MASA LALU ITU BEGITU PAHIT
Aku tidak pernah menyangka bahwa dunia ini begitu sempit. Aku, Green & Mei mengapa dipertemukan oleh takdir yang tak pernah diinginkan. Mengapa ini seolah terjadi. Aku mengelak. Berusaha menolak kenyataan itu. Tapi sulit. Sulit rasanya membuang kenyataan yang begitu pedih. Kenyataan yang seakan menampar ku.
Aku seperti ditusuk dari depan dan belakang. Begitu perih dan menyakitkan, saat kita mengetahui bahwa orang yang saat ini dan pernah kita cintai akan bersatu dalam sebuah bahtera rumah tangga. Apakah kebahagiaan itu adalah hal yang mustahil bagi ku. Sampai – sampai rasanya itu tak mungkin. Apakah aku tak akan pernah merasakan kebahagiaan yang hakiki.
Mengapa. Mengapa Tuhan seolah menuliskan takdir ku begitu kemelut. Aku tidak mengerti. Sungguh tak mengerti ini semua. Katanya Tuhan hanya akan memberikan ujian sesuai kemampuan hambanya, tapi apa ini. Aku begitu rapuh. Terlalu menyakitkan jika pada akhirnya kisah cinta yang telah ku bangun dan percayakan padanya hancur diterjang Tsunami masa lalu.
Ingin ku pergi dari dunia ini. Meninggalkan segala kehidupan tanpa jejak. Aku muak dengan semua ini. Setiap yang ku lalui seolah hanya akan berakhir dengan kepedihan. Apakah memang ini takdir ku. Apakah memang ini sudah jalan hidup ku. Entahlah, aku tidak dapat menerka – nerka. Bahkan sekali pun aku menebak dengan logika, jawaban itu akan selalu berujung pada kebuntuan.
Aku mempercayainya, dan berharap bahwa kisah cinta ku kali ini akan berbeda dari yang sebelumnya, tapi semua sama saja. Hanya berakhir dengan kepedihan dan akulah korban dari semua ini. Aku terlalu bodoh sampai masuk ke dalam perangkap cintanya. Bodoh. Bodohnya diriku ini.
Arhhhhhhhh…
...
Hari – hari ku mungkin tak akan sama lagi. Tak akan ada lagi tawa atau pun canda. Aku kini seolah menyendiri. Bersembunyi dibalik bayang – bayang dan berharap orang lain tak melihatnya. Aku butuh waktu. Waktu untuk berfikir dan menerima kenyataan ini.
Meski aku tidak tahu berapa lama, tapi aku berharap ini semua akan berlalu dengan cepat, pikir ku. Tapi rasanya tak mungkin. Rasa sakit itu begitu menusuk. Semakin aku mencoba melupakan,rasanya semakin sakit. Logika & hati seakan tak berjalan beriringan. Bedebah.
…..
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN….
Sudah beberapa bulan aku mengurung diri. Bak burung yang tak keluar dari sangkarnya. Menutup dari segala kehidupan dunia luar dan tentangnya.
"Mau sampai kapan kau seperti ini?" Tanya Teo.
"Entahlah" Jawab ku dengan datar.
"Kau tahu bahwa terkadang hidup memang tidak selalu indah dan seperti apa yang kita harapkan. Acap kali memang kita akan melalui hal – hal yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Namun, saat itu bisa dilalui kita akan hidup dengan jiwa yang baru. Jiwa yang lebih kuat".
Aku menatapnya. Mendengar kata – katanya.
"Kenapa. Kenapa mesti diri ku yang merasakan ini semua?"
" Hay. Percayalah bahwa dibalik semua ini ada hikmah yang belum kau mengerti".
Air mataku jatuh. Aku merelakan diri ku dalam dekapannya.
"Terima kasih, kau selalu hadir disaat aku sedang terpuruk".
"Itulah gunanya teman".
Ia lalu mengusap air mata ku. Seakan – akan itu adalah masalah yang ingin ia hapus.
...
Teo benar, aku tidak boleh larut dalam kepedihan ini. Aku harus bangkit. Aku harus tetap melanjutkan kehidupan ini meski tanpa atau dengan dirinya. Aku tidak boleh lagi menangisinya, apalagi bersikap bodoh dan seakan hidup sudah berakhir. Tidak. Tidak akan lagi. Aku harus menerima kenyataan ini dan menjalani takdir yang telah digariskan.
….
…..
Aku mencoba membuka mata sembari memegang dahi ku.
"Kau sudah bangun?"
Suara itu nampak tak asing. Apakah benar dia. Aku lalu menolehkah wajah ku.
"Dion!!!". " Ke, kenapa aku bisa ditempat mu?"
" Kau mabuk semalam. Untung saja aku membawa mu kesini. Coba jika orang lain".
Aku tidak mengerti. Sungguh tidak mengerti, mengapa Dion kembali. Mengapa takdir ini seolah berputar. Apakah aku sedang bermimpi. Aku mencubit pipih ku. Tidak, aku tidak sedang bermimpi. Ini memang nyata. Tapi, tapi kenapa.
….
"Kenapa, kau tak suka dengan makanannya?"
"Tidak. A, aku hanya bingung saja"
"Kau bingung karena aku menolong mu dan seakan kembali ke hidup mu. Biar aku ceritakan pada mu kejadian yang sebenarnya".
