Chereads / Jalan Kehancuran / Chapter 6 - Api Sebelum Revolusi (Bagian 3)

Chapter 6 - Api Sebelum Revolusi (Bagian 3)

Pertarungan terus berlanjut, Guts dan Tetra dengan keras kepala saling bertukar tinju. Dengan intensitas yang cepat, puluhan tinju saling berhadapan dalam hitungan detik saja. Bahkan tidak bisa dilihat oleh petualang di bawah level A.

Beberapa petualang yang tadi berkata ingin menghajar Tetra terperangah tidak percaya. Mereka tidak menyangka Tetra memiliki kekuatan yang mampu membuat dia seimbang dengan petualang level S Guts.

Meskipun tidak sedikit petualang level S, tapi Guts adalah salah satu dari 3 petualang terkuat.

Tapi Tetra mampu menghadapinya dengan seimbang.

Di arena sederhana ini, tidak ada cara lain selain bertarung secara langsung. Trik-trik licik tidak berfungsi dan sihir berkekuatan besar hanya akan jadi bumerang. Jadi yang bisa dilakukan hanya bertarung secara langsung dengan tubuhmu.

Semakin lama pertarungan semakin sengit, para petualang tidak peduli siapa yang menang dan hanya bersorak-sorai karena bisa menyaksikan pertarungan yang hebat. Beberapa orang dengan bakat bisnis langsung membuka judi dan ingin meraup banyak untung.

Sorakan ini juga membuat para petualang di luar menjadi penasaran dan akhirnya memutuskan untuk masuk dan melihat.

Sementara itu, Golgota berlari tergesa-gesa sambil membawa sebuah kotak kecil. Walaupun kecil, tapi kotak ini sangat berbahaya, karena ini adalah kotak jebakan yang mampu meledak dengan kekuatan yang kuat.

Dalam penaklukan dungeon level SSS, kotak ini telah membuktikan kekuatannya, Budi yang ditunjuk sebagai umpan berlari untuk memancing monster di dalam dan berlari keluar untuk mengarahkan monster itu ke jebakan.

Hasilnya sangat memuaskan, semua monster dalam rentang jarak tertentu langsung hancur akibat kekuatan ledakan yang sangat dahsyat.

Budi juga sangat menderita akibat ledakan ini, tapi nyawanya berhasil selamat karena baju besi yang diberikan padanya. Tapi ini memupuk kebencian di dalam hati Budi, namun sayangnya orang lemah tidak punya hak untuk berbicara di dunia ini, jadi dia hanya bisa menelan kembali ketidakbahagiaannya.

Golgota membawa kotak ini sebagai syarat agar Budi melepaskannya, dia hanya perlu menekan sebuah tombol dan melemparkannya, itulah yang Budi katakan. Namun, dia tidak mengatakan bahwa kotak itu akan langsung meledak setelah tombol di tekan.

Karena itu, Golgota sudah dipastikan untuk mati, hanya saja dengan cara yang berbeda dari teman-temannya.

Tujuan Golgota adalah markas petualang. Tidak lama kemudian dia sampai ke tempat tersebut, meskipun dia merasa tidak enak pada orang-orang di dalam, tapi Golgota lebih memilih nyawanya sendiri daripada nyawa orang lain. Karena selama dia masih bisa hidup, dia akan memiliki kesempatan lain untuk membalas dendam.

Tanpa ragu Golgota langsung menekan tombol pada kotak tersebut dan ingin segera melemparkannya, tapi yang tidak Golgota duga adalah ledakan itu langsung datang bahkan sebelum kotak meninggalkan tangannya.

BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!!!!!!

Ledakan keras tercipta dengan Golgota yang memegang kotak sebagai pusatnya. Semua orang di dekatnya langsung hancur berkeping-keping dan menjadi seonggok daging yang berantakan.

Bangunan di sekitarnya langsung rubuh dan kini hancur menjadi puing-puing yang tidak dikenali.

Untuk nasib para petualang, ada beberapa yang selamat dengan berbagai alasan, contohnya adalah Guts dan Tetra yang selamat akibat berada di dalam area perlindungan kristal pertahanan, tapi lebih banyak yang tidak beruntung dan mati akibat beberapa alasan seperti tertimbun bangunan.

Teriakan dan tangisan menggema di mana-mana. Orang-orang biasa lari ketakutan. Tempat yang terlihat damai sebelumnya menjadi pemandangan seperti neraka.

Dari kejauhan Budi menyaksikan api yang akan menjadi awal dari revolusinya dengan kagum. Kemudian dia melangkah ke sana dan berniat untuk membasmi tikus yang mungkin masih selamat.