Tubuhnya bergetar seiring tetesan air mata luruh membasahi pipi tirus nya. Di hadapannya sebuah batu nisan yang terbuat dari batu marmer dengan ukiran bercat kuning keemasan membentuk sebuah nama "박지민" (Park Jimin).
Jeon Jungkook tak bisa lagi menahan tangisnya saat kembali mengunjungi makam sang kekasih yang telah menjadi korban kebiadapannya kala itu. Benar adanya jika penyesalan akan terasa menyesakkan pada akhirnya membuat pria yang kini berusia 35 tahun itu tak pernah bisa tenang dalam menjalani kehidupannya saat ini. Hari-harinya diliputi rasa gelisah dan tiap malam selalu datang mimpi buruk yang sama terus saja menghantuinya. Sempat hampir depresi akibat semua yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Jungkook berlutut di depan nisan itu dan meletakkan sebuket bunga lili putih lalu ia memanjatkan doa untuk sang terkasih. Setelah itu Jungkook kembali berdiri menegakkan tubuhnya dengan mata yang masih menatap ke arah batu nisan itu.
"Jimin-ah apa kabarmu hari ini? Maaf satu minggu ini tidak bisa mengunjungimu karena aku tengah sibuk dengan usaha yang ku bangun saat itu. Aku membuka sebuah cafe di dekat sekolah kita dulu. Kau tahu, aku membangun cafe di sana karena aku ingin dekat dengan kenangan kita. Kau ingat masa itu adalah masa terbaik saat pertemuan pertama kita. Ah ya, kau ingat pohon maple di belakang sekolah dulu? Sekarang sudah tidak ada dan hanya tinggal batang pohonnya saja yang kini tinggal setengah.
Hah... Aku sangat merindukanmu Jimin kenapa kau tak bisa bertahan lebih lama? Apa aku terlalu menyakitimu sehingga kau pergi?" Jungkook pun terdiam dengan kepala yang menunduk dalam saat ingatan itu kembali berputar seperti kaset rusak dan berulang kali ingatan itu berhenti di saat ia memeluk tubuh jimin yang dingin dan basah itu. Menangisinya meski ia tahu jimin nya tak akan pernah kembali lagi namun ia tetap berharap jika Tuhan akan membawa suatu keajaiban di dalam hidupnya nanti.
𝗧𝗕𝗖