….
Ternyata surat undangan yang pernah aku terima saat itu bukanlah undangan pernikahan Dion, melainkan pernikahan saudara kembarnya bernama Deon. Aku terlalu panik, sampai – sampai tidak bisa melihat dengan jelas huruf di undangan tersebut.
"Lalu, kenapa kau menghilang?"
Dion terdiam. Ia menatap ku.
"Habiskan saja makanan mu" ujarnya.
Aku melihat sebuah kebohongan diwajahnya. Sebuah rahasia yang ia sedang sembunyikan kepada ku. Meski aku tidak tahu apa yang sedang ia sembunyikan, namun aku bisa merasakannya. Pasti suatu saat nanti aku tahu alasan ia pergi meninggal ku begitu saja.
…..
Sejak saat itu hubungan ku dengan Dion kembali utuh. Cinta yang tadinya terputus seakan tersambung kembali. Kau & aku kini telah kembali menjadi sebuah kata kita. Tak ada lagi jarak. Tak ada lagi pembatas dan tak ada lagi sekat yang menghalang. Aku dan dirinya telah bersama kembali untuk selamanya..
Hari – hari ku ini tak lagi sepi. Canda & tawa itu telah kembali menghiasi. Aku telah menemukan kembalikan sebuah kebahagiaan yang dulu dipisahkan oleh dinding sosial. Indah sekali rasanya dapat kembali kepangkuan orang yang kita cintai.
"Mengapa kau tersenyum, ada yang lucu diwajah ku"
"Tidak. Aku hanya bahagia saja."
Ia lalu mendekati ku. Memeluk ku.
"Bahagia karena sekarang aku bersama mu?" tanyanya.
"Ehm".
....
Wahai waktu bisakah kau berhenti sejenak agar aku bisa merasakan kebahagiaan ini lebih lama….
….
Setelah seminggu melalui hari bersamanya aku merasa sangat bahagia. Hidup ku seakan kembali sempurna. Ia adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk ku. Andai saja waktu bisa berjalan lebih lama, aku ingin terus menatap wajahnya. Melewati hari – hari bersamanya dan hidup dengan dirinya, selamanya..
Tapi..
itu semua harus berakhir…
Pagi itu aku terbangun. Lalu aku memalingkan wajah ku. Namun aku tak melihat Dion. Aku bergegas mencarinya. Dikamar mandi, diruangan mana pun. Tapi aku tidak menemukan dirinya. Apakah. Apakah ia menghilang kembali.
Tidak. Tidakkkkkkkkk….
Aku menitihkan air mata, menatap langit pagi itu. Aku masih tak percaya semua ini berlalu begitu cepat. Aku lalu berjalan menuju kamar. Lalu melihat sepucuk surat.
Jika kau ingin tahu dimana aku, temui aku segera di sini...
Aku lalu bergegas menuju alamat yang yang tertera disurat itu. Sepanjang jalan aku tak henti – hentinya menitihkan air mata. Sampai pada akhirnya sang supir taksi itu memberhentikan ku disebuah pemakaman umum.
"Maaf pak, kenapa kita berhenti disini?" tanya ku
"Loh ini kan alamat yang adik kasih"
Aku mengerutkan dahi. Sebuah tanda tanya itu seolah menghantui hati dan pikiran ku. Aku terus melangkah sembari menahan air mata. Menelusuri setiap makam. Hingga akhirya aku sampai disebuah tempat yang tak pernah ingin aku lihat.
"Dion?" tanyaku
Pria yang sedang berdoa disebuah makam itu pun lalu menoleh kearah ku. Ia lalu berdiri dan mendekati ku.
"Dion?. Dion yang kau maksud adalah adik ku yang telah meninggal beberapa bulan lalu?."
Air mata ku tumpah seketika. Aku memeluk makam itu. Seolah menolak kenyataan yang begitu menyakitkan.
"Tunggu. Aku mengenal mu. Kau kan An, kekasih Dion?"
"Ia" jawab ku sembari mengusap air mata.
"Bagaimana bisa kau kesini?"
"Aku menemukan surat ini. Aku bertemu Dion beberapa hari ini."
Pria itu mengerutkan dahinya.
"Bertemu?.Tidak mungkin. Dion sudah meninggal beberapa bulan lalu. Bagaimana bisa?"
"Entahlah, aku juga tidak mengerti"
…..
BEBERAPA BULAN SEBELUMNYA…
Selama ini Dion menyembunyikan penyakitnya. Ia mengidap kanker ginjal. Namun ia tidak pernah menunjukan rasa sakitnya saat bersama ku. Bahkan saat undangan yang ia kirim saat itu hanyalah sebuah kebohongan agar aku membencinya. Agar aku bisa melupakannya. Padahal saat itu ia tengah berjuang melawan penyakitnya.
Kenapa. Kenapa aku begitu bodoh. Aku meninggalkannya disaat ia membutuhkan ku. Dion, kini aku mengerti mengapa pada akhirnya kau melakukan semua ini. Aku mengerti bahwa cinta mu memang nyata. Maafkan aku. Maafkan atas semua kesalahan yang telah aku perbuat pada mu.
Selamat jalan wahai kekasih hati ku, semoga kau tenang disana…