Chereads / Jalan Kehancuran / Chapter 10 - Langkah Pertama Revolusi (Bagian 4)

Chapter 10 - Langkah Pertama Revolusi (Bagian 4)

Pakaian Budi berhasil meminimalkan cidera akibat ledakan, akan tetapi pakaiannya kini telah compang-camping, akan sangat berbahaya jika dia terkena serangan langsung seperti yang Tetra lakukan sebelumnya. Selain itu, anak panah yang bersarang di paha Budi juga membuat pergerakannya terganggu.

Bisa dibilang situasi Budi kali ini sangat menyedihkan.

Seperti yang diharapkan, bukan tanpa alasan mereka mendapatkan kehormatan memiliki level S.

Meskipun ada beberapa orang seperti Golgota yang menggunakan uang untuk mendapatkan level S, ada juga orang-orang seperti Guts dan Diego yang secara murni naik langkah demi langkah hingga sampai ke puncak yang tinggi.

"Hahaha, bagus, sangat bagus, kalian benar-benar kuat, tidak salah aku datang sendiri kemari, akan tetapi kalian tidak diperlukan di dunia idealku, jadi matilah!"

Budi menendang tanah dengan kaki kirinya dan melesat menuju seorang petualang yang membawa perisai dan kapak.

Tanpa basa-basi, Budi segera menusukkan pedangnya pada petualang tersebut. Terkejut dengan ledakan kecepatan Budi, petualang itu langsung mencoba menahan serangan Budi dengan perisainya.

Jelas saja itu hanya sia-sia belaka, pedang Budi terus menusuk perisai dan menembusnya hingga masuk ke dalam dadanya.

Setelah menarik pedangnya, Budi segera menendang tanah lagi dengan kaki kirinya dan melakukan ledakan kecepatan menuju pemanah.

Pemanah yang telah terluka sebelumnya tidak mampu merespon sebelum kepalanya lepas dari lehernya.

Kemudian tiba-tiba saja Budi merasakan perasaan bahaya dari belakangnya, tanpa basa-basi dia langsung menebaskan pedangnya ke arah belakang.

Pedang itu membelah tubuh petualang di belakangnya, akan tetapi sebuah belati beracun menancap di pinggang Budi.

"Argghh...!"

Budi berteriak kesakitan dan langsung melepaskan belati tersebut dan mencoba mengambil pil obat dari sakunya. Tapi bagaimana mungkin petualang lain mengizinkan hal tersebut terjadi.

Guts bergegas dengan pedang besarnya dan membuat serangan cepat dari arah langit pada Budi yang sedang kesakitan. Dari arah kanan dan kiri Budi juga datang serangan lain oleh Diego dan Tetra. Daerah belakang Budi juga tidak luput dari serangan, salah seorang petualang menggunakan kapaknya mencoba untuk membelah tubuh Budi.

"Matilah!!!"

Teriakan penuh kebencian terdengar, tapi Budi malah tersenyum sedikit dan mengarahkan tangannya ke depan. Cincin penetral sihir di jari Budi bersinar cerah dan kemudian sebuah cahaya menyilaukan keluar dari sana.

Kekuatan sebenarnya dari cincin penetral sihir adalah untuk menyerap kekuatan sihir yang akan dilepaskan, kemudian melemparkannya kembali dengan kekuatan yang berlipat.

Selama ini Budi sering menggunakan cincin ini untuk menyerap kekuatan sihir, tapi tidak pernah sekalipun dia lepaskan kembali. Jadi, bisa dibayangkan betapa besar dampak dari kekuatannya.

BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!

Ledakan besar itu menghancurkan semua yang ada di depan Budi dan menghempaskan Tetra dan Diego yang menyerangnya dari samping.

Teknik ini pernah digunakan oleh bos di dungeon level SSS, dengan kekuatan tubuhnya dia mampu menanggung dampak dari ledakan tersebut, namun tidak mungkin bagi Budi yang hanya memperkuat tubuhnya dengan ramuan saja.

Tubuh Budi terlempar ke belakang, menyambut kapak yang sudah ada dibelakangnya. Luka besar tercipta, tapi tubuh Budi terus terlempar jauh ke belakang.

Seluruh tulang di tangan kanannya hancur dan tidak mungkin bisa digunakan lagi, selain itu karena menanggung kekuatan terlalu besar, cincin penetral sihir langsung hancur berkeping-keping dan tidak mungkin dipulihkan kembali.

Pedang Budi entah terbang entah kemana. Saat ini Budi masih bisa bertahan karena rasa sakit di tubuhnya, dengan tertatih-tatih Budi mengambil pil dari saku menggunakan tangan kirinya dan memakannya.

Cahaya hijau menyelimuti Budi dan mengobati cideranya, tapi tentu saja dia masih belum pulih sepenuhnya. Namun, ini sudah cukup bagi Budi, dia mengambil sebuah gulungan dan merobeknya.

Kemudian sebuah lingkaran sihir tercipta di sekitar Budi dan tiba-tiba saja tubuhnya menghilang. Benar, itu adalah gulungan teleport, tapi kemana dia akan berada sesudahnya adalah soal keberuntungan.

Meskipun tidak bisa dibilang sukses, tapi Budi berhasil melakukan satu langkah menuju dunia idealnya.

Markas petualang yang bisa dibilang sebagai simbol perlawanan manusia terhadap iblis dari dungeon telah berhasil dia hancurkan.