Chereads / the Pain love you / Chapter 33 - Part 6

Chapter 33 - Part 6

Seorang namja mungil tengah asik membaca sebuah buku di salah satu toko buku yang ada di daerah Dongdaemun. Di tempat itu juga tersedia sebuah mini library yang begitu banyak berjajar rak dengan tumpukan buku-buku.

Pemuda bernama Park Jinan itu sedang menunggu seorang teman yang kebetulan berada di dekat sana. Hanya sekedar melepas rindu karena sudah lama tak bertemu karena kepergian Jinan yang harus kuliah di London.

Jinan sudah berada di sana setengah jam yang lalu namun orang yang di tunggu belum juga datang. Melirik jam tangannya, Jinan melihat jika waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Jinan mendengus kesal karena waktu yang di janjikan telah terlewat.

"Aish.... Dia tak pernah berubah." Keluhnya dengan bibir yang mengerucut.

"Holla amigos!!!!" Pekik seorang pemuda tampan yang baru saja menghampiri Jinan.

Jinan memutar bola matanya jengah kemudian tangannya pun terulur untuk memukul kepala bagian belakang pemuda itu.

๐—ฃ๐—น๐—ฎ๐—ธ

"Yak! Sakit gila!" Ucap pemuda bernama Jung Jaehyun, sahabat semasa sekolah menengah atas Jinan.

"Itu hukuman karena kau tak pernah berubah untuk membuang waktu ku." Ucap Jinan acuh.

"Setidaknya berikan pelukan untuk ku! Kau tega sekali tiga tahun tak bertemu dan sekalinya bertemu kau memberiku rasa sakit seperti ini?!" Ucap Jaehyun dengan nada merajuk yang seketika membuat Jinan memutar bola matanya malas.

"Ya ya ya... Kemarilah." Ucap Jinan sambil merentangkan kedua tangannya.

"Yes!" Jaehyun pun tersenyum lebar dan segera menghambur ke arah Jinan untuk mendapatkan pelukan dari pemuda mungil itu.

"Eiy.. Kenapa kau jadi mengkerut begini? Pertumbuhan mu terhenti eoh โ€”aww!" Ucap Jaehyun sesaat setelah memeluk tubuh Jinan. Ia merasakan bahwa tubuh sahabatnya itu terasa sangat kecil di dalam pelukannya, kemudian merasakan sakit di punggung nya akibat cubitan dari jari mungil Jinan yang tak main main sakitnya.

"Kau saja yang serakah tumbuh tinggi sendirian! Eh Jae, bagaimana kabarmu dengan Yeonjun?" Tanya Jinan antusias mengingat temannya yang dulu menjalin hubungan dengan teman sekelas mereka.

"Hah... Tak perlu membahasnya. Kami sudah putus satu tahun yang lalu. Dan yah.. Sekarang dia sudah bertunangan dengan pria lain." Ucap Jaehyun terdengar menyedihkan.

"Wae? Bukankah hubungan kalian baik-baik saja?"

"Dia di jodohkan Ji."

"Mwo? Kasihan sekali kau."

"Sudahlah, eh ta Ji, ngomong-ngomonng Sungjae akan menikah bulan depan." Jinan yang mendengar nama mantan kekasih brengseknya, hanya memutar bola matanya malas.

"Tak penting Jae, aku sudah tak ingin mendengar kabarnya lagi. Aku sudah sangat muak hanya mendengar namanya saja."

"Eiy.. Bukankah kau dulu bucin sekali dengannya eoh.." Ucap Jaehyun dengan menaik turunkan alisnya.

"Yak! Aku tak perduli! Asal kau tahu aku sudah punya pil sekarang!" Ucap Jinan lantang membuat Jaehyun menaikkan kedua alisnya.

"Omona! Really boy? Are you sure? Woah... Tak ku sangka sudah move on ternyata!" Jaehyung tertawa terbahak mendengar pengakuan sahabatnya itu karena yang ia tahu dulu Jinan sangat bucin dengan pria bernama Sungjae itu, Kekasih Jinan masa sekolah dulu.

"Uhum... Tapi, Jae dia..."

๐—ž๐—น๐—ถ๐—ป๐—ด

"Mianhe Jaehyun-ah, hyung tadi dari bengkel dulu." Ucap pria tampan dan tinggi bersurai blonde itu pada Jaehyun tanpa melirik ke arah Jinan.

"Tidak apa-apa hyung, ah ya.. Kenalkan Ji, dia Kim Seokjin sepupuku." Seokjin pun menoleh ke arah pemuda di depan Jaehyun dan seketika ia di buat terkejut dengan kedua matanya membulat.

"J-jimin?" Ucap Seokjin dengan membelalakkan kedua matanya..

Jinan pun mengerutkan alisnya saat mendengar gumaman Seokjin menyebut nama orang yang sedikit familiar dengan nama itu.

"Maaf namaku Kim Jinan, bukan Jimin." Ucap Jinan lembut.

