Chereads / PRIA DALAM BAYANGAN / Chapter 8 - PART 7

Chapter 8 - PART 7

CINTA ITU SUDAH NYATA

Pada akhirnya aku menyerah dan membiarkan diriku larut kedalam dimensi cinta bersamanya. Ternyata aku memang tidak sekuat baja. Aku terlalu naif menahan perasaan ini. Sampai – sampai membuat pikiran ku tak karuan. Kini, cinta yang abstrak itu sudah  menjadi nyata. Tak lagi sekedar tanda tanya. Aku dan kau kini berubah menjadi kita.

Kita memulai cerita baru. Cerita tentang indahnya cinta yang dipupuk dengan kesabaran. Cinta yang dimulai dari ketiaksengajaan. Cinta yang berawal dari pertemuan yang tak diharapkan. Namun, kini seolah berubah menjadi kenyataan. Kau & aku adalah sebuah kata Kita, yang tak akan pernah bisa dipisahkan oleh tanda titik atau koma.

Selamanya, kita akan merajut cinta ini….

…..

Cinta yang dulunya tak pernah aku harapkan kini begitu aku dambakan. Aku merasa sangat bahagia saat bersamanya. Saat disampingnya. Saat melalui hari – hari denganya. Entah itu hanya sekedar berbincang hal – hal sepele atau pun sekedar makan mie goreng di warung kopi. Cinta kami memang sesederhana itu. Tak perlu kemewahan, karena bagi ku menikmati hari bersamanya adalah sebuah keistimewaan yang tak ternilai harganya.

Biar. Biarkanlah aku menikmati hidup ini bersamanya. Bersama sang pujangga cinta. Sang pujangga yang pandai membual namun sejatinya ia adalah pria yang baik. Pria yang mampu membuktikan bahwa cinta bukan sekedar kata – kata. Namun, sebuah pembuktian tentang apa yang kita rasakan dan diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata.

Aku ingin terus bersamanya. Melewati setiap masalah dengannya. Tertawa bersamanya. Dan hidup dalam sebuah keharmonisan.

….

Sejak aku menjalin hubungan dengan Dion, hidup ku terasa lebih berwarna. Ada tawa, dan tawa yang kami lalui bersama. Dion, pria yang membawa ku kedalam sebuah hubungan baru. Sebuah hubungan yang belum pernah aku rasakan.

Dion adalah tentang bagaimana cinta itu seharusnya dibuktikan, bukan hanya sekedar kata – kata manis apalagi penuh dengan bujuk rayu. Dion adalah sebuah bukti bahwa cinta yang dianggap berbeda itu bisa menjadi nyata saat kita yakin dan percaya.

….

HARI – HARI BERSAMANYA

Hampir setiap akhir kami kami menghabiskan waktu berdua. Entah itu sekedar menoton film atau pun sekedar berwisata kuliner. Aku memang sangat suka mencicipi berbagai makanan, apalagi jika kuliner nusantara. Rasanya lidah ku seakan tak mau berhenti. Minggu ini pun Dion mengajak ke sebuah acara festival masakan nusantara di Gelora Bung Karno.

Ajakan itu pun aku sambut dengan senang hati. Kapan lagi bisa mencicipi masakan Indonesia dan ditemani oleh sang kekasih. Romantis kan. Sesampainya disana aku bergegas melihat – lihat berbagai masakan Indonesia. Kami pun mulai membeli makanan dari berbagai daerah. Salah satu yang paling aku suka adalah gudeg jogja.

Meskipun sebenarnya aku tidak terlalu suka makanan – makanan manis, tapi jika soal gudeg aku pun tak bisa menahannya. Kami pun membeli beberapa porsi.

"Pasti seru ya jika bisa makan gudeg langsung di jogja" kata ku.

Namun, saat itu Dion hanya tersenyum. Lalu setelah selasai makan, kami pun kembali ke pulang. Mengingat waktu sudah menunjukan pukul 5 sore.

….

Sudah beberapa minggu ini kami tidak saling bertemu, dan hanya sekedar chat. Aku paham karena belakangan ini Dion sibuk dengan pekerjaannya. Aku tak pernah memintanya untuk selalu menemani ku atau pun menghabiskan waktu bersama jika memang tidak bisa. Apalagi aku tahu, dia pasti sangat lelah dan butuh waktu untuk beristirahat.

Saat aku tengah asyik minum segelas susu, tiba – tiba saja Dion menghubungi.

"Aku sudah di depan portal rumah mu, cepat ya kesini".

Belum juga aku membalas ucapannya, Ia sudah menutup panggilan tersebut.

"Kenapa kau tidak bilang mau kesini. Bukankah kau harusnya istirahat" Kata ku.

