Chereads / PRIA DALAM BAYANGAN / Chapter 17 - SULIT MELUPAKANNYA

Chapter 17 - SULIT MELUPAKANNYA

SEKIAN LAMA BERLALU

….

Seperti halnya bayangan yang tak akan pernah pergi meninggalkan raganya

Kau & aku tak akan pernah terpisah

Meski berada di alam berbeda

Tapi cinta ini akan tetap tumbuh, layaknya bunga yang mekar di musim semi

….

Tahun silih berganti namun mengapa masa lalu itu selalu menghantui ku. Masa lalu yang seakan tak pernah bisa lepas dari hidup ku. Masa lalu yang seolah mengikat ku dalam sebuah cerita yang tak berkesudahan. Inikah cinta atau hanya dongeng belaka. Pikir ku semua manusia akan merasakan hal yang sama saat ditinggal pergi oleh yang terkasih. Tapi ternyata aku salah. Beberapa diantara mereka ada yang sudah berpaling dan menemukan dambaan hatinya, namun sebagian lagi masih bertahan dengan lembaran di masa lalu. Seperti halnya diriku.

Andai saja waktu diputar kembali, aku ingin pergi ke masa lalu dan hidup bersamanya untuk selamanya. Hidup bahagia dalam sebuah lembaran cerita yang terukir dalam nuansa melodi yang harmonis. Tapi, tak ada yang bisa kembali ke masa lalu. Semua yang telah terlewatkan hanya akan menjadi sebuah kenangan. Pilihannya hanya ada dua, kenangan itu berakhir indah atau sebaliknya.

Aku tidak mengerti apakah yang kini aku rasakan adalah sebuah keindahan. Cerita ini terlalu rumit untuk dijabarkan. Terlalu rancu untuk diartikan. Terlalu mudah untuk dilupakan. Namun, haruskah aku bertahan dengan cinta yang lama. Cinta yang tak akan pernah kembali. Bisakah aku berdiri hanya dengan separuh jiwa ku.

Entahlah…jawaban akan hal itu masih belum aku temukan. Meski telah sekian tahun ia pergi menemui Sang Pencipta, tapi rasanya cinta dan raganya seolah masih disini. Di samping ku. Di dekat ku. Wahai jiwa yang rapuh, aku ingin bertanya. Apakah ini hanya sebuah ilusi semata atau memang benar ini yang disebut dengan cinta sejati.

Tapi bukankah cinta sejati hanya ada diantara pria & wanita. Mungkinkah cinta sejati itu ada dalam dunia yang tak mengenal perbedaan. Dalam dunia yang masih dianggap tabu. Ah, andai saja semua ini tidak berlalu begitu cepat. Seperti halnya angin yang melewati samudra.

Wahai cinta, mungkinkah kau akan kembali. Merajut asmara yang sudah dibina sekian tahun lamanya. Wahai cinta mungkinkah takdir Tuhan itu salah. Mengapa ia memisahkan kita begitu cepat. Mengapa cinta yang dulu kita rawat bersama sekarang seolah gugur, seperti halnya daun yang jatuh.

Andai…andai semuanya tidak berlalu begitu cepat. Andai…andai semuanya seindah cerita dongeng. Pasti cerita cinta kita layaknya Romeo & Juilet. Andaikan saja raga mu masih disini untuk bersama ku. Kita kembali merajut asa yang dulu kita rajut bersama.

Wahai cinta yang telah dipisahkan oleh alam yang berbeda, aku disini masih menanti mu. Berharap kau kembali ke dalam kehidupan ku. Kita tersenyum bersama. Tertawa, bercanda dan kembali membangun cinta yang dulu kita cita – citakan bersama. Disini, aku merindukan mu, wahai cinta sejati...

….

KEHIDUPAN BARU AN…

Setelah kepergian Dion, aku terus merasa kesepian. Hari – hari ku tak lagi sama. Tak ada lagi canda, tawa, ataupun sekedar berbincang. Kini, hari yang ku jalani begitu sepi. Layaknya malam dingin yang diselimuti oleh kabut. Aku hanya menghabiskan hari – hari ku dengan berkerja, pulang kerumah, makan, minum, sekedar jalan bareng teman dan kembali lagi bekerja. Hari yang ku jalani begitu sunyi dan sepi. Tak lagi seperti dulu, saat cinta itu masih ada.