"Mian, hanya saja kau mengingatkan ku pada seseorang." Ucap Seokjin yang kini tersenyum kikuk. Sungguh ia awalnya terkejut saat bertemu dengan sahabat dari sepupunya itu. Hingga ia sempat beranggapan bahwa seseorang yang di kenalnya itu masih hidup.

"Hyung! Cukup menatapnya seperti itu!" Tegur Jaehyun saat melihat sepupunya itu masih menatap lekat pada Jinan.

"Oke sorry, aku hanya terkejut saja saat melihatnya. Karena dia sangat mirip dengan temanku semasa senior high school."

"Tapi, bukan dia hyung dia sudah pergi 8 tahun yang lalu."

"Iya aku tahu itu Jae. Hah.. Hanya saja aku sangat merindukannya.." Ucap Seokjin sambil meremas jari jarinya yang berada di atas pahanya.

"Tidak apa-apa Seokjin-ssi aku mengerti." Ucap Jinan sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Eh?!" Jinan sungguh terkejut saat Seokjin dengan cepat menarik tangan kanannya.

"Hyung! Apa yang kau lakukan?!" Tegur Jaehyun dan berniat akan melepaskan tangan Seokjin dari tangan Jinan terhenti saat sepupunya itu menepis tangannya dengan kasar.

"Jinan-ssi? Ini...."

"Ah.. Gelang ini.. Aku mendapatkannya dari seseorang." Jawab Jinan yamg membuat Seokjin menatapnya terkejut.

"Orang itu memberikannya padamu?" Jinan pun mengangguk.

"Awalnya aku bingung karena dia memintaku untuk menjaganya namun, saat tahu alasannya jadi aku menjaganyaย  dengan baik selama dua tahun ini." Jinan tersenyum penuh arti saat mengingat saat itu.

"Boleh aku tahu apa yang dia katakan padamu?" Tanya Seokjin penuh harap agar Jinan memberikan jawaban nya dan memastikan sesuatu.

Jinan pun mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit tempat itu dengan jari telunjuk yang ia letakkan pada dagunya seolah memberikan gestur berpikir.

"Em.. Dia bilang padaku, 'Gelang ini milik jimin. Aku ingin kau menjaganya untuk ku' hanya itu yang dikatakannya kemudian ia meminta ijin untuk memeluk kuโ€”ah ya dia sempat menangis setelahnya." Jelas Jinan dengan tersenyum.

'๐˜‘๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜‘๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ฌ'

Nama itu seketika terlintas di kepala Seokjin. Karena ia yakin hanya pria itu yang dapat memiliki segala hal tentang Jimin. Karena keposesifannya, dia tak mengijinkan siapa pun menyentuh barang milik Jimin meski itu hanya sebuah buku dari mata pelajaran yang akan di pinjam oleh teman sekelasnya. Tapi ini, heol...

"Boleh aku tahu nama pria itu? Mungkin saja aku mengenalnya?"

"Namanya Jeon Jungkook."

****

Di ruangan pribadi miliknya, Jungkook sedang memeriksa beberapa berkas laporan keuangan cafenya. Ia tersenyum simpul mengingat pelonjakan yang terjadi di bulan ini. Akhir-akhir ini cafenya cukup ramai setelah ia melakukan promosi untuk salah satu hidangan baru yang ia tambahkan dalam menu.

Jungkook masih saja berurusan dengan kertas-kertas di depannya hingga ponselnya pun berdering mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkasnya.

๐—ง๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ง๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐—ด

Tampak sebuah nomor asing muncul pada layar ponselnya, mengernyit heran namun ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseo.."

"Hai.. Lama tak bertemu dude!" Seseorang dari seberang sana menyapanya namun, Jungkook tak yakin dengan yang ia dengar karena sudah lama tak mendengar suara itu.

"Nugu?"

"Hei.. Lupa dengan ku eoh? Tega sekali kau melupakan kekasihmu hum?"

Kekasih? Apa yang di katakan orang itu?

"Jika kau menelpon hanya untuk main-main lebih baik tutup saja telpon nya.

"Kau lupa padaku? Jungkook kau jahat sekali!"

"Terserah!"

Jungkook pun berakhir mematikan sambungan teleponnya. Ia kini mendengus kesal karena seseorang yang mungkin sedang iseng. Tapi, yang membuat Jungkook bingung adalah... Kenapa orang itu tahu namanya?

Disisi lain seorang pria berkulit tan duduk di salah satu kursi di ruang makan. Menghela nafasnya kasar namun sedetik kemudian ia menyunggingkan senyum tipisnya.

"Tunggu saja sayang, kita akan bertemu sebentar lagi. Toh orang yang berani merebut mu dariku sudah mati. So, aku tak perlu bersusah payah untuk mendapatkan mu kembali."

๐“๐Ž ๐๐„ ๐‚๐Ž๐๐“๐ˆ๐๐”๐„๐ƒ...