Pagi pun tiba, sebuah pesawat dengan penerbangan jepang-korea tiba pukul 07.15am. Jihyun dan takuya akhirnya pun sampai di bandara Incheon, Seoul.
Saat ini keduanya sudah dalam perjalan ke arah rumah jimin. Mereka berharap dapat bertemu dengan jimin karena jihyun sangat ingin meminta maaf pada hyung nya itu.
Setelah 30 menit perjalanan mereka pun sampai di depan rumah jimin. Kemudian keduanya bergegas turun dari taksi yang mereka tumpangi untuk segera masuk ke dalam rumah itu.
𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠
"Hyung! Kau di dalam?" Teriak jihyun saat tak mendapati pergerakan ataupun suara dari dalam rumah itu.
"Bagaimana?" Ucap takuya yang penasaran.
"Tak ada sahutan hyung. Sepertinya jimin hyung tidak ada di rumah. Kita tunggu saja di dalam kalau begitu." Jihyun mengeluarkan sebuah kunci yang takuya yakin adalah kunci cadangan dari pintu rumah itu.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Pintu pun terbuka. Jihyun dapat melihat rumah itu kosong, gelap dan kotor seperti sudah lama tak di huni.
"Eh? Kenapa seperti ini? Apa hyung tak pulang?" Jihyun merasa heran dengan keadaan rumah itu. Begitupun takuya, ia juga tak menemukan tanda-tanda jimin pulang ke rumah itu.
"Kalau dia tak pulang, jadi dia kemana?"
"Entahlah hyung, ah.. Aku akan mencoba menghubungi teman-temannya." Jihyun pun menghubungi beberapa teman jimin yang ia ketahui namun tak ada yang merespon dan tinggal satu nomor yang kini ia coba hubungi dan akhirnya jihyun mendapat balasan dari pesannya.
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐
𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚓𝚒𝚖𝚒𝚗 𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐?
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙏𝙤; 𝙔𝙤𝙪
𝙹𝚒𝚑𝚢𝚞𝚗?
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙽𝚍𝚎 𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙏𝙤; 𝙔𝙤𝙪
𝙱𝚞𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚒𝚖𝚒𝚗 𝚍𝚒 𝙹𝚎𝚙𝚊𝚗𝚐?
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝚂𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚒𝚐𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝙹𝚒𝚖𝚒𝚗 𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚔𝚎 𝚂𝚎𝚘𝚞𝚕.
𝙰𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊
𝚃𝚊𝚙𝚒, 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙏𝙤; 𝙔𝙤𝙪
𝙰𝚙𝚊?
𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊?
𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊
𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚒𝚖𝚒𝚗 𝚝𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚞𝚋𝚞𝚗𝚐𝚒 𝚔𝚞 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒.
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙿𝚘𝚗𝚜𝚎𝚕𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚝𝚒𝚏 𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙏𝙤; 𝙔𝙤𝙪
𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚗𝚝𝚞𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙽𝚍𝚎 𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑
𝙁𝙧𝙤𝙢; 𝙔𝙤𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙜
𝙏𝙤; 𝙔𝙤𝙪
𝚗𝚍𝚎 𝙹𝚒𝚑𝚢𝚞𝚗-𝚒𝚎
"Bagaimana?" Tanya takuya yang kini mulai khawatir.
"Tak ada yang tahu hyung." Takuya menghela nafasnya gusar.
"Aku akan meminta bantuan sepupuku untuk melakukan pencarian jimin." Jihyun mengangguk dan takuya beranjak dari duduknya untuk menghubungi sepupunya itu.
....
Di sisi lain yoongi saat ini berada di rumah Namjoon disana sudah ada seokjin dan hoseok mereka sudah stanby di sana sesaat yoongi memberikan kabar tentang jimin yang menghilang.
"Bagaimana kita mencarinya? Bahkan ponselnya saja tidak aktif." Celetuk Seokjin saat mereka masih saja diam.
