"Berpencar."
Dengan teriakan Diego, semua petualang level S berlari ke berbagai arah untuk mengepungnya. Budi tidak peduli apakah dia dikepung atau tidak, karena yang ada dalam pikirannya saat ini hanya membunuh saja.
Sebenarnya, di dunia sebelumnya, Budi bahkan tidak berani untuk melihat pemotongan ayam, juga selama setahun ini tinggal di dunia ini Budi tidak pernah membunuh siapa pun.
Tapi, semenjak keluar dari dungeon level SSS, seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk membunuh. Emosi gelap, seperti binatang buas yang kelaparan memerintahkan Budi untuk memuaskan hasratnya.
Budi yang hanya manusia lemah dan tidak memiliki keteguhan hati yang kuat tidak mampu melawan keinginan itu dan akhirnya dengan patuh mengikutinya.
Pada pembunuhan pertamanya, Budi merasa ada sesuatu yang muncul di dalam dirinya. Sebuah emosi bahagia yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, setelah itu Budi selalu kelaparan dan ingin terus merasakannya.
Emosi yang hadir hanya ketika dia membunuh.
Dengan tebasan yang kuat, pedang Budi mengarah pada petualang level S yang menggunakan tombak sebagai senjata.
Meskipun sudah dikatakan sebelumnya oleh Diego untuk berhati-hati pada pedang Budi, tapi dia menghiraukan peringatan tersebut dan mengadu tombaknya dengan pedang Budi.
Bagaimana mungkin senjata biasa mampu menghadapi pedang Budi, dengan sangat mudah tombak itu terpotong dan pedang masih melaju pada lintasannya dan akhirnya berhasil menebas tubuh petualang tersebut.
Dia adalah petualang yang tidak mengandalkan senjata dan lebih fokus untuk mengasah kemampuan sihirnya, jadi wajar saja senjata yang dia gunakan sangat biasa, tapi untungnya dia memakai pelindung tubuh yang kuat dan mampu menahan sebagian besar dampak serangan Budi.
"Dasar bodoh!"
Seorang petualang lain berteriak lalu menembak Budi dengan panahnya. Budi menyadari serangan tersebut dan melompat untuk menghindarinya.
"Kena kau!"
Pemanah itu menembakkan anak panah lagi pada Budi yang masih berada di udara. Tapi ajaibnya Budi mampu berputar di udara dan mengirimkan anak panah itu kembali pada pemanah.
Tentu saja, bukan hanya itu saja, di anak panah tersebut Budi juga menempelkan jimat peledak, jadi ketika anak panah itu menyentuh tanah, jimat itu langsung melaksanakan tugasnya.
Ledakan yang tidak terlalu kuat tapi mampu membuat pemanah itu terlempar beberapa meter ke belakang.
Budi mendarat di tanah dan mendengar teriakan keras dari langit. Seorang petualang lainnya membawa palu raksasa berada di sana dan siap menghantam Budi dengan palunya.
Tapi Budi dengan mudah menghindari serangan tersebut dengan mundur beberapa langkah.
Boom!
Palu menghantam tanah dan membuat kawah kecil tepat di tempat Budi berdiri sebelumnya. Kemudian, dari arah samping Tetra bergegas menuju arah Budi dan melakukan tusukan dengan pedangnya.
Budi menyadari serangan ini dan mencoba menghalau serangan Tetra, akan tetapi tiba-tiba saja Tetra mengubah arah tusukannya dan membuat pedang terus meluncur ke arah Budi hingga akhirnya ujung pedang menusuk ke dada Budi.
Meskipun begitu, pakaian Budi berhasil menghalau tusukan tersebut, namun serangan itu membuat Budi mundur beberapa langkah ke belakang.
Tidak lama kemudian petualang yang menggunakan palu melompat tinggi ke langit dan meluncurkan serangan ke arah Budi kembali.
Melihat serangan datang, Budi berguling ke samping untuk menghindarinya. Serangan itu berhasil dihindari, tapi tiba-tiba sebuah anak panah terbang cepat ke arahnya.
Pemanah yang sebelumnya telah terkena jimat peledak dari Budi telah bangkit, meskipun tertatih-tatih, tapi dia mampu menembakkan anak panah pada Budi.
Anak panah menembus paha Budi dan membuatnya kesulitan untuk berdiri. Di saat itu, seorang petualang lainnya melemparkan banyak jimat peledak ke arah Budi.
Meskipun kesulitan, Budi mampu menghancurkan banyak jimat peledak sebelum diaktifkan, akan tetapi ada satu yang lolos dan berhasil diaktifkan.
BOOOMM!!!