Ia lalu mengelus rambut ku dengan sangat halus. "Bagaimana bisa aku beristirahat, jika hati ku ada disini".

Bualanya memang selalu membuat ku melayang. Kata- katanya selalu bisa membuat ku mabuk kepayang.

"Oh ya ini, ada sesuatu untuk mu" ujarnya sembari memberikan sebuah amplop coklat. "Boleh aku buka? Tanya ku.

"Hmm". Lalu aku membuka amplop tersebut. Amplop itu berisikan sebuah tiket ke Jogja. Aku pun sangat senang bahkan sampat tak sadar

"Kenapa kau melamun?" tanyanya.

"Eh, Aku bingung saja bagaimana caranya membalas ini semua" kata ku dengan suara lirih.

"Cukup lakukan seperti saat di Bangkok" katanya dengan nada meledek. Aku lalu mencubitnya.

"Kenapa. Bukankah kau adalah milik ku sekarang" katanya.

Aku memang miliknya. Bukankah sekat – sekat itu sudah kita hancurkan. Bukankah penghalang itu sudah tidak ada. Yang tersisa kini adalah cinta. Cinta kita berdua.

….

JOGJA….

Hari yang dinantikan pun tiba. Kami berangkat ke jojga dari Jakarta tepat pukul 9 pagi dan sampai di jogja sekitar pukul 10.15. Lalu kami bergegas menuju hotel. Kali ini Dion memasan hotel yang menakjubkan. Pemandangannya menebus kota jogja. Aku bisa melihatnya dari balkon kamar.

"Kau suka" katanya sembari memeluk ku dari belakang.

Aku tak bisa berkata – kata lagi. Jogja memang indah, tapi yang hal itu menjadi lebih indah karena aku bersamanya. Orang yang aku cintai. Denganya Jogja bukan hanya sekedar kota penuh sejarah, tapi juga cinta.

….

Setelah bintang – bintang menampakan dirinya, kami bergegas untuk berkeliling jogja. Melihat keindah kota Jogja. Kami menyempatkan untuk makan di salah angkringan. Makanan legendaris dan tak bikin kantong tiris. Jika dijakarta sekali makan mungkin bisa 50 ribu, tapi disini, rasanya 50 ribu bisa untuk seharian. Jogja memang dikenal dengan harga makanan yang cukup ekonomis. Maka tak heran jika hanya membawa uang 100 ribu saja rasanya sudah bisa makan enak disini.

Malam itu aku benar – benar bahagia, menelusuri setiap sudut kota jogja bersamanya. Sampai tak terasa waktu pun menunjukan pukul 11 malam. Kami pun lekas kembali ke hotel. Sesampainya di dalam kamar, aku langsung memejamkan mata. Berharap sang Dewa mimpi segera membawa ku alamnya.

"Kenapa langsung tidur" Bisiknya. Aku pun membiarkannya. Aku sudah tahu apa maksud dari ucapannya itu. Biarkanlah, biarkan saja. Aku pura – pura tidur saja. Ia lalu memeluk ku. Pelukan itu terasa hangat. Sampai – sampai aku tak ingin melepaskanya.

….

Ini adalah hari terakhir kami di Jogja. Sebagai penutup, kami mendatangi sebuah tempat es krim yang sudah sangat terkenal di Jogja. Sayangnya saat sampai sana, para pengujung begitu ramai. Kami pun harus menunggu beberapa menit.

"Aku ke toilet dulu sebentar ya" ujar ku.

Namun, sialnya toilet pun penuh. Aku pun menunggu diluar. Saat tengah menunggu aku melihat sosok wanita dari masa lalu, yaitu Mei. Aku lalu memanggilnya tepat saat berjalan dihadapan ku. Mei lalu menolehkah wajahnya.

"An!!" ujarnya dengan sangat terkejut. Bibir ku seakan mati suri. Aku tidak tahu harus berkata apa.

Tanpa berkata – kata lagi, Mei lalu melangkah pergi.

"Mei tunggu!". Ia menghentingkan langkahnya.

Ia terlihat sangat gelisah saat menatap ku. Wajahnya seolah sedang menutupi sesuatu. Sesuatu hal yang tidak ingin aku ketahui. Tapi apa. Aku bertanya – tanya pada diri ku sendiri.

"Apakah ada hal yang ingin kau bicarakan?tanyanya".

Aku menatapnya, namun ia seolah mengacuhkannya. Aku ingin sekali berkata – kata, tapi bibir ku seakan tak kuasa untuk melakukannya. Kenapa. Kenapa aku seolah menjadi mati suri.

"Jika tidak ada yang kau bicarakan, aku harus pergi. Permisi!".