"Entahlah aku masih bingung." Ucap yoongi. Ia terlihat lebih khawatir dari ke tiga temannya.
"Apa kau masih punya nomor ponsel taemin? Bukankah dia sekarang bekerja sebagai polisi?" Ucap namjoon.
"Benarkah? Aku baru tahu. Pria konyol itu menjadi seorang polisi." Cibir hoseok.
"Kau tahu kan ayahnya seorang kepala polisi. Jadi kemungkinan besar ia pasti mengikuti sang ayah. Apa kau lupa waktu sekolah dulu dia selalu ingin menjadi seperti ayahnya." Ucap namjoon
"Ah.. iya aku aku ingat. Jadi, bagaimana? kita akan meminta bantuan taemin." Ucap seokjin
"Boleh saja. Aku akan menghubungi terlebih dulu." Ucap yoongi.
"Ne.. Semoga saja dia bisa membantu kita untuk menemukan jimin." Mereka pun mengangguk menyetujui ucapan seokjin.
***
Pukul 08.05am di dalam sebuah kamar bernuansa putih yang tampak begitu berantakan. Dari pakaian yang berserakan dan juga sex toys yang mereka pakai semalam berserakan di bawah lantai kamar itu. Kedua orang yang semalam telah melakukan kegiatan panasnya masih saja bergulung di dalam selimut tebal berwana cream. Dengan posisi mereka saat ini, jimin yang membelakangi jungkook dan jungkook memeluk tubuh jimin dari belakang. Masih dengan tubuh telanjang mereka yang hanya terbalut selimut itu.
Jungkook mulai menggeliatkan tubuhnya dan Perlahan membuka matanya. Hari ini jungkook mendapat libur karena ia merasa begitu lelah karena kegiatan panasnya semalam. Setelah membuka mata jungkook menolehkan kepalanya ke arah jimin di sampingnya. Ia tersenyum, senyum tulus yang kini ia tunjukkan saat mengusap pipi tirus itu.
Setelah beberapa lama mengagumi wajah jimin yang tampak cantik pagi ini, jungkook pun beranjak dari ranjang untuk menuju ke kamar mandi.
Jimin kini membuka matanya. Sayup-sayup jimin dapat mendengar shower yang menyala dari kamar mandi. Entah mengapa air mata jimin kini mengalir turun dari sudut matanya. Jimin membungkam mulutnya dengan telapak tangan saat isakan mulai keluar. Kemudian ia cepat-cepat menghapus air matanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.
"Baby, kau sudah bangun?" Ucap jungkook saat melihat jimin mulai menegakkan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang itu.
"Um, kau tidak bekerja?" Tanya jimin saat melihat jungkook memakai pakaian rumah.
"Tidak, aku mengambil libur untuk hari ini. Mandilah, aku akan pesan makanan delivery untuk kita." Ucap jungkook seraya mengambil ponselnya dan keluar dari kamar.
Jimin pun perlahan mulai turun dari ranjangnya. Tak di pungkiri tubuhnya terasa remuk sangat sakit dan jimin pun meringis saat merasakan tangan kirinya yang begitu sakit hingga sulit untuk ia gerakkan. Dengan jalan yang terseok-seok jimin mulai melangkah menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah memesan makanan jungkook kembali ke kamarnya duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya
Hingga suara benda jatuh dari kamar mandi mengalihkan perhatian jungkook. Jungkook pun berjalan kearah kamar mandi dan mengetuk pintu itu.
"Baby? Ada apa?"
"A-aku tak apa jungkook." Ucap jimin dari dalam kamar mandi.
"Baiklah." Jungkook pun berbalik dan kembali duduk di tepi ranjang.
