Chereads / Jalan Kehancuran / Chapter 17 - Impian yang Diwujudkan (Bagian 3)

Chapter 17 - Impian yang Diwujudkan (Bagian 3)

"Aku ada di dalam dirimu."

Suara itu datang lagi. Seolah-olah dekat, tapi juga jauh.

"Apa yang ingin kau lakukan?" teriak Budi entah pada siapa.

"Aku akan membantu mewujudkan keinginanmu." Balasnya.

Setelah itu Budi merasakan sakit yang amat sangat, sakit itu bukan di tempat di mana tubuhnya pernah terluka, tapi di seluruh tubuhnya, seolah ada sesuatu yang mencoba untuk menggerogotinya.

Tapi, jelas tidak ada yang salah dengan tubuh Budi. Namun, rasa sakit itu malah menjadi lebih kuat. Budi tidak mampu menahan rasa sakitnya dan terus berteriak sambil berguling-guling di tanah.

Mata Budi perlahan berubah menjadi warna merah, lalu pulih kembali, dan kemudian berubah lagi. Seolah berebut untuk menguasai.

Teriakan Budi semakin keras hingga akhirnya suaranya menjadi serak, tapi tetap saja rasa sakit itu masih terus tumbuh dan menjadi lebih kuat.

Akhirnya warna mata Budi berubah menjadi warna merah sepenuhnya dan tidak lagi terdengar teriakan Budi.

Budi telah tiada dan digantikan oleh jiwa yang lain.

Tubuh Budi bangkit dari tanah, dia membersihkan debu di seluruh tubuhnya dan kemudian tersenyum tipis sambil memandangi tubuhnya.

Tapi, dia bukan lagi Budi, melainkan Diablo, bos di dungeon level SSS.

Ini semua adalah rencana nekat Diablo untuk bersembunyi di dalam tubuh Budi agar bisa menembus penghalang yang ada di dalam kota manusia. Meskipun belum pernah ada iblis yang mencobanya, tapi Diablo tidak peduli dengan peluang keberhasilannya dan tetap melakukannya.

Hasilnya sudah diketahui, Diablo berhasil memasuki kota manusia menggunakan tubuh Budi sebagai wadah.

Ya, itulah rencana awalnya. Tapi dia tidak menyangka, hanya dengan menyuntikkan sedikit energi negatif pada Budi bisa membuat akal sehatnya terbalik dan menjadi pion yang berguna baginya.

Tapi, itu semua bukan tanpa alasan, satu tahun yang suram setelah tinggal di dunia lain ini membuat Budi membenci orang-orang kuat yang selalu menindasnya.

Suntikan energi negatif dari Diablo seperti melemparkan bensin ke percikan api.

Semua emosi negatif Budi meledak dan membuat penilaian dan akal sehatnya tidak lagi berfungsi dengan baik. Dia berpikir bahwa dengan tidak adanya orang kuat di dunia ini, maka orang-orang lemah seperti dirinya tidak akan ditindas.

Padahal, musuh sebenarnya bukanlah mereka, tapi iblis dan monster dari dalam dungeon.

Diablo memandang ke kejauhan, dia melihat di beberapa titik masih ada petualang yang berkumpul bersama untuk mengalahkan monster yang keluar dari dalam portal, bahkan ada beberapa portal yang telah tertutup setelah semua monster yang keluar dari dalamnya dimusnahkan.

"Manusia benar-benar tidak bisa diremehkan." Ucap Diablo sembari memegang dagunya dan mengamati situasi.

"Tapi, yah, ini bukan masalah besar." Senyum mengerikan tercipta pada wajahnya.

Kemudian Diablo membaca sebuah mantra, secara perlahan aura berwarna gelap tercipta di tangannya lalu menyebar ke seluruh tubuh.

Bekas luka di wajahnya hilang, semua saraf yang tidak mampu diobati dengan pil penyembuh telah kembali seperti sedia kala, bahkan cidera yang membuat kakinya menjadi pincang dan luka yang masih tersisa pada pundak akibat serangan kapak sirna tertelan cahaya gelap itu.

Apa yang Diablo lakukan adalah salah satu sihir tingkat tinggi yang bahkan bisa mengembalikan anggota tubuh yang hilang, jadi luka-luka itu adalah hal remeh baginya.

Diablo kembali membaca sebuah mantra laku mengarahkan tangannya ke depan, kemudian sebuah portal terbuka. Dari dalam portal tersebut muncul asap gelap yang kemudian menyelimuti seluruh tubuh Diablo lalu memadat dan menjadi sebuah baju besi yang sangat mewah.

Lalu Diablo meraih ke dalam portal lagi, kali ini yang keluar dari dalam portal tersebut adalah sebuah pedang berwarna silver dengan ukiran naga pada kedua sisinya.

Ini adalah salah satu pedang koleksi Diablo, dia menggunakan pedang ini karena pedang ini memiliki kemampuan untuk menghancurkan sihir apapun.

Jelas, dia menggunakan pedang ini karena cincin penetral sihir miliknya telah hancur oleh Budi.

Meskipun Diablo memiliki kemampuan sihir yang kuat, tapi dia lebih suka menggunakan tangannya sendiri untuk mencabik-cabik atau memotong tubuh musuhnya. Sensasi dari mendengar suara cipratan darah dan teriakan kesakitan juga melihat ekspresi putus asa musuhnya adalah hal yang paling dia suka.

Karena itu, Diablo lebih memilih untuk tidak menggunakan sihirnya yang bahkan mampu menghancurkan ribuan orang sekaligus dan lebih memilih untuk membunuh musuhnya satu-persatu.

Untuk apa tujuannya melakukan semua ini? Jelas karena dia suka melakukannya, tidak ada alasan rumit dibalik tindakannya.

Setelah melakukan semua persiapan, Budi berjalan santai menuju salah satu kelompok petualang yang masih terus berjuang melawan kelompok monster.

"Tenang saja, impianmu pasti akan aku wujudkan." Ucap Diablo dengan suara lirih.

Write yang berada dalam kelompok petualang yang masih berjuang melawan monster memandang ke kejauhan, matanya menatap ngeri dan dia tidak mampu untuk bergerak karena ketakutan, baru kali ini Write merasakan perasaan seperti ini, perasaan seperti sebelum bencana yang tidak mungkin bisa dihadapi oleh manusia akan segera datang.

~The End~