"Menungguku kenapa?" Iren masih berbisik.
"Kemarilah" Max berjalan duluan diikuti Iren dibelakangnya.
"Kenapa Max?" Tanya Iren setelah mereka menjauh dari dapur.
"Tidak apa-apa, hanya ingin melihatmu" ucapnya membuat Iren benar-benar bingung.
"Kamu ingin melihatku?" Ulang Iren, ia melihat ada batu besar lalu gadis itu mendudukkan dirinya di batu tersebut.
Berbeda dengan Max, ia tidak menemukan batu jadi Max duduk di pasir pantai.
Mereka berdua sedang duduk didepan hamparan pantai.
Max mengangguk mendengar ucapan Iren.
"Baiklah"
Iren kira yang diucapkan Max hanya bercanda, tapi ternyata lelaki itu terus menatap Iren tanpa alasan, setiap Iren menengok ke kanan atau ke kiri Max selalu mengikuti nya.
Iren menghela nafas, ia mulai risih karena dilihati terus menerus.
Bagaimanapun juga, gadis itu harus mengakhiri situasi ini. Iren mengitari pandangannya melihat ada pohon kelapa dengan buahnya yang menempel disana.
"Apa kamu melihat buah itu Max?"
"Iya" Balas Max ikut melihat buah kelapa yang masih bergelantungan.
"Kamu mau?" Tanya Max, berdiri dari duduknya dibalas gelengan oleh Iren. Tidak mungkin Max bisa mengambil buah setinggi itu sendiri.
"Aku akan mengambilkan nya untukmu"
"Benarkah? Kamu bisa?" Iren membuka mulutnya takjub.
"Tentu bisa Iren" Max berjalan menuju pohon diikuti Iren dibelakangnya.
"Kamu tunggu disini dan tangkap kelapa yang sudah ku petik, oke?" Ucap Max memberi aba-aba.
Iren mengangguk paham lalu melihat ke atas, menunggu kelapa yang akan jatuh.
LelakI itu mulai memanjat pohon menggunakan pakaian nya yang seperti itu. Awalnya Iren tidak begitu sadar, tapi setelah Max memanjat lebih tinggi Iren langsung terkejut dan menutup matanya.
"Max!" Teriak Iren sambil tutup mata.
"Aku tidak ingin minum air kelapa, turunlah sekarang!" Teriak Iren lagi, ia sudah tak sanggup.
"Sebentar lagi aku sampai diatas Iren, tunggu dulu" Balas Max, dirinya sepertinya tidak tahu yang dimaksud dengan Iren.
Tiba-tiba Iren berlari menjauhi pohon kelapa dan bersembunyi dibalik pohon lebat. Iren mengatur nafasnya, dirinya merinding dan memikirkan hal yang aneh sesaat.
"Sadar,Iren, sadar!" Gadis itu memukul kepalanya beberapa kali.
Brukk
Suara benda jatuh terdengar dari pohon kelapa tadi, Iren langsung menoleh dan melihat ada tiga buah kelapa di tanah dan juga Max yang terlihat terjatuh.
"Max!" Teriak Iren, ia langsung berlari mendekati Max.
"Kenapa kamu bisa jatuh?" Tanya Iren. Terlihat Max sedang memegangi tangan kanannya.
"Aduh.. Sudah kubilang kan Max, lebih baik kamu turun saja, aku juga tidak begitu menginginkan buah kelapa."
"Aw" Rintih Max, memandangi tangannya yang terlihat membiru.
"Aku tidak apa-apa, Iren, sekarang kamu kumpulkan kelapa itu" Pinta Max, dirinya belum menyerah ternyata.
Max malah tersenyum melihat Iren membawa tiga buah kelapa itu. Sebenarnya tadi Max sengaja menjatuhkan diri agar Iren menghampirinya.
Iren merasa bersalah, ia tak berniat meminta Max melakukan hal itu.
Setelah mengitari pandangan, gadis bermarga Scott itu menemukan potongan kayu yang sudutnya terlihat lancip, langsung saja gadis itu mengambilnya dan menusukkan ke kelapa tadi.