Di sisi lain, saat ini jimin sedang kesusahan untuk membersihkan diri. Ia sempat menjatuhkan sebuah botol shampo, "sshh.. Kenapa sakit sekali?" Jimin kini tengah mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya saat akan meraih botol shampo itu. Jimin kemudian berjalan keluar dari bilik shower mendudukkan dirinya pada kloset kemudian menyentuh lengan kirinya yang terdapat memar di sana. Ia sempat berfikir untuk meminta bantuan jungkook untuk membersihkan diri namun ia ragu untuk melakukannya. Ia takut jika jungkook marah padanya.
𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠
"Baby? Kenapa lama sekali? Makanan sudah sampai cepatlah keluar."
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Jimin menyembulkan kepalanya pada pintu menatap jungkook dengan takut, "k-kook m-maaf, bisakah em.." Belum sempat jimin menyelesaikan ucapannya, jungkook mendorong pintu kamar mandi itu dengan kasar hingga wajah jimin membentur pintu itu dan terjerembab ke lantai kamar mandi itu dengan hidung mengeluarkan darah.
"Kau tahu bukan aku tak suka menunggu." Ucap jungkook yang menatap tajam pada jimin dengan rahang yang mengeras.
"M-maaf... Aku tak bisa membersihkan tubuhku sendiri lengan kiri ku terasa sakit kook." Ucap jimin dengan menunduk takut.
"Alasan! Kemari aku akan membantumu membersihkan diri!" Jungkook menarik kasar tubuh jimin membawanya masuk kedalam bilik shower tanpa menghiraukan jimin yang meringis kesakitan.
"Sshh.. S-sakit kook." Keluh jimin.
"Diam! Kau ingin aku membantumu bukan?! Lihat, aku sedang membantumu sekarang." Jungkook mulai mengambil shampo yang berada pada lantai yang sempat terjatuh tadi mengeluarkan sedikit isinya dan mulai mengusapkannya pada rambut jimin dengan kasar. Sakit.. Sungguh sakit yang kini dirasakan oleh jimin. Di perlakukan kasar oleh orang yang ia cintai. Cinta? Ya, jimin masih punya perasaan itu pada jungkook. Entah kenapa perasaan itu tak bisa hilang dari hatinya. Meski sudah berkali-kali jungkook menyakitinya, rasa cintanya tak pernah pudar.
Jimin lelah, sangat lelah. saat ini ia merasakan hal itu. Mencoba Bertahan tapi, yang ia dapat hanya rasa sakit yang jimin terima. Saat ini jimin sudah keluar dari kamar mandi dan berpakaian dengan bantuan jungkook tentunya. Duduk pada sisi ranjang dengan pandangan kosong menatap lurus pada dinding kamarnya. Karena emosinya, Jungkook pergi begitu saja meninggalkannya di rumah. Entah kemana perginya pria itu.
Jimin mengalihkan pandangan nya keluar menatap hari yang begitu cerah saat ini. Tersenyum miris mengingat hidupnya tak secerah dulu. Dirinya telah rusak tak dapat di perbaiki lagi. Tak dapat di benahi lagi. Semua telah hancur.
Jimin beranjak dari duduknya berjalan ke arah lemari jungkook kemudian membukanya. Mengambil sebuah hodie berwarna hitam yang tampak kebesaran itu kemudian memakainya dengan ringisan kesakitan. Setelahnya jimin keluar dari kamar melangkah ke arah rak sepatu mengambil sepatu miliknya dan memakainya dengan susah payah karena rasa sakit yang luar biasa pada lengan kirinya hingga ia kesusahan menggerakkan jarinya. Setelah memastikan ikatannya benar, jimin berdiri berjalan ke arah pintu. Menaikkan tudung hodie hingga menutupi kepalanya kemudian tangannya terulur meraih kenop pintu dan memutarnya. Jimin membuka pintu itu kemudian berjalan keluar dari apartemen setelah menutup pintu apartemen jungkook dengan rapat.
𝘽𝙡𝙖𝙢
𝙏𝘽𝘾