Chereads / PRIA DALAM BAYANGAN / Chapter 15 - PART 14

Chapter 15 - PART 14

Cinta memang terkadang menyimpan sebuah misteri. Akhir dari sebuah perjalanannya terkadang tak bisa ditebak. Ada yang berakhir bahagia, namun tak sedikit harus merasakan duka. Tapi bagaimana melewatinya. Melawati akhir yang tidak bahagia ini. Tangis pun seolah tak berarti. Berkali – kali aku menyesali, sang waktu tak akan pernah kembali. Ia telah pergi Jauh dari dekapan ku. Pergi untuk selamanya dan tak mungkin kembali. Kini,aku dan dirinya hanya tinggal sebatas cerita yang berakhir dengan tanda titik. Bisakah aku memulai cerita yang baru tanpa dirinya.

...

Setelah mengetahui kejadian sebenarnya aku merasa sangat terkejut. Aku sungguh tak menyangka bahwa apa yang aku alami beberapa akhir ini hanyalah sebuah halusinasi. Tapi mengapa itu terasa begitu nyata. Aku masih bisa merasakan dekapannya yang penuh dengan kehangatan.

Mungkin, memang aku yang salah. Aku yang terlalu larut dalam sebuah dilema cinta. Aku terlalu bodoh, sampai – sampai tak bisa membedakan mana kenyataan dan halusinasi. Dion, kau adalah tempat terakhir ku menaruh hati ini. Tak akan ada yang pernah bisa menggantikan mu.

…..

BEBERAPA BULAN KEMUDIAN…

Malam itu kami bertiga bertemu untuk kesekian kalinya. Aku, Mei & Green saling bertatapan satu sama lain. Aku menatap mereka dengan penuh kebencian. Seolah mereka adalah iblis yang berusaha menusuk ku kembali.

"Aku tidak punya  banyak waktu . Hal apa yang ingin kau bicarakan" Kata Ku.

Mereka terlihat sangat gelisah. Seolah sedang menutupi rahasia dari ku.

"Kalau kalian hanya terdiam, aku akan pergi"

"Tunggu. Ok , ok" kata Green

"Tapi setelah kau mendengar ini semua, aku harap permasalahan diantara kita semua jelas. Dan kau mengerti apa yang sesungguhnya terjadi" Katanya.

...

BEBERAPA TAHUN YANG LALU…

Kejadian yang buruk menimpa Mei saat ia pulang tengah malam sehabis dari rumah temannya. Saat menunggu ojek online

Pengemudi motor tersebut membawa mei dengan kecepatan tinggi. Sontak hal itu membuat mei kaget dan memohon kepadanya untuk memelankan kendarannnya. Namun, permintaan itu tak digubris. Mei mulai ketakutan. Bahkan rasa takut itu semakin menjadi – jadi saat jalan yang dipilih bukan menuju ke rumahnya. Tangannya mulai menggigil. Tapi ia tidak berani untuk turun, karena kecepatan motor tersebut terlalu cepat.

Hingga pada akhirnya kejadian yang buruk menimpa Mei. Ia diperkosa oleh pengemudi motor tersebut. Sejak saat itu Mei merasa sangat terpukul. Ia menjadi gadis yang pemurung dan tak lagi menampakan keceriaan. Hingga suatu saat ia menceritakan kejadian itu kepada Green sahabat dekatnya. Green yang mendengar cerita itu pun tak tega, ia memberanikan diri untuk bercerita kepada orang tua Mei, jika dirinya sudah menghamili anaknya.

Meski itu bukan perbuatan Green, namun itu semua dilakukannya agar Mei bisa tenang. Agar bisa kembali menjalani kehidupan ini.

.....

"Kau mengerti sekarang, mengapa aku dan mei harus menikah?"

Aku hanya terdiam. Entahlah, aku tidak berkata – kata. Aku masih belum bisa percaya tentang semua ini. Tentang apa yang telah terjadi. Apakah seorang pembohong bisa berkata jujur atau ini hanya sandiwara mereka saja.

"Mengapa kau terdiam?"

"Entahlah. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku belum bisa mempercayai kalian"

"Lalu apa yang bisa membuat dirimu percaya akan semua hal ini?" tanya Mei

"Tunjukan pada ku siapa laki – laki itu. Laki – laki yang memperkosa mu. Bisa kau buktikan?" Tanya ku.

"Aku pikir akan sangat sulit menemukannya, itu sudah sangat lama" Jawabnya

"Berarti jangan harap aku akan percaya pada kalian"

"Ini" ujar mei sembari menujukan sebuah foto.

"Aku tahu siapa dia. Aku akan beri tahu kalian. Kita ketemu lagi besok jam 8 malam"

….

TYO SANG BANJ*NGAN

Malam itu aku mengajak Tyo makan malam disebuah cafe dibilangan Jakarta selatan.

"Wah, tumben bangat nih ngajak gue makan malam. Ada apa nih" Ujarnya

Aku hanya tersenyum sinis sembari menatap wajahnya. Lalu tak berselang lama Mei & Green datang.

Suasana yang riang gembira, seketika menjadi hening. Kami menatapnya dengan penuh amarah. Mei  mendekati Tyo dan menamparnya. Aku mencoba merelai. Tapi amarah Mei seakan tak terbendung lagi, saat ia melihat sosok yang merenggut harga dirinya tepat berada di depan matanya.

"Tyo. Gue benar – benar gak menyangka. Ternyata loh adalah ular berbisa. Jadi loh adalah pelaku pemerkosa Mei" Bentak Ku.

Tyo terlihat gugup.

"Jawab!!"Bentak Ku.

"Iya. Lalu kenapa. Ha. Asal loh tahu ya, apa yang gue lakuin ini adalah karena gue benci melihat kalian berdua. Gue benci melihat  kedekatan kalian. Gue tuh suka sama loh An. Sekian lama gue hanya bisa memandangi loh dari kejauhan. Sakit rasanya. Gue memang gak akan pernah bisa menyakiti loh. Tapi menyakitinya itu juga merusak hubungan kalian."

Mendengar ucapan itu, aku naik pitam. Aku memukul Tyo ia hingga ia terjatuh.

"Pukul. Silakan pukul gue terus. Mau sampai berapa kali pun, itu gak akan mengembalikan apa yang udah terjadi. Kalau gue gak bisa memiliki loh, maka gak boleh ada satu orang pun yang berhak untuk memiliki loh. Oh dan satu hal lagi. Asal loh tahu penyebab kematian Dion itu juga kerena gue."

Suasana kembali mencekam. Keributan tak terhelakan. Amarah itu seakan sudah tak bisa ditahan lagi. Aku sungguh tak percaya Tyo adalah dalang dari semua ini. Dalang dari kehancuran hubungan ku dengan Mei dan kematian Dion. Aku mempercayainya sebagai seorang sehabat. Tapi ternyata ia adalah iblis.

…..

Atas perbuatannya Tyo pun harus mempertanggung jawabkannya dihadapan Hukum. Meski apa yang telah ia lakukan tak akan dapat mengembalikan semua yang telah terjadi, tapi setidaknya ia mendapatkan ganjaran yang setimpal..

Tapi cerita ini belum berakhir, karena hubungan kami belum diakhiri dengan tanda titik. Pertanyaan yang belum dapatkan jawabannya. Pertanyaan tentang apakah aku harus kembali kepada Green atau melepaskannya dengan Mei.

Kebimbangan seolah kembali merasuki ku. Aku tidak dapat memilih. Jika aku memilih Green, maka Mei pasti akan terluka. Tapi jika aku melepaskanya, maka aku yang akan terluka….