Wanita dari masa lalu itu pun pergi. Kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas apa yang terjadi masa lalu seakan aku biarkan begitu saja. Tapi, bukankah sudah seharusnya itu yang aku lakukan. Untuk apa aku harus tahu jawabannya. Bukankah sekarang aku telah bersama orang yang tepat. Mengapa. Mengapa seakan aku ingin kembali kepada Mei. Apakah cinta ku kepada Dion belum seutuhnya. Ada apa dengan diriku. Mengapa masa lalu itu kembali disaat aku telah bersamanya. Dan mengapa aku seakan ingin kembali ke masa lalu, bukankah masa depan jauh lebih indah. Mengapa aku mengharapkan masa lalu itu kembali. Aku tidak tahu, dan tak akan pernah tahu. Tentang bagaimana menjabarkan  perasaan ku saat ini.

….

JAKARTA & MASA LALU

Setelah kembali ke Jakarta, aku seakan terbawa kembali ke masa lalu. Masa – masa dimana aku bersama Mei. Lima tahun memang bukan waktu yang singkat. Hubungan yang sudah sedekat urat & nadi itu pun seolah dipisahkan oleh tanda tanya. Tanda tanya yang sampai sini belum aku dapatkan jawabannya.

Aku terus – terus memikirannya, bahkan beberapa hari ini aku mengabaikan chat dari Dion. Aku ingin melepaskan masa lalu itu, namun ia seperti bayangan yang tak pernah bisa manjauh dari raganya. Apakah, cinta ku pada Dion hanya sebatas rasa sepi. Rasa sepi karena aku tidak memiliki orang untuk dicintai. Jika benar seperti itu, lalu mengapa aku marah saat ia bersama orang lain. Lalu, mengapa aku seakan tidak rela jika ia menjadi milik orang lain. 

Apa. Apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus mengejar masa lalu atau menjalani cinta ini bersamanya.

….

TAMPARAN ITU MENGHANCURKAN CINTA KITA….

Hari itu Dion mengajak ku untuk bertemu ibunya. Mulanya aku ragu dan menolak ajakan itu. Aku merasa gugup jika harus bertemu dengan orang tuanya, apalagi ini dirumahnya. Namun, Dion menyakinkan ku.

"Tenang saja, Ibu ku baik kok. Lagi pula kau kan sudah pernah bertemu dengannya. Mengapa takut" katanya.

Aku pun akhirnya mengiyakan keinginannya. Sesampainya dirumah Dion, hati ku seakan berdebar kencang. Aku seakan ingin pulang saja.

"Bisakah aku pulang saja" pinta ku. Ia mencoba menyakinkan ku lagi.

"Hay, tenang saja. Ada aku disini" ujarnya sembari memegang tangan ku.

Dengan perlahan – lahan kami pun melangkah. Ibunya pun menyapa ku dengan ramah dan penuh hangat.

"Nak, kamu bukannya waktu itu menjenguk Dion?" tanyanya.

"Iya tante" kata ku.

"Ayo masuk – masuk".

Aku akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Keramahan ibunya Dion pun berlanjut saat kami makan malam. Berbagai macam hidangan ia sajikan khusus menyabut kedatangan ku. Aku merasa sangat bahagia, bisa menyatu dengan keluarganya Dion. Saat kami tengah makan bersama, aku tak melihat ayahnya Dion. Aku lantas bertanya.

"Tante, om kemana?" tanya ku.

Wajahnya menampakan kemurungan saat aku menanyakan hal tersebut. Apakah aku salah, atau kah pertanyaan ku terlalu lancang.

"Papah sudah tidak ada An, sejak aku berusia 5 tahun." Kata Dion.

Aku merasa tidak enak hati karena menanyakan hal yang terlalu sensitif.

"Maaf tante" ujar ku.

"Tidak apa – apa. Ayo lanjutkan makannya lagi" katanya sembari menahan air matanya.

….

Setelah selesai makan malam, kami pun berbincang – bincang di ruang tamu. Sampai akhirnya Dion melepaskan pernyataan yang membuat ku terkejut.

"Mam.Aku mau mengenalkan An." Katanya. Ibunya tersenyum. "Mami kan sudah kenal. Tak perlu lah dikenalkan lagi" katanya sembari tertawa kecil.

"Bukan sebagai teman. Ta, ta, tapi sebagai pacar ku" kata Dion.

Seketika Ibunya terdiam. Suasana yang tadinya riang gembira seketika berubah menjadi hening. Ibunya lalu mendekati ku dengan wajah penuh amarah. Ia lalu menampar ku dengan sangat keras. Tamparan yang menggambarkan seolah ketidakrelaan jika anak laki – laki memiliki hubungan yang berbeda. Hubungan yang masih dianggap tabuh.

...

TAMPARAN ITU SEOLAH GAMBARAN BETAPA TEBALNYA DINDING SOSIAL YANG MENGHALANGI CINTA KITA

...