Dunia di mana semua orang dinilai dengan kekuatan yang mereka miliki. Itulah dunia yang Budi tinggali setahun ini setelah menyebrang ke dunia lain, tanpa kekuatan apapun, dia hanya bisa menjadi budak.
Namun, sebuah petualangan dalam menaklukkan dungeon level SSS merubah semuanya. Setelah mengalahkan bos di dalam dungeon tersebut, semua orang kecuali Budi tewas tepat setelah bos dikalahkan.
Dengan semua barang dan senjata yang ada, Budi akan melakukan serangan balik.
"Dunia ini sangat busuk sebab semua hal dinilai dengan kekuatan saja, karena itu aku akan menghancurkan semua kekuatan dan menjadikan dunia ini surga untuk orang-orang lemah."
•••
Seorang pria dengan pedang berwarna hitam di pinggangnya berjalan santai di jalan yang ramai. Bukan hal yang aneh untuk melihat seseorang membawa senjata di jalanan, karena tidak jauh dari sini terdapat markas besar guild petualang.
Tempat di mana para petualang mengambil tugas dan berkumpul untuk mendapatkan informasi.
Di dunia di mana banyak monster-monster aneh berkeliaran di mana-mana, petualang menjadi pekerjaan yang sangat lumrah. Hampir kebanyakan pemuda bercita-cita untuk menjadi petualang karena pendapatan yang akan mereka dapatkan dari misi sangat murah hati.
Untuk mengalahkan kelinci iblis saja bisa mendapatkan satu koin emas yang cukup untuk hidup selama sebulan bagi orang biasa.
Namun, banyak orang tidak tahu bahwa bahkan kelinci iblis yang terdengar lemah, bisa membunuhmu juga. Dengan kecepatan dan kemampuan menghindar yang hebat dan cakar yang tajam, kelinci iblis bisa mencabik-cabik isi perut mereka yang meremehkannya.
Karena hal itu, status orang-orang kuat di dunia ini lebih tinggi dari orang biasa. Sebab untuk bisa mengalahkan kelinci iblis tidak hanya modal keberanian, tapi juga butuh kemampuan bertarung yang mumpuni.
Setelah berjalan beberapa saat, pria itu berhenti di sebuah lapak di pinggir jalan dan mengambil sebuah apel dan memakannya dengan santai.
"Hei, apa yang kau lakukan, kau belum membayarnya!"
Pemilik lapak berteriak dengan marah, tapi dengan cepat teriakan itu langsung menghilang ketik pria itu melemparkan koin emas padanya.
"Ambil saja kembaliannya."
Ucap pria itu dengan mudah, seolah satu koin emas tidak berharga, lalu pergi dari lapak tersebut tanpa memedulikan pemilik lapak yang terlihat hati-hati memegang koin emasnya.
Tidak jauh dari sana, beberapa pria melihat kejadian ini lalu sebuah senyuman penuh arti terlukis pada wajah mereka.
Di sisi lain, setelah memakan gigitan terakhir apelnya, pria itu tersenyum tipis dan berjalan menuju gang sepi.
Setelah berjalan cukup jauh, pria itu berhenti dan berkata. "Cepat keluar, aku tahu kalian mengikuti dari tadi."
Beberapa orang yang dipimpin oleh seorang pria berkepala botak keluar dari persembunyiannya.
"Hahaha, kau cukup berani juga, kalau kau tahu seharusnya kau tidak berjalan ke tempat ini, kau pasti akan menyesali keputusannu ini."
"Kita lihat saja siapa yang akan menyesalinya."
Pria itu menjawab dengan asal-asalan sambil mengangkat bahunya.
"Hoh, sepertinya kau cukup percaya diri dengan kemampuanmu."
Pria berkepala bota menyipitkan matanya dan memandang orang di depannya dengan hati-hati. Tapi dia tidak bisa merasakan aura yang kuat darinya.
"Tentu saja, jika aku berkata aku adalah orang kedua terkuat di dunia ini, tidak ada yang akan berani mengambil posisi nomor satu." Jawab pria itu dengan senyum bangga di wajahnya.
"Ternyata bukan hanya bodoh, tapi kau sangat sombong juga. Tapi setelah mendengar namaku kau pasti akan ketakutan."
Pria berkepala botak itu melihat ke sekeliling untuk mencari apakah ada orang lain dan sengaja menggunakan orang di depannya sebagai umpan untuk menjebak mereka, tapi dia tidak menemukannya.
"Heh, memangnya siapa namamu?" tanyanya dengan acuh.
"Aku adalah Golgota, petualang kelas S terkuat dalam sejarah. Bagaimana, apakah akhirnya kau menyesal?"
Setelah memastikan bahwa ini bukan sebuah jebakan, Golgota menjadi lebih percaya diri dan memberikan kode pada teman-temannya bahwa orang ini bisa dijadikan buruan mereka kali ini.
Benar, bukan kali ini saja mereka melakukan hal seperti ini, dengan pengalaman yang kaya, Golgota bisa membedakan siapa orang yang bisa mereka ganggu dan siapa yang tidak boleh bahkan disentuh.
Tapi jelas orang di depannya ini termasuk yang pertama.
"Maaf, aku tidak pernah mendengar namamu."
Tanpa ragu pria itu mengatakan kebenaran. Karena dia memang tidak pernah mendengar nama tersebut.
"Kau..."
Golgota menunjuk pria itu dengan jarinya. Wajahnya merah padam karena amarah.
"Bos, lebih baik jangan ladeni ocehannya, mari kita bunuh saja dan ambil semua hartanya."
"Ya, benar Bos, aku sudah tidak tahan untuk merobek mulutnya yang sombong itu."
"Langsung bunuh saja dan berikan potongan tubuhnya pada binatang iblis."
"Yah, kalian benar, tidak perlu ada omong kosong lagi. Teman-teman, serang dia!"