih merasa kesakitan dibagian kakinya sehingga Iren masih terbaring lemas.
Max mengangguk dan tetap memijat kaki Iren secara pelan.
"Aku merepotkan mu ya Max? Maaf" Lagi-lagi Iren merasa tak enak.
"Aku tidak merasa direpotkan tuh, malah aku senang membantumu kok" Jawaban Max membuat Iren tersenyum lega.
"Terimakasih, Max"
"Sama-sama, Iren.." Max tersenyum dan tetap memijat pelan kaki Iren.
"Bagaimana?" Tanya Max, ia sudah selesai memijat Iren.
"Sudah mendingan, terimakasih"
Max tersenyum lalu tiba-tiba berdiri dan berjalan ke suatu tempat.
"Kamu ingin kemana Max?" Ucap Iren pelan, ia masih lemas. Max tetap berjalan meninggalkan Iren.
Iren terjatuh dari helikopter kira kira 5 meter, sehingga kakinya lumayan sakit. Belum juga disini tidak ada obat medis yang terbukti bisa menyembuhkan luka, maka dari itu Iren masih kesakitan setiap berjalan tapi tidak sesakit yang kali ini.
Beberapa menit berlalu, Max kembali sambil membawa satu bunga Lavender yang terlihat segar dan tidak layu.
"Maaf karena tidak bisa mengajakmu berkeliling disekitaran kebun, Iren" Ucap Max langsung duduk disamping Iren dan memberikan bunga Lavender yang dipetiknya tadi.
Iren tertawa kecil lalu menerima bunga dari Max, "Thanks" ucapnya.
"Max.. Aku ingin mendengar ceritamu" tawar Iren tiba-tiba.
"Maksudnya?"
"Daripada kita hanya berdiam diri disini, bagaimana kalau kau bercerita tentang dirimu" Iren memohon dengan memasang wajah imut.
"Tiba-tiba?"
"Ayolah, Max.."
"Baiklah, dengarkan dengan teliti ya" Jawab Max akhirnya menyetujui permintaan Iren.
"Tunggu tunggu tunggu" Iren tiba-tiba memotong, "Tapi apa disini tidak ada Nivona? Nanti kalau dia memergoki mu bagaimana?" Tanya Iren bingung.
"Nivona tidak suka melakukan sesuatu yang sulit, apalagi berkebun disini" Balas Max.
"Sepertinya kamu tahu banyak tentang Nivona ya?" Iren sedikit Minder, tanpa sadar.
"Mmm tidak juga" Sahut Max lalu menatap Iren dalam, "Aku ingin mengetahui banyak tentangmu, Iren" Tambahnya.
"Hahahaha, untuk apa memangnya huh?" Iren sedikit bersemu, ia menyembunyikan senyumannya.
"Tapi Max , tadi saat kamu meminta Gavin untuk pergi, kau sangat keren" Balas Iren membalikan suasana.
"Benarkah? Apa dia melakukan sesuatu kepadamu?" Jawab Max, ia bersikap biasa saja, membuat Iren agak malas.
"Sebenarnya tidak, tapi menurut perasaan ku dia bukan orang yang baik"
"Kau memang benar, Gavin adalah orang yang jahat. Dia dan Nivona, emm mereka pernah bersama" Lanjut Max.
"Maksudnya bersama bagaimana? Kenapa memangnya kalau mereka bersama?" Tanya Iren, ia semakin penasaran dengan Nivona.
To Be Continued