Setiap malam aku selalu berdoa kepada Tuhan, bahwa hidup yang aku rasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi. Dimana suatu saat nanti aku terbangun dengan cerita yang sama. Dan dengan dirinya. Tapi nyatanya aku salah. Mimpi yang aku rasakan ini begitu lama. Bahkan aku tidak tahu sampai kapan akan terperangkap dalam sebuah mimpi yang tak berkesudahan ini.

Aku pernah berfikir mengapa melupakan cinta sejati itu begitu sulit. Padahal ini bukanlah sebuah rumus matematika. Aku selalu bertanya dalam hati ku. Mengapa Tuhan mempertemukan ku dengan dirinya, jika pada akhirnya semua harus berakhir dengan air mata. Tapi, menyalahkah Tuhan adalah sebuah kesalahan itu sendiri.

Aku tahu bahwa takdir Tuhan tidak akan pernah salah. Ia selalu memiliki rencana terbaik bagi hamba-Nya. Tapi, setelah sekian tahun lamanya aku tak kunjung menemukan apa jawaban itu. Aku seolah terjebak dalam sebuah ikatan yang tak pernah bisa ku lepaskan.

Meski beberapa orang mencoba singgah dihati ini, namun entah mengapa gerbang ini selalu tertutup. Hati ini seolah tidak bisa terbuka untuk orang lain. Apakah aku salah. Apakah aku terlalu berharap dengan keajaiban. Berharap bahwa semua ini tidaklah nyata. Berharap bahwa suatu saat ia akan datang kembali kekehidupan ku.

Padahal sering kali teman – teman ku menyuruh ku untuk membuka hati. Agar hidup yang aku jalani ini kembali bersemi. Tapi bagaimana. Bagaimana caranya membuka hati yang telah terkunci, sedangkan kau tidak tahu dimana kunci itu berada.

Tapi meski begitu aku selalu berusaha melawan semua ini. Melawan diriku sendiri untuk melupakannya. Dan membuka hati untuk dirinya.

Dirinya yang kini bersama ku…Tama.

….

Tama adalah senior ku di tempat kerja, sebenarnya kami sudah lama kenal. Ya paling tidak sejak aku masuk ke perusahaan ini. Ia pria yang baik dan selalu menebar senyum kepada siapapun. Kedekatan kami bermula saat aku satu tim dengan dirinya.

Disitulah aku dan dirinya mulai merasa ada kedekatan. Meski aku sudah tahu bahwa sebenarnya Tama mencintai ku, tapi sampai saat ini aku masih menggantungkan cintanya. Layaknya jemuran yang tidak diangkat – angkat.

Aku selalu memiliki alasan untuk belum bisa membuka hati ku pada dirinya. Semua itu karena cinta di masa lalu yang kunjung luntur oleh waktu. Meski aku tidak enak hati untuk terus menggantungkan cintanya, tapi Tama adalah tipe pria yang begitu pengertian. Ia begitu memahami diri ku yang masih terbelenggu oleh cinta di masa lalu.

Ia sadar betul, bahwa melupakan orang yang pernah mengisi hati ini memang tidaklah semudah membalik telapak tangan pacar orang. Pria kelahiran Malang ini betul – betul membuat diri ku seakan tak bersalah. Caranya berfikirnya begitu luas. Bahkan lebih luas dari samudra. Ia melihat jauh kedepan. Ia memahami ku, seolah diri ku adalah separuh jiwanya yang kini ia temukan.

Tapi, cinta tidak datang begitu saja bukan. Meski Tama telah membuktikan bahwa cintanya begitu tulus kepada ku. Tapi dirinya ini terus menahan. Menutup. Dan seolah belum terbuka untuk dirinya. Padahal setiap kali aku memandangainya, aku merasa orang paling jahat di dunia ini. Aku merasa orang paling bodoh yang menggantungkan cinta setulus Tama. Cinta yang mungkin tidak akan pernah aku temukan lagi. Seperti halnya cinta ku di masa lalu.

…..

Bersambung…