"Ini" Ujar Iren memberikan satu kelapa ke max sedangkan yang satunya untuk dirinya.
"Sudah lama aku tidak meminum ini" Iren menatap kelapanya lalu meminumnya lagi, "enak".
Max yang melihat itu tersenyum.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, kamu lucu"
- PRIME IREN -
Setelah selesai menghabiskan kelapa, kini Iren berjalan disamping Max, berkeliling pulau sambil melihat para orangtua yang sedang melakukan tugas mereka masing-masing.
"Menurutku kalian bisa menjaga jarak ya" Ucap Iren tiba-tiba membuat Max menoleh.
"Iya, seperti itu, kami juga memiliki batasan sendiri" Balas Max diangguki oleh Iren.
"Lalu bagaimana dengan Nivona? Bukankah kalian juga sudah sangat dekat?" Tanya Iren lagi.
"Tidak juga, hanya saja orangtua ku memang dekat dengan orangtua Nivona" JelasĀ Max.
"Oh" Balasan singkat dari Iren.
"Kenapa?"
"Bukan apa-apa, aku hanya sering melihat Nivona tebar pesona terhadapmu" Ucap Iren membuat Max mengerutkan keningnya.
"Apa itu tebar pesona?" Tanya Max membuat Iren tertawa kecil.
"Nivona sering memakai pakaian yang sangat minim dan juga dia sering mendekati mu tanpa alasan" Lanjut Iren.
"Nivona memang seperti itu, aku juga sudah tidak memperdulikan dirinya" Iren sedikit terkejut, ternyata Max bukan lah lelaki sembarangan, ia mengerti bagaimana cara menghargai orang lain.
"Mmmm coba kau lihat itu" Kebetulan saat mereka berjalan, Iren meminta Max melihat ada beberapa gadis lewat didepan mereka.
"Bukankah mereka sangat menggoda?" Lanjut Iren.
"Tidak juga, aku sudah sering melihat mereka seperti itu." Lagi-lagi balasan Max membuat Iren sedikit terkejut.
Iren tiba-tiba mengangguk, bagaimana jika dia mencoba menggunakan gaun kayu serat yang dibuat para ibu-ibu suku primitif ini.
"Lalu bagaimana pendapatmu jika aku memakai baju seperti mereka??" Iren mencoba mengerjai Max, apakah dirinya memang lelaki yang baik atau jahat.
"Coba saja dulu" Balas Max membuat Iren menahan tawanya.
"Aku hanya bercanda, hahahaha" Iren memegangi perutnya, menahan tertawa tapi sepertinya tidak bisa.
"Kamu boleh mencobanya jika mau" Sahut Max, membuat Iren menoleh dengan tatapan aneh.
"Oke kalau begitu" Iren menerima tantangan dari Max.
"Dimana aku bisa mendapatkan baju seperti itu?"
"Kau tunggu disini, aku akan mengambilnya untukmu" Balas Max lalu berlari meninggalkan Iren.
Iren menutup matanya ketika Max berlari, takut ia melihat sesuatu yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa menit, Max kembali dengan membawa sesuatu lalu mereka berdua berjalan menuju suatu gubuk.
"Tunggu disana dan jangan masuk!" Perintah Iren, ia masuk ke gubuk kecil untuk ganti pakaian.
Max menunggu diluar, ia melihat ada penyu kecil yang berusaha kembali ke pantai lepas. Untuk membantu penyu itu, Max harus menunduk dan ia pun berjongkok lalu menangkap penyu ditangannya.
Perhatian Max teralihkan dengan gubuk yang sedang digunakan oleh Iren, ia penasaran. Max menoleh sebentar lalu hampir mendekat tapi penyu terus berusaha kabur dari tangannya.
Max pun memilih untuk berlari menuju air dan melepaskan penyu agar bisa berkembang biak dilautan dan bertemu dengan induknya.
Max berbalik, ia kembali berdiri didepan gubuk dan dikejutkan dengan pintu gubuk yang mulai terbuka, menunjukan Iren dengan gaun baru nya.
"Max.." Ucap Iren membenarkan rambutnya yang berantakan.
To